The Richest man - Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
"Gawat, Tuan Muda!"
Dia hanya melihat Soba, yang berdiri tercengang di balkon lantai sebelas, sedang menatap ke bawah.
Melihatnya seperti ini, Alvero merasa ada yang tidak beres. Dia memasukkan tangan ke dalam saku, perlahan-lahan menghampirinya, bertanya padanya.
"Ada apa?"
Muncul satu sosok yang tampak sangat tenang.
Namun, kurang dari dua menit, raut Alvero langsung berubah.
"Heh."
Seringai sinis yang sangat kecil terdengar dari bawah.
Jika bukan karena pendengaran Alvero yang bagus, dia mungkin saja tidak akan bisa mendengarnya.
Alvero secara tak sadar langsung menundukkan kepala Soba sambil memarahinya.
"Siapa yang memintamu untuk melihat ke bawah. Sekarang harus bagaimana, hah? Hah?"
Sial. Mereka akhirnya telah naik ke lantai sebelas, mengira masih ada kesempatan untuk menyelinap pergi.
Namun sayangnya, karena Soba telah melihat ke bawah, dirinya langsung ditatap oleh orang.
Ketika memikirkan hal ini, dalam sekejap terdengar suara yang menjijikan dari bawah.
"Alvero, oh, bukan, sekarang adalah Tuan Muda Alvin. Sudah lama kita tidak bertemu, ya. Kita sebaiknya jangan bersembunyi lagi."
Baiklah, karena tidak bisa bersembunyi lagi, dia pun hanya bisa menghadapinya.
"Argus, tetaplah di sana. Aku akan turun sekarang."
Bahkan jika dirinya tidak turun, Argus tetap akan mengirim orang untuk naik, jadi untuk apa mempertahankan harga diri jika nanti akan kehilangan muka.
Ketika pikiran ini melintas dalan benak Alvero, ia pun sudah berjalan turun selangkah demi selangkah.
"Jangan, Tuan Muda. Kita..."
"Huh, orang bawahan memang tidak tahu apa-apa, memang hanya Tuan Muda yang akan sadar."
Sindiran yang tak terkatakan ini membuat Soba tidak bisa menahan dirinya dan hendak membuka suaranya.
Tanpa disangka, Alvero malah bergegas berdiri di hadapannya, lalu membuka suaranya.
"Argus, kamu juga hanyalah seorang pesuruh, jangan berlagak sombong."
Setelah Alvero selesai mengatakannya, ia pun melihat wajah murka Argus.
He he, aku suka melihatnya yang seakan ingin memukulku tapi tidak bisa memukulku.
Saat Alvero memikirkannya, senyum di wajahnya pun semakin lebar.
"Kenapa? Kamu tidak bisa menghajarku?"
Jika diprovokasi beberapa kali, orang-orang yang diam pun akan marah.
Apalagi Argus yang suka memandang rendah Alvero, yang dari dulu selalu menganggap dirinya di atas Alvero.
Lihatlah, begitu Alvero turun, dia langsung menjentikkan jarinya ke anak buahnya.
Ini jelas menunjukkan bahwa dia sedang menyuruh orangnya untuk bertindak.
Soba sangat akrab dengan situasi ini, dia pun segera membuat keputusan dan mengatakannya pada Alvero.
"Tuan Muda, larilah."
Baiklah, ini memang perkataan dengan niat baik.
Tapi ini di lantai sebelas, lantai teratas rumah sakit ini, bagaimana bisa aku bersembunyi?
Alvero pun memegang dahinya sambil berkata tanpa daya.
"Soba, aku bukanlah dewa, aku tidak bisa terbang ke langit."
Setelah Alvero mengatakannya, Soba akhirnya baru menyadarinya.
Sekarang dia bisa melihat dengan jelas bahwa tuan muda saat ini tidak memiliki jalan keluar.
Namun, sekelompok orang di bawah itu...
Awalnya Soba agak khawatir bahwa orang yang disuruh Argus akan bertindak gegabah.
Tanpa diduga, pada saat ini malah ada satu sosok yang muncul di depan kedua bawahannya.
"Brent, apa yang sedang kamu lakukan?"
Ketika Argus mengatakannya, dia jelas tampak marah, tetapi ia malah tampak agak sedikit tidak mampu.
Ternyata benar, ini membuktikan bahwa perasaan Alvero tidak salah.
Orang yang disebut Brent itu adalah bawahan Haro, dan Argus sama sekali tidak bisa memerintahkannya.
Betul juga, orang seperti apa Haro ini? Bagaimana bisa dia berani menaruh nyawanya pada Argus.
Ketika Alvero ingin memahami bagian ini, ia pun tidak memiliki niat untuk memikirkannya.
Kemanapun dia pergi, pasti akan ada Haro. Nanti saat paman Yadi sudah datang kemari, semuanya pun sudah beres.
Saat Alvero sedang mengeluhkan semuanya ini, terdengarlah suara sirine mobil polisi.
Sekelompok orang di bawah seketika terkejut.
Terutama Argus dan Brent. Saat ini, mereka berdua pun tercengang.
Jelas-jelas gerakan Alvero berada di bawah kendali mereka, jadi bagaimana bisa dia memanggil Paman Yadi saat ini.
Kakinya pun menjadi lemas, sekelompok anak bawahan itu pun segera melarikan dirinya, meninggalkan dua orang yang masih terbengong di sana.
Tujuan kedatangan Paman Yadi kali ini sangat jelas, yaitu untuk menangkap Brent dan Argus.
Mengenai sisanya, Paman Yadi pun menjelaskannya pada Alvero.
"Tuan Muda, orang-orang itu sudah dikumpul kemari, dan mereka bukanlah bencana.”
Karena Paman Yadi telah berkata demikian, Alvero tentu tidak bisa berkata banyak.
Dia pun segera mengangguk kepalanya dan berterima kasih pada Paman Yadi.
"Kali ini berkat Paman Yadi yang datang tepat waktu, aku telah berhasil diselamatkan. Sisanya akan kuserahkan pada Paman Yadi."
Singkatnya, dia langsung menyerahkan semua tanggung jawabnya pada Paman Yadi lagi.
Selain itu, Alvero juga ada menunjukkannya sedikit.
Dia tidak terbiasa dengan hal-hal ini, dan enggan untuk menambahkan masalahnya, jadi tolong jangan melibatkannya lagi.
Paman Yadi adalah orang yang berpikiran tajam, jadi bagaimana mungkin dia tidak mengetahui pemikiran Alvero, bukan.
Tentu saja perkataan Alvero juga mengenai hatinya.
Awalnya dia takut Alvero akan bertanya lebih banyak lagi. Bagaimanapun juga, meskipun masalah di kantor polisi bukanlah suatu rahasia besar, tetapi itu juga tidak bisa dikatakan terlalu banyak.
Sekarang yang seperti ini pun tidak masalah.
Setelah mengklarifikasi keuntungan dan kerugiannya, Paman Yadi pun berkata pada Alvero.
"Baiklah, Tuan Muda. Karena saya masih ada urusan lain, maka saya akan pamit dulu."
Setelah selesai mengatakannya, ia pun terdiam sejenak, seolah sedang memikirkan sesuatu, kemudian dia baru menambahkan perkataannya.
"Oh iya, Tuan Muda, Nyonya di sana..."
"Tolong bilang ke dia bahwa aku baik-baik saja."
Bukannya dia sedang mengabaikan Nyonya He, tetapi dia telah mengalami terlalu banyak hal akhir-akhir ini dan perlu beristirahat.
Alvero pun memegang dahinya, tidak tahu apakah itu benar atau tidak, dengan pusing berkata padanya.
"Tidak, Paman Yadi, aku harus pergi tidur."
Tubuh Alvero bersandar pada tubuh Soba. Setelah dia mengatakannya, dia pun langsung tertidur.
Dia pun tertidur selama seharian.
Keesokan harinya, begitu dia terbangun, ia langsung melihat wajah besar Soba.
Alvero adalah orang yang memiliki temperamen baik, ia pun segera berpura-pura terkejut.
"Aah, hantu."
Dia menutupi wajah dengan tangannya, meringkuk tubuhnya.
Jika Soba tidak pernah melihat kemampuan Alvero, kemungkinan dia akan tertipu olehnya.
Soba menepuk tubuh Alvero, secara termangu-mangu berkata padanya.
"Sudahlah, Tuan Muda. Anda kira Anda dapat membohongiku?"
Setelah selesai mengatakannya, Soba terdiam sejenak. Melihat Alvero masih bersembunyi di sudut dan enggan untuk bergerak, ia pun tidak bisa menahan dirinya untuk tertawa.
Setelah soba pergi mengambil semangkuk bubur, ia pun membuka suaranya.
"Tuan Muda, tebakan Pak Hardi benar, Anda ternyata akan bangun pada saat ini, dia pun yang meminta orang untuk mengantarkan buburnya kemari."
Semburan aroma tercium kemari, dimana telah memikat Alvero, membuatnya mulutnya berair dan perutnya berbunyi tanpa henti.
Alvero dalam sekejap tidak bisa menahannya lagi.
Dia sudah lapar seharian, jadi bagaimana bisa dia tetap mempertahankan citranya, kan.
Alvero segera membalik tubuhnya, dengan ganas merebut mangkuk di tangan Soba, dan memakannya dengan lahap.
Dia tampak seperti serigala kelaparan, membuat Soba yang menatapnya terbengong.
Asalkan kalian tahu, dia sudah begitu lama berada di kantor polisi, dan siapapun akan mengatakan bahwa anggota keluarga He saat makan pun memiliki etika.
Tapi sekarang...
Soba, yang merasa tidak berdaya, menarik lengan baju Alvero, dan berbisik padanya.
"Tuan Muda, citra, citra Anda..."
"Apa?"
Alvero terlalu fokus memakan, dan hanya mendengar perkataan terakhir Soba.
Dia pun mengangkat kepalanya dan bertanya padanya.
Hasilnya, lebih baik dia tidak perlu mengangkat kepalanya, begitu dia mengangkat kepalanya, Soba pun tidak bisa menahan dirinya dan tertawa.
Novel Terkait
Kembali Dari Kematian
Yeon KyeongLoving The Pain
AmardaJalan Kembali Hidupku
Devan HardiMy Perfect Lady
AliciaGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraAkibat Pernikahan Dini
CintiaDiamond Lover
LenaThick Wallet
TessaThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat