The Richest man - Bab 78 Tersenyum Pahit

Benar, jika dibandingkan dengan orang lain, Alvero sudah termasuk cukup baik.

Tersenyum bersyukur kepada Alvero, satpam itu berdiri dengan perlahan.

Pada saat kritis ini, Alvero masih membantunya.

Dengan begini, awalnya orang yang seharusnya membenci Alvero, pada akhirnya, akan merasa bahwa dirinya telah melakukan kejahatan dan tidak pantas hidup.

Dan Alvero hanya menggunakan caranya sendiri untuk menghadapi orang tersebut.

Selama berpikir jernih pada setiap aspek, satpam juga tidak merasa dirugikan.

Tapi angin dingin yang berhembus di malam yang sejuk ini……

“Kenapa masih diam saja? Apakah ingin dipersilahkan olehku?”

Satpam itu masih ragu-ragu, tapi Alvero sama sekali tidak memberinya kesempatan.

Setelah mengucapkan kalimat itu, dia langsung menarik orang itu ke sana.

“Duduklah dengan baik.”

Setelah mengatakan ini, Alvero segera berbalik badan dan pergi tanpa menoleh.

Sesampai di lantai atas, dia mendengar percakapan pasangan tua itu di dalam kamar.

“Suamiku, sekarang Alvero sudah begitu tangguh, menurutmu apakah dia masih menyukai kita?”

Ada perasaan sakit hati di dalam suara itu, membuat orang merasa sakit sampai di lubuk hati.

“Seperti malam ini, Alvero mempunyai pesta makan malam yang begitu penting, pada akhirnya karena……”

“Istriku, jangan berbicara lagi, bagaimanapun juga Alvero adalah anak kita.”

Pada dasarnya seorang ibu sangat khawatir, tidak aneh jika dia berpikir Alvero seperti itu.

Tapi sekarang, mengapa mendengar perkataan ayahnya, selalu ada perasaan yang aneh.

Atau mungkin karena ingin menghibur ibunya jadi dia berkata seperti itu, tetapi dia tidak yakin.

Ketika pikiran itu melintas di benaknya, Alvero sedikit tidak tahu harus melakukan apa.

Tanpa basa-basi, dia lagsung membuka pintu dan masuk ke dalam, dan menenangkan pasangan itu.

“Jangan khawatir, ayah ibu, aku tidak akan tidak menginginkan kalian, apa yang dikatakan ayah benar.”

Saat kata-kata itu terlontarkan, Alvero mengambil sapu tangan dari tangan wanita itu, dan menyeka air matanya dengan lembut mewakili ayahnya.

“Ayah ibu, sebenarnya pesta makan malam hari ini belum selesai, aku hanya datang sebentar saja.”

Ketika mengatakan itu, Alvero mengeluarkan bunga yang aneh, dan memberikan kepada wanita itu dan berkata.

“Ibu, lihat, ini adalah pemberian kakek He kepadaku, dan memintaku untuk memberikan kepada ibuku yang pling cantik.”

“Dasar anak ini……”

Meskipun sangat jelas Alvero sedang membujuk dirinya, tapi wanita itu tetap bersedia menerima bunga itu.

Ketika bunga itu berada di kepala wanita itu, ternyata sangat cocok.

Alveo dan pria itu sedikit tidak percaya, mereka terkejut dan menutup mulut.

“Kenapa? Apakah jelek?”

Wanita dilahirkan ingin tampil cantik, ini merupakan sebuah prinsip di mana-mana.

Bahkan seorang ibu di desa, sebenarnya juga memiliki pemikiran untuk berubah menjadi cantik.

Namun biasanya di pedesaan, sangat sibuk dan tidak ada waktu untuk berdandan.

“Cantik, membuat ayahku melihat sampai tidak bisa berpaling.”

Alvero-lah yang bereaksi terlebih dahulu, merangkul wanita itu sambil mengatakan kata-kata itu.

Kata-kata ini membuat wajah pria itu memerah, pada saat ini dia juga tidak bisa menahan dan bergumam.

“Alvero, kamu sudah menggoda ayahmu.”

“Aduh.”

“Kenapa?”

Menghadapi suara Alvero yang disengajakannya, pasangan itu tidak mengerti dengan niatnya sama sekali.

Terutama pria itu, dan dia mendongakkan kepalanya lagi.

Matanya menatap wanita itu lagi, dan matanya langsung memerah.

Dia tidak bisa menahan lagi, dia tampak bingung dan bergumam.

“Ibu dari anak ini, kamu benar-benar cantik.”

Kan benar jika begini, dasar ayah bodoh.

Terlepas dari usianya, setiap wanita suka dipuji oleh seorang pria.

Puji mereka, dan mereka akan senang sepanjang hari.

Melihat suasana semakin terpesona, Alvero langsung bangkit, setelah menyapa pasangan itu, dia keluar.

Omong kosong, jika tidak keluar apakah ingin menjadi pihak ketiga yang tidak diinginkan dalam berkencan?

Namun, sejujurnya, pada malam hari begini benar-benar sedikit sejuk.

Orang tuanya sudah terjebak dalam suasana saat ini, mungkin mereka sama sekali tidak tahu bahwa dia sudah keluar.

Dan……

Tanpa menunggu Alvero berpikir lagi, terdengar sebuah suara dari depan.

“Aiya, kenapa kamu begitu aneh?”

Suara ini terdengar seperti Quin.

Baru saja melewati cinta murni orang tuanya, sekarang melihat dirinya sendiri dengan Quin, Alvero seperti telah diberi makan kotoran tikus, ekspresinya sangat jelek.

Dia berjalan mendekat dengan perlahan, dan melihat Quin berdiri di depan satpam.

Masih dengan ekspresinya itu, memerintahkan orang lain dengan angkuh.

“Sudah kubilang Alvero adalah pacarku, kenapa kamu masih seperti ini? apakah enak tidak memiliki apa-apa?”

Ekspresi Quin terlihat sangat tidak sabar, mungkin dia kesal karena ketegasan satpam ini.

Mungkin orang ini mengira satpam itu sama seperti dia, dan keuntungan akan muncul.

Dengan eskpresi Quin ini, Alvero berani memastikan.

Begitu satpam itu berdiri, dia pasti akan membiarkannya masuk.

Untung saja satpam ini memiliki tekad yang bagus, dan bisa menahan godaan.

Dia berpikir seperti ini di dalam hatinya, tiba-tiba Alvero mendapatkan sebuah ide.

Malam ini, biarkan Quin berada di luar semalaman, dan satpamnya berada di dalam.

Karena dirinya tidak memukul wanita, biarkan Quin merasakan bagaimana perasaannya ditipu.

Hehehe.

Sudut bibirnya menyeringai, kebetulan dia tidak tahu harus melakukan apa malam ini, dan bertemu dengan hal seperti ini.

Aku tidak tahu apakah harus mengatakan Quin memiliki mata yang tajam atau memiliki hati yang jahat.

Begitu Alvero muncul, bahkan satpam saja tidak menyadarinya, tetapi orang ini sudah melihatnya.

“Aduh, Alvero, untung saja kamu keluar, ini, satpam ini menindasku.”

Saat kata-kata Quin terlontarkan, sudut bibir satpam itu berkedut.

Apalagi pria ini mengira Quin benar-benar pacarnya Alvero.

Baiklah, semua ini karena dirinya telah menghukumnya terlalu keras.

Sebelum satpam itu berbicara, Alvero berkata.

“Quin, kan? Kita sudah putus, kita sudah putus ketika aku masih miskin.”

Setelah menggertakkan gigi dan mengatakan itu, Alvero berbalik badan dan berbicara kepada satpam itu.

“Kali ini kamu melakukannya dengan baik, kamu boleh masuk ke dalam.”

“Benarkah?”

Sangat tak menyangka kejadian tak diduga ini terjadi, seketika satpam itu sangat senang, dan berkata kepada Quin.

“Terima kasih banyak.”

Setelah mengatakan itu, satpam berdiri dari kursi, berbalik badan dan berjalan pergi.

“Alvero, aku……”

Quin juga tidak tahu memikirkan alasan bagus apa untuk membenarkan dirinya, dan ingin berbicara.

Namun, Alvero tidak memberinya kesempatan sama sekali.

“Apakah masih ingin menjadi pacarku?”

Dia tersenyum manis, Alvero memikatnya dengan perlahan-lahan.

Dengan karakter seperti Quin, dia langsung setuju begitu Alvero berbicara.

“Ingin.”

Tanpa ragu, dia menjawab tanpa ada keterikatan sedikit pun.

Saat ini, Alvero sedikit tercengang.

Harus diketahui, sebelum dirinya belum menjadi Tuan muda kecil Keluarga He, bisa membuat Quin kembali ke sisinya adalah sebuah mimpi.

Tapi sekarang……

Sepertinya pernyataan segala sesuatu bisa dilakukan dengan uang itu benar.

Memikirkan hal ini, Alvero sedikit tersenyum pahit.

Novel Terkait

Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu