The Richest man - Bab 59 Enggan
Tidak, ini...
Supir itu tercengang.
Dengan begini melihat Alvero dan lainnya berjalan pergi, dia enggan!
“Tuan muda, Tuan muda……….”
“Eh, Paman supir, kenapa kamu masih ada disini?”
Mendengar seseorang dibelakang yang memanggil dirinya, Alvero menoleh dan melihat paman yang begitu imut.
Alasan mengapa menggunakan kata imut, karena ekspresi paman ini sudah terlalu lucu.
Bagaimana cara mengatakan ini?
Tangan Alvero memegang dagu lalu berpikir sejenak, kemudian berkata kepada Paman supir.
“Paman, siapa yang memprovokasimu?”
Bukankah kamulah yang memprovokasi ku.
Mulutnya cemberut, didalam hatinya mengeluh, tetapi mulutnya masih berkata sambil tersenyum.
“Tidak ada orang yang memprovokasiku, tidak ada orang yang memprovokasiku.”
Tangannya dilambai-lambaikan, tetapi ekspresinya itu, seperti anak kecil yang tidak dapat memakan permen.
Otak Alvero berputar sebentar, dan langsung mengerti.
“Paman supir, apakah karena aku tidak menyapamu?”
Sebuah kalimat mengenai pemikirannya, Supir berkeringat dingin, dan tangannya dilambaikan.
“Tidak, tidak….”
Hhu.
Di stasiun ini, satu-satunya orang yang bisa membuat Paman supir mengalah secara paksa dan tidak berani berbicara, juga hanyalah dirinya.
Alvero sangat tahu jelas, tetapi karena Paman supir tidak mengatakannya, dirinya juga tidak ingin mengucapkannya.
“Oh, Paman supir, jika tidak ada yang memprovokasimu, mengapa kamu masih belum kembali?”
“Hmm.”
Saat ini, Paman supir terdiam.
“Bukan, Tuan muda, aku sudah mengatakan akan menunggumu.”
Dengan wajah yang sedih, terlihat sangat lucu.
“Adakah?”
“Hah?”
Matanya melihat wajah Alvero yang tersenyum palsu, Supir itu takut.
“Itu, mungkin aku salah mendengarnya.”
Tidak tahu harus mengatakan apa lagi, Supir itu berkata.
“Itu, Tuan muda, karena aku masih belum pergi, apakah perlu aku yang mengantar kalian.”
Dengan gaya Supir yang berhati-hati, Alvero benar-benar tidak tega menolaknya.
“Baiklah.”
Dengan berlagak, Alvero menggunakan gaya seorang Tuan muda, sama sekali tidak sungkan.
Dibandingkan dengan Alvero, Supir lebih kesulitan.
Terlebih dahulu membuka pintu mobil untuk membiarkan Alvero masuk, tetapi tidak disangka, dia malah tidak menghargainya.
“Orang tuaku masih disana, sebaiknya biarkan mereka naik dulu.”
Karena kedua orang itu bukan orang tua kandung Alvero, jadi identitas tidak sebanding dengan Alvero.
Ini juga adalah tempat yang tidak diperhatikan oleh Supir.
“Baik, baik.”
Setelah berkata baik dua kali berturut-turut, Supir berbalik kemudian bergegas menuju kedua orang tersebut.
Jarak pasangan suami istri itu masih sedikit jauh dari sini, sedang melihat interaksi Alvero dan Supir dari kejauhan.
“Mobil yang begitu besar.”
Pria lebih tenang, wanita lebih mudah semangat.
Bukankah, mobil Supir itu membangkitkan dua jenis semangat kepada pasangan suami istri itu.
Pria itu terlihat bahagia, tetapi tidak menampilkannya keluar sejelas istrinya.
Pada saat bersamaan, dia masih memperingatkan istrinya.
“Tenanglah sedikit, jangan membuat malu Alvero.”
Setelah diingatkan pria itu, istrinya juga tersadarkan.
Setelah menyimpan eskpresinya, mata tajamnya melihat sesosok bayangan yang belari kemari dari kejauhan.
“Ayah anakku, mengapa orang ini terlihat seperti supirmu?”
Menggosok wajahnya dengan tangan, wanita itu bersemangat kembali.
“Alvero tidak ikut kemari, menurutmu, apakah dia sedang menunggu kita di dalam mobil?”
“Seharusnya iya.”
Untuk menahan keinginan melihat mobil, pria itu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Sekarang mendengar istrinya berkata seperti itu, dia mendongak lalu melirik sekilas, dan benar adalah orang itu.
Kemudian menoleh melihat istrinya, sebuah wajah tua itu tiba-tiba merasa sedikit tidak nyaman.
Istrinya telah mengikuti dirinya begitu lama, tidak pernah melewati kehidupan yang bagus, tetapi malah melewati kehidupan yang pahit, sampai wajahnya juga menua begitu banyak.
Memikirkan hal ini dalam hatinya, pria itu ingin memuaskan istrinya.
“Jangan khawatir, mobil itu, nanti kita pasti dapat duduk didalamnya.”
Lalu menepuk bahu istrinya dengan tangan, Pria itu memutuskan diam-diam didalam hati.
Bagaimanapun, nanti harus membujuk Alvero memenuhi harapan seorang ibu, tidak boleh membiarkan istrinya meninggalkan penyesalan.
Tepat ketika pasangan itu sedang berpikir didalam hati masing-masing, Supir akhirnya tiba dihadapan mereka.
“Halo, permisi, apakah kalian adalah Ayah dan Ibu angkat Tuan muda?”
Begitu Supir datang, malah langsung mengungkit topik yang tidak ingin dibicarakan oleh pasangan suami istri itu di seperjalanan.
Awalnya wanita itu masih senang karena dapat duduk mobil, sekarang wajahnya menjadi gelap begitu supirnya berkata demikian.
Supir itu juga tahu bahwa perkataannya tidak bagus, lalu melirik pria itu, ekspresinya juga cukup buruk.
Melihat hal ini, Supir sedikit tak berdaya.
Tidak memanggil Ayah dan Ibu angkat, dia juga tidak tahu bagaimana memanggilnya.
Paman dan Bibi?
Sejujurnya, Supir itu juga cukup ceroboh, sekarang baru terpikirkan panggilan seperti itu.
Dia segera berkata tanpa ragu-ragu.
“Paman, Bibi, berikan barang bawaannya padaku saja, mari kita pergi naik mobil.”
Begitu kata-kata itu diucapkan, Supir sudah bersiap akan mengambil barang bawaan.
Tidak disangka, tepat pada saat ini, tangan pria itu mundur kebelakang untuk menghindar, dengan seperti ini, barang bawaan itu diangkat dengan tangannya sendiri.
“Paman.”
Tidak mendapatkan barang bawaan, Supir sedikit canggung.
Dan pada saat ini, mendengar Pria itu berkata dengan santai.
“Kami dapat mengangkat barang bawaan kami sendiri, kamu memimpin jalan saja didepan, sudah merepotkan.”
“Tidak merepotkan, tidak merepotkan.”
Melambai-lambai tangan dengan cepat, supir ragu-ragu sejenak, lalu berkata.
“Paman, berikan sedikit barang bawaanmu kepadaku, kalau tidak, Tuan muda……”
“Aku lebih tahu temperamennya dibandingkan siapapun, kamu memimpin jalan saja didepan, jangan biarkan Tuan muda mu tunggu terlalu lama.”
Tidak menunggu Supir selesai berbicara, Pria itu langsung memotongnya.
Di belakang perkataan, dia bahkan mengucapkan keluar putranya sendiri.
Benar, di dalam hati Pria itu mengerti.
Di mata Supir, dirinya mendapatkan keuntungan dari putranya.
Dan dia, hanya bisa dikendalikan oleh putranya.
Benar, seperti yang diduga Pria itu, begitu mendengar Tuan Muda akan menunggu lama, Supir langsung menyerah.
“Baiklah, berjalan perlahan-lahan saja.”
Setelah mengucapkan kata-kata sungkan, Supir juga tidak ragu-ragu, langsung memimpin jalan.
Juga hanya beberapa langkah, ketiga orang itu tiba didepan mobil.
Alvero melihat ini, dengan segera menyapa.
“Ayah, Ibu, kalian masuk ke dalam mobil dulu, biarkan aku yang tangani barang bawaan..”
“Ini………….”
Pria itu awalnya masih sedikit ragu, tetapi Alvero tidak memberikannya kesempatan.
Dengan begini, adanya Alvero menjadi perantara, kecepatan masuk ke dalam mobil lumayan cepat.
Mereka berempat duduk didalam mobil dengan santai, lalu Supir didepan berbalik dan bertanya.
“Tuan muda, kamu berencana membawa Paman dan Bibi kemana?”
“Hmm.”
Mengerutkan alis, Alvero yang awalnya berencana membawa orang tuanya makan di sekeliling stasiun, sekarang berubah pikiran.
Setelah mengatakan alamat vila yang dia beli sebelumya, Alvero berkata.
“Antar ke restoran terbaik di sekitaran sini.”
“Baik.”
Terhadap perintah Tuan muda, Supir mengingatnya didalam hati.
Sedangkan pasangan suami istri disamping, ketika mendengar restoran terbaik, ekspresi mereka langsung berubah.
Namun, karena adanya Supir disana, mereka juga tidak bisa berkata apa-apa, jadi hanya membiarkan putra mereka yang memutuskan.
“Duduk dengan baik, sekarang kita akan berangkat.”
Novel Terkait
Get Back To You
LexyInventing A Millionaire
EdisonDoctor Stranger
Kevin WongAir Mata Cinta
Bella CiaoThe Great Guy
Vivi HuangBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesCinta Yang Dalam
Kim YongyiHis Second Chance
Derick HoThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat