The Richest man - Bab 82 Bermimpi

Orang ini tampaknya merasa Alvero tidak tahan dengan bau mulutnya, tapi malah mendekatinya lagi.

Alvero sampai dibuat merasa jijik olehnya, pikirannya langsung kosong.

“hahaha, tuan muda Alvero, katanya kamu ingin menyiksa kami, tidak disangka, sekarang malah jatuh di tangan kami.

Orang ini tertawanya sampai semua gigi kuning di mulutnya terlihat.

Tapi, Alvero malah mendapat sebuah harapan untuk hidup dari ucapannya.

Kelompok para kriminal seperti ini, mereka biasa meminta hal yang bisa digunakan, paling hanya meminta uang.

Dan dia, tuan muda Keluarga He, tidak punya apa-apa, hanya punya uang yang paling banyak.

“mau berapa? Katakanlah.”

Alvero mengangkat kepalanya dan melihat Fino, bertanya padanya.

“mau berapa?”

Tangan Fino menggosok pundah Alvero, bicara sambil tertawa terbahak-bahak.

“tuan muda Alvero tertanya memang orang yang mantap, hanya saja, kawanan kami tidak mau uang, hanya ingin mengajukan sebuah permintaan.”

“permintaan apa?”

Masih dengan wajah yang tidak berekspresi, Alvero bicara begitu dengan dingin.

“katanya kalian sedang menyelidiki latar Haro, aku pikir mungkin penyelidikannya sudah lumayan.”

“berdasarkan rumor tuan muda Alvero kamu pintar dan cerdas, bahkan tuan besar He juga bisa dibujuk, tidak mungkin bahkan tidak tahu apa yang kami butuhkan kan?”

Ucapan ini.....

Tapi, dirinya baru berinteraksi dengan tuan besar He hari ini, kenapa sudah ada rumornya? Mungkin saja ada orang yang ingin mencelakainya.

Yasudahlah, lewati rintangan di depan mata dulu saja.

Alvero menggelengkan kepala, menyingkirkan pikiran yang tidak seharusnya dipikirkannya sekarang.

Fino menginginkan apa, Alvero paham.

Hanya saja, kamu bahkan sudah melakukan semua yang harus dilakukan dan tidak, kenapa tidak tanggung jawab sedikit sih.

Kalau siapapun yang melakukan kesalahan masih bisa begini, kalau begitu para orang tidak berdosa itu?

Alvero menggeleng-gelengkan kepala, kalau dia benaran seperti itu demi melindungi dirinya sendiri, Keluarga He tidak akan menyetujuinya.

Yasudahlah, lagipula dia tidak setuju, kumpulan orang ini pasti akan menggunakan dirinya untuk mengancam Keluarga He.

Kalau begini, dirinya juga tidak akan mati kan.

Hatinya sedang berpikir demikian, Alvero juga menenang.

“Fino, kalau aku tidak salah tebak, kamu ingin Keluarga He melepaskan kalian tentang kecelakaam Dongchuan kan, apa yang aku bilang benar?”

“benar.”

Seorang jahat dengan rupa yang berambisi, merasa bangga dengan diri sendiri, sudah seperti Alvero wajib menyetujuinya.

Sayang sekali, kenyataannya tidak demikian.

“maaf, aku tidak bisa menyetujuimu.”

Menggeleng-gelengkan kepala, Alvero melihat senyum di wajah Fino perlahan sirna.

Perasaan seperti ini, pasti sangat tidak enak kan.

“hei marga He, sialan kamu sedang mempermainkan kami ya?”

Jujur saja, Alvero tidak punya maksud untuk mempermainkan mereka, kemampuannya benar-benar terbatas, posisinya tidak tinggi.

Mengerutkan bibir dengan agak pasrah, karena nasibnya sendiri masih ada di tangan orang lain, jadi Alvero hanya bisa menerima nasib, bicara dengan senyum maaf.

“anu, bukan aku tidak mau bantu kalian, tapi aku benaran tidak punya kemampuan untuk itu.”

Wajahnya menjadi sedih, keluar aura sedih yang tidak bisa dijelaskan dari tubuh Alvero.

Fino melihatnya, hatinya baru merasa lebih baik.

Aura membunuh di tubuhnya perlahan mereda, hanya melihat dia melambaikan tangan, bicara ke orang di belakangnya.

“kalian berdua, jangan taunya makan minum dan bersenang-senang lagi, cepat bawa mereka pergi.”

“tapi, kak.....”

Alvero merasa, yang satu lagi mungkin bisu.

Kalau tidak, kenapa si Beni ini terus yang bicara, dan dia, tidak membantah satu katapun.

“tidak ada tapi-tapi, masih mau nyawamu tidak?”

“mau, mau.”

Beni juga tidak berani banyak bicara lagi begitu diancam oleh Fino, membawa Alvero dan wanita cantik itu pergi dengan nurut.

Mengenai Mori, hidup di lingkungan yang tertekan bertahun-tahun, emosinya sudah kacau.

Alvero merasa, Fino ingin menjadikannya sebagai orangnya, untuk menjadikannya cakarnya.

Benar, orang yang dipandang oleh Keluarga He, tentu saja kemampuannya tidak rendah.

Kalau tidak, Mori juga tidak akan bisa berbaur di tempat seperti ini dalam hitungan waktu beberapa bulan yang singkat.

Tapi sayang sekali, dia bertemu dengan Alvero, dia sudah pasti tidak berhubungan dengan kehormatan.

Alvero juga tidak mengatakan apapun mengenai ini.

Karena kalai Mori dikurung bersama mereka berdua, mungkin orang ini nanti akan menggila, dirinya dan wanita cantik akan terluka.

Oh, ya membicarakan wanita lucu yang rela mengorbankan nyawanya di saat genting demi orang, tidak bisa tidak bilang namanya.

Coco, namanya lumayan, tapi asal-usul nama ini malah tidak begitu bagus.

Dari yang dia bilang saat ibunya melahirkannya disiksa oleh neneknya, Coco, seharusnya namanya berarti ‘kejam’.

Lalu, neneknya meninggal. Ibunya sakit, Coco baru punya kesempatan untuk mengubah namanya.

Karena namanya sebelumnya terlalu begitu, Coco tidak punya teman di sisinya.

Dia setiap hari bekerja untuk mendapat uang demi mengobati ibunya, setiap hari harus pergi ke tempat yang sangat jauh.

Biasanya tidak begitu lelah, tapi perempuan memang punya ada beberapa hari seperti ini kan, di tambah lagi waktu istirahat tubuhnya semakin lama semakin dikit.

Dia yang benar-benar tidak ingin melanjutkan perjalanannya lagi, langsung datang ke sebuah gang yang bisa mempersingkat perjalanan ini.

“Kak Alvero, apa kamu tahu? Sebenarnya aku sudah tidak ingin hidup lagi makanya masuk kesini.”

Tiba-tiba, Coco bicara kalimat ini dengan ekspresi wajah yang sedih, ekspresinya sangat sedih.

Disiksa ibunya waktu kecil, sudah dewasa malah harus berusaha mencari uang untuk mengobati ibunya yang pernah menyiksanya ini.

Hidup di bawah keadaan seperti ini, Coco jauh lebih kesulitan daripada siapapun.

Tapi.....

“ibumu memperlakukanmu seperti itu, kenapa kamu masih mau mengobatinya?”

Di kehidupan Alvero, baik ayah ibu yang mengadopsinya, atau ayah ibu kandungnya, mereka baik dengannya.

Alvero tidak pernah mengalami hal yang dialami Coco, tapi dia paham, kalau dia hidup di saat seperti itu, dia pasti tidak akan menolongnya.

“kamu tidak paham.”

Satu kalimat ‘kamu tidak paham’ dari Coco, langsung menyimpulkan segala yang tidak pernah dialami Alvero.

“Kak Alvero, ibuku menjadi seperti ini karena disiksa nenekku.”

“dia bilang nenek menyiksanya, dia juga ingin menyiksa orang lain, dan di keluarga itu, aku yang paling lemah, dan satu-satunya yang paling bisa disiksa.”

Air matanya menetes, Coco menangis tersedu-sedan.

“Kak Alvero, aku tadinya ingin mengobati penyakit ibuku, sebagai balasan dia sudah melahirkanku, tapi tidak disangka penyakitnya begitu sulit diobati.”

Matanya menunjukkan ekspresi yang ketakutan, tapi bisa ditebak, selama ini Coco sudah menanggung banyak hal yang tidak seharusnya dia tanggung di usianya sekarang.

Juga tidak tahu dengan alasan apa, Alvero langsung memeluk Coco.

Dia menepuk-nepuk punggungnya, bicara dengan lembut.

“Coco, tidurlah, tidurlah, itu hanya sebuah mimpi buruk, setelah bangun semuanya akan membaik.”

“iya kah?”

Seperti sedang bermimpi, Coco bertanya pada Alvero dengan tatapan yang bingung.

Saat ini, hati Alvero selain sakit hati, tetap sakit hati.

Dia sangat jelas Coco yang sekarang sangat tidak tenang, dan dirinya hanya bisa menenangkannya.

“iya, tidurlah sejenak, saat bangun nanti akan membaik.”

Iya, saat bangun nanti akan membaik.

Tunggu paman Yadi datang, kita bisa meninggalkan tempat buruk ini.

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu