The Richest man - Bab 67 Fleksibel

"Ibu, apa yang kamu katakan?"

Nyonya He baik pada dirinya, lagian apa yang terjadi pasa masa lalu juga merupakan sebuah tragedi. Bukan karena Nyonya He tidak menginginkannya, jadi bagaimana mungkin Alvero membencinya.

Hanya saja Alvero masih belum memahami satu hal.

Secara logika, dengan reputasi dan kekuatan keluarga He, Nyonya He melahirkan seorang anak itu merupakan hal besar. Seharusnya heboh kanan kiri, dan kemudian dirinya ...

Memikirkan hal ini dalam benaknya, Alvero tidak tahan.

"Ibu, apakah dulu ketika aku dibawa pergi memang benar sebuah ketidaksengajaan?"

Hanya sebuah pertanyaan tetapi sangatlah menusuk.

"Kenapa Alvero? Menurutmu ada yang salah?"

Mengenai peristiwa yang terjadi pada waktu itu, Nyonya He tidak mengatakan apa-apa secara langsung, tetapi kenyataannya, dia merasa lebih sedih daripada orang lain.

Sekarang setelah Alvero berkata demikian, dia juga mulai ingin tahu sedikit demi sedikit apa yang sebenarnya terjadi, banyak keanehan.

"Tidak."

Jelas-jelas dia sendiri yang memulai topik itu, tetapi jika benar-benar ingin menelusurinya, Alvero masih kurang keberanian untuk bertanya sampai akhir.

Lupakan saja, sekarang hidup sendiri sangatlah baik, jadi apa yang harus dippermasalahkan?

Lagipula, menggendong anak yang salah merupakan masalah besar. Tidak mungkin Nyonya He tidak mengetahui keanehan yang terjadi selama itu.

Sepertinya, diperkirakan ada orang yang tidak ingin Nyonya He tahu.

Apakah Tuan Besar He? Alvero tidak begitu jelas.

Lupakan sajalah, daripada perbanyak masalah lebih baik mengurangi masalah, asalkan orang yang selama ini ada di balik semua ini tidak datang untuk memprovokasi dirinya.

Jika tidak, ha ha.

"Al, ada apa? Apakah benar ada masalah? Katakanlah kepadaku."

Ketika melihat Alvero yang lagi bengong, Nyonya He mengambil kesempatan dan telah mengambil pakaian dan membandingkan ke badannya secara menyeluruh.

Bukankah melihat dia belum juga merespon, dia yang awalnya mempunyai keraguan sekarang sudah menjadi heboh lagi.

Putra sendiri hilang selama 20 tahun bahkan kenyataannya lebih dari 20 tahun. Kalau kali ini masih seperti itu harus bagaimana nantinya

"Ibu, tidak apa-apa."

Alvero juga sadar bahwa dia sudah terlalu lama kehilangan fokus, jadi dia hanya bisa meraih tangan Nyonya He dan menggengamnya.

Seberapa kuat genggaman tangannya, sebesar itu jugalah kecurigaan di hati Nyonya He.

Hanya saja tidak peduli betapa dia merasa kasihan dan sedih atas pengalaman hidup Alvero selama bertahun-tahun ini.

Namun nyatanya, dia masih tetap harus tenang.

Nak, kamu baik dan tidak ingin merepotkan ibumu.

Tapi dengan penampilanmu sekarang ini, jika benar-benar tidak ada masalah, sungguhlah aneh.

Melihat Nyonya He tidak berhenti, Alvero juga tidak berdaya.

"Sudahlah, Bu, aku baik-baik saja."

Toh masih hidup, bisa ada masalah apa

Mulutnya melengkung, mengetahui bahwa tidak mungkin untuk mendapatkan penjelasan yang jelas atas masalah ini dalam waktu singkat, Alvero hanya bisa mengganti topik pembicaraan.

"Nah, Bu, jam berapa jamuannya dimulai? Apa kita harus ke sana duluan?"

Mendengarkan kata-kata Alvero, Nyonya He benar-benar merespon kembali.

"Oh iya, ayo kita cepat pergi."

Senang sih senang, tetapi dia masih memikirkan hal tadi dan berkata.

"Al, mengenai masalah kamu yang tertukar ketika bayi itu, Ibu rasa harus diinvetigasi lagi."

Dengan tanda tanya di kepalaku, aku tidak tahu harus berkata apa.

Kamu ingin menginvestigasi ya lakukan saja, kenapa harus bawa-bawa aku.

Tanpa daya menggelengkan kepalanya, Alvero pura-pura tidak mendengar.

"Sudahlah, Bu, ayo kita cepat pergi, biar kita tidak terlambat."

Beneran, jika bukan karena ingin membuat ibunya mengganti topik pembicaraan, Alvero bahkan tidak membahas soal perjamuan.

"Hei, Alvero, bukankah kamu baru saja mengatakan kalau kamu tidak suka perjamuan? Terlalu meriah, kenapa hari ini..."

Ternyata tidak bodoh, Nyonya He setidaknya bisa merasakan ini.

Jika bukan karena kamu terus membicarakannya, apakah aku tidak takut akan menimbulkan masalah sampai seperti ini?

Dengan memutar matanya, Alvero tidak ingin menjawab Nyonya He, jadi dia terus mendesak.

"Ayo cepatlah, Bu."

"Aku ingin pergi lebih awal sekarang, bolehkah?"

"Boleh, boleh."

Sebagai seorang wanita, yang paling ingin kamu lihat adalah keharmonisan keluarga.

Ketika mendengar Alvero berkata tidak menyukai perjamuan keluarga karena ramai dan meriah, Nyonya He merasa sedikit sedih.

Tapi sekarang ...

"Alvero, kamu tunggu ibu di depan pintu sebentar, aku akan segera datang."

Seolah teringat akan sesuatu, Nyonya He langsung mengusir Alvero pergi duluan.

Bagaimana mungkin Alvero tidak mengerti apa yang dia maksud, jadi dia berbalik dan pergi.

Harusnya lebih cepat memberitahunya, aku sudah tidak sabar ingin pergi.

Kecepatan Nyonya He lumayan cepat. Ketika Alvero berdiri di depan pintu dan mengobrol dengan kakaknya yang sombong itu, Nyonya He keluar dengan membawa banyak tas belanjaan.

Orang kaya memanglah berbeda.

Tangan Alvero sudah dipenuhi dengan tas belanjaan yang dberikan oleh Nyonya He sebelumnya, dan itu sudah cukup berat.

Orang yang merepotkan, hal-hal yang merepotkan.

Alvero sama sekali tidak merasakan kegembiraan karena mendapatkan baju baru, malah Alvero menganggapnya merepotkan.

kakaknya Jesko di samping tampaknya bisa melihat apa yang ada di pikirannya, dan dia dengan senang berkata.

"Pahlawan melihat hal yang sama."

Mendengar kata-kata Jesko, Nyonya He tidak bisa menahan tawa dan berkata dengan tidak senang.

"Kamu sama saja dengan kakakmu, merasa membawa sesuatu itu merepotkan, tapi dia suka mengganti barang baru ..."

Hah, tidak paham

"Dari mana ‘pahlawan melihat hal yang sama’,kak. Aku sih tidak suka membeli barang-barang beginian."

"Hahahaha."

Dengan senyum canggung di wajahnya, Jesko tidak mengatakan apa-apa.

“Kamu tidak suka membeli, tapi kamu juga tidak suka membawanya. Bukankah ada satu hal yang sama?

Sembarangan.

Dengan mulut melengkung, Alvero menyambar apa yang dipegang Jesko.

"Kenapa? Kamu ingin merebut sesuatu setelah melihatnya?"

Dengan sumpah serapah, Jesko awalnya hendak mengambil ahli barangnya.

Melihat ini, mata Alvero hampir jatuh ke tanah.

"Perhatikan image, cepat pergi bawa mobilnya deh, jangan biarkan aku mengangkat barangnya dengan sia-sia."

"Bagus ya kamu, kirain aku sopir ya?"

Dengan ekspresi tidak senang, Jesko menolak untuk pergi dengan mata lebar.

Melihat ini, Nyonya He tidak bisa menahan tawanya.

"Jesko, Al telah membantumu membawakan barangmu, itu sangat berat ..."

"Husf……"

Sejauh menyangkut kerja sama, Alvero juga tidak buruk, dan bersenandung beberapa kali pada waktu yang tepat.

Pada saat berikutnya, dia melihat Jesko mundur beberapa langkah, dan berkata dengan kekhawatiran.

"Tahu kamu lemah, aku segera pergi bawa mobilnya kemari agar kamu tidak kecapekan, bahkan dia berbalik dan membuat gerakan memercikkan air kepadaku."

Alvero tidak mengerti kata-kata Jesko.

Namun, ketika Jesko pergi mengemudi, dia hanya bisa menanyakannya kepada orang yang bisa ditanya.

"Bu, apa yang dimaksud kakak? Bagian mana yang aku menyinggung perasaannya lagi?"

Setelah mengucapkan kalimat ini dengan ekspresi bingung, Alvero barulah merespon.

Dia tidak tahu banyak tentang Jesko, jadi bagaimana dia telah menyinggung perasaannya?

Tepat ketika Alvero bingung, Nyonya He berbicara.

"Tidak ada, Alvero, kamu berpikir berlebihan."

Aku benar-benar terlalu ‘overthinking’! Kalau begitu, bukankah dendam Jesko tadi terlalu berat?

Kemudian, setelah Jesko mengantar keduanya ke villa Keluarga He, Alvero barulah menghindari ibunya dan bertanya kepada kakaknya.

"kak, apa yang kamu maksud dengan gerakanmu tadi?"

"Hah? Kamu masih berani bertanya apa?"

Jelas, untuk kali ini, Jesko kesal.

Karena penampilannya itulah Alvero merasa sangat aneh.

Sudah tahu bahwa kakaknya ini sudah berhasil membuat dirinya fleksibel dari awal dia membantu menjalankan perusahaan.

Tapi sekarang ini, sangatlah jelas di luar kendali.

"Ummm, kak, beritahu aku donk, aku kan tidak tahu banyak masalah yang ada di dalam keluarga."

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu