The Richest man - Bab 86 Memberi Keringanan
Soba tadinya masih agak ragu, karena Soba sangat jelas bagaimana Paman Yadi memperlakukan orang.
Selain lebih ketat saat serius, di waktu lainnya lumayan baik.
Tapi mengikuti orang di depannya ini.....
Kebingungan terlintas di tatapannya, Soba mempertimbangkannya sebentar, akhirnya tetap tidak bisa menahan untuk bertanya.
“itu, aku takut kau.....”
“takut emosiku buruk? Tidak baik terhadap bawahan?”
Saat wajah muncul merah merona yang membingungkan di wajah Soba, Alvero tahu tebakannya benar.
Hanya saja, yang dia tidak paham adalah, apakah dirinya terlihat seperti orang yang tidak mudah diajak berinteraksi?
Melihat sekitar, Alvero menunjuk dirinya sendiri, dan bertanya pada para anak buah.
“apa aku begitu jahat?”
“tidak kok?”
Marko berpikir sejenak, lalu melemparkan persoalan ini ke Brian.
Sayang sekali, Brian juga tidak menjawabnya.
“tidak paham, tidak tahu.”
Alvero pasrah dijahati oleh teman yang dia anggap sangat baik.
Akhirnya, dia hanya bisa menyapu tatapannya ke Norbert yang tidak bicara dari awal sampai akhir.
“kadang baik, kadang jahat, bisa dibilang sulit untuk diprediksi.”
Tiga ekor burung gagak terbang lewat atas kepalanya, wajah Alvero menghitam, bicara dengan marah.
“kalian, kalian.....”
“hahaha.”
Semuanya adalah orang yang tidak berhati nurani, masih bisa tertawa melihat dirinya yang marah.
Alvero dibuat marah sampai hatinya ikutan sakit.
Terpaksa menunggu agak lama, melihat orang-orang ini tidak membantunya menjelaskan.
Yasudahlah, Alvero hanya bisa meletakkan pikirannya pada Soba yang wajahnya ketakutan.
Wajahnya sedih, Alveri berjalan kemari sambil tersenyum, bicara sambil menepukpundak Soba.
“jangan dengarkan ucapan mereka, aku tidak jahat begitu.”
Selesai bicara, terhenti sebentar, melihat orang ini tidak percaya, Alvero langsung punya sebuah ide.
“hmph, kalau aku begitu jahat, tadi saat kamu menolakku pertama kali, kamu pasti sudah habis.”
Kedua tangan melingkari dada, Alvero seperti sedang anak kecil yang mendapat mainan, terdapat senyum yang bangga di wajahnya.
Tatapan matanya itu, seolah sedang mengatakan.
Bagaimana? Siapa suruh kalian menjahatiku, sayang sekali tidak bisa.
Kali ini, giliran Norbert dan yang lainnya terdiam.
Mau bagaimana lagi, akhirnya, mereka tetap tidak bisa menghalangi tatapan Alvero yang membunuh orang, bicara dengan hati nurani.
“kawan kecil, kamu tenang saja.”
“iya iya, kalau ikut dengan tuan muda mu ini, pasti akan hidup enak.”
“juga bisa main dengan perempuan.”
Satu orang satu kalimat, memuji sampai Alvero sampai hampir terbang.
Tapi kalimat terakhir, kenapa kedengarannya begitu aneh ya.
“Marko, kamu ini, aku menyesal sudah menganggapmu sebagai teman.”
Tangannya memukul bokong Marko, tapi malah dihindari olehnya seolah sudah siaga sejak awal.
Yasudah sih, kamu cukup menghindar saja, kenapa memancingku lagi?
Jari tengah itu, kamu merendahkan siapa sih.
Kalau bukan kondisi tubuhnya tidak mendukung, sejak awal Alvero pasti sudah mengejar sambil memakinya.
“Marko, kamu tunggu saja.”
“baik baik, aku tunggu.”
Memanfaatkan Alvero sedang tidak enak badan, si Marko ini malah ngeyel.
Dasar anak ini, biasanya takut ditindas olehnya, sekarang memanfaatkan kesempatan untuk membuat onar.
Yasudahlah, biarkan saja dia kali ini.
Menggelengkan kepala dengan pasrah, Alvero mengalihkan pandangannya ke Soba lagi.
“bagaimana? Kamu setuju atau tidak?”
“boleh setuju, tapi harus lewat persetujuan Paman Yadi.”
Bagus, dirinya tidak salah lihat.
Tidak lupa dengan majikan dan mantap, merupakan sebuah tunas yang bagus.
Menganggukan kepala dengan puas, Alvero langsung berkata.
“oke, ini nanti saja tanya nya, aku rasa Paman Yadik tidak akan tidak setuju.”
Karena melewati penculikan dan pembunuhan kali ini, dengan sikap nyonya He yang melindungi orang, walaupun dirinya tidak mencari orang untuk melindungi di sisinya, dia mungkin juga akan mengutusnya.
Lebih baik dilihat oleh sekelompok orang asing yang mengikuti di sisi sendiri daripada memilih beberapa yang disukai sendiri.
Walaupun tidak akan seratus persen sepenuh hati, tapi juga tidak akan begitu memburuk.
Seiring Alvero melamun, sekelompok orang sangat cepat datang ke dalam Gang Gui tempat Coco terkena bahaya.
Gang Gui yang sekarang sudah tidak bisa disebut sebagai Gang Gui lagi.
Alvero merasa, kali ini sudah disapu bersih oleh Paman Yadi, orang berikutnya yang bersedia membangun sarang disini pasti akan memikirkannya lagi berulang kali.
Pengelihatan Alvero lumayan, dari kejauhan dia bisa melihat Paman Yadi sedang melambaikan tangan ke para bawahan untuk membawa Fino dan yang lainnya masuk ke belakang mobil polisi.
“Paman Yadi, Paman Yadi.....”
“tuan muda He, apakah bisa melepaskan kami karena kami tidak menyentuhmu?”
Tadinya masih mengira dia cepat bicaranya, tidak disangka, tetap saja dipotong oleh orang.
Begitu mengangkat kepala, ternyata adalah Fino yang sebelumnya mendapat petunjuk dari dirinya.
“melepaskan kalian?”
Walaupun memang datang karena orang-orang ini, tapi juga tidak boleh menunjukkan tujuan dengan terlalu jelas.
Alvero sengaja senyum jahat, bicara dengan dingin.
“dengah hal-hal kotor yang sudah kalian lakukan, atas dasar apa aku melepaskan kalian?”
Ya, ucapan ini masuk ke hati orang-orang.
Tidak sedikit bawahan Paman Yadi di samping yang memberi pujian pada Alvero di hati, memujinya sebagai orang baik.
Hanya saja, kalau mereka tahu pikiran Alvero yang sebenarnya, pasti akan hancur hatinya.
“ini.....”
Sangat jelas, hati Fino dan yang lainnya, mereka juga tahu Alvero tidak punya alasan untuk melepaskan mereka.
Tapi saat ini detik ini, walaupun kemungkinan sekecil apapun, mereka tidak boleh menyia-nyiakannya.
“ini apanya? Orang-orang tidak berdosa yang ditindas kalian, apa yang kalian lakukan saat mereka memohon ampun pada kalian?”
Seiring ucapannya ini selesai, Fino dan yang lain tidak bisa membuka mulut.
Alvero melihat ini langsung berkata.
“memang kalian melepaskanku, tapi juga harus membayar harga untuk semua yang kalian lakukan sebelumnya.”
“disini, aku bisa jamin pada kalian.”
“kalau kalian menyetujuiku, setelah keluar penjara bersedia digunakan olehku, aku bisa meminta Paman Yadi untuk memberi keringanan pada kalian.”
Ini juga sebuah pilihan yang lumayan.
Jujur saja, kalau ada kesempatan, siapapun tidak ingin menjadi penjahat.
Diantara penjahat, juga ada sangat banyak yang melakukan kesalahan karena kebodohan karena masih muda.
Hanya saja, sulit untuk melewati jalan untuk kembali.
Begitu ini dilakukan, langsung menghambat sisa hidup mereka.
Saat orang sudah mencapai usia menengah, ada orang yang menyesal, sayangnya sudah tidak ada lagi kesempatan.
Tapi sekarang, masih ada kesempatan, mereka mana mungkin akan menyerah.
Untunglah, kelompok orang ini bukan penjahat yang sebenarnya, hati mereka masih memiliki sedikit hati nurani.
“baik, tuan muda, kamu menyetujuimu.”
Sangat cepat, langsung mendengar Fino dan yang lainnya bicara serentak.
“Paman Yadi.”
Karena orang-orang ini sudah setuju, kalau begitu sekarang hanya perlu persetujuan Paman Yadi.
Menujukan tatapan yang penuh harapan pada Paman Yadi, mata Alvero dipenuhi ekspetasi.
Itu adalah perasaan seperti apa, Paman Yadi juga tidak mengerti.
Tidak tahu kenapa juga, dilihat seperti ini oleh tuan muda, Paman Yadi menganggukan kepala tanpa sadar.
“baik, aku menyetujuimu untuk memberi keringanan pada orang-orang ini.”
Dengan ucapan Paman Yadi ini, Fino dan yang lainnya sudah menghindari borgol tangan.
Dan lagi, Paman Yadi sudah bilang.
Novel Terkait
My Lifetime
DevinaPejuang Hati
Marry SuMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaBeautiful Lady
ElsaStep by Step
LeksMy Secret Love
Fang FangMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat