The Richest man - Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
Jesko menatap senyum Alvero yang jengkelin itu, tidak bisa menahan untuk menggumam.
"Tidak tahu malu, Tidak ada lawannya."
"Tidak bisa melawanmu."
"..."
Tanpa berkata apa-apa sepanjang jalan, menerima rasa tidak tahu malu dari Alvero, Jesko sedikit malas berbicara.
Mengenai Nyonya He, dia orang yang punya aturan.
Dia mengatakan tentang naik mobil hanya boleh duduk dengan baik, tidak boleh berbicara, bahkan jangan menoleh ke belakang karena bisa menyebabkan kecelakaan.
Dengan ini, Alvero tidak bisa menahan tawa.
Ketika ketiganya saling tidak bersuara, mobil berhenti di depan toko pakaian kelas atas.
Tempat yang bagus.
Alvero melihat ke arah pintu dan menemukan bahwa barang yang di sana itu semuanya ‘custom made’.
Barang yang dibuat sesuai pesanan harganya dua kali lebih mahal dari yang dibeli di supermarket.
"Kenapa? Tercengang?"
Tidak tahu bagaimana temperamen Jesko yang sebenarnya. Ketika bertemu dulu tidak berasa, tapi kalau sekarang, hehe.
Sedikit sedikit menganggarkan dirinya sendiri, tidak akan mati jika dia tidak berbicara.
Menjulingkan matanya ke arah langit-langit, Alvero memutuskan untuk mengabaikannya.
"Hei, aku kakakmu, bagaimana kamu bisa begini?"
Melihat setelah dia berkata cukup lama tetapi Alvero tidak meresponnya, Jesko menjadi marah.
Dia tiba-tiba meraih lengan baju Alvero dengan kuat, menatapnya dan berkata dengan marah.
"Lepaskan."
Diprovokasi berulang kali, Alvero merasa tidak nyaman
Sekarang, bahkan setelah dia tahu identitas Jesko, dia tetap tidak bisa menahan untuk tidak mencari gara-gara dengannya.
"Aku kakakmu, kenapa kamu tidak berbicara denganku? Tidak mau uang saku lagi?"
Di saat kritis, Jesko masih ingin mengancam Alvero. Ini membuat Alvero sangat marah hingga emosinya langsung meledak.
"Tidak mau kasih ya sudah tidak usah ."
Mengangkat bahu dengan santai, Alvero selesai berbicara dan hendak pergi.
"Kamu……"
Tidak memberi Alvero kesempatan untuk berbalik, Jesko menghentikannya.
Orangnya sih berhasil dihentikan tetapi ucapannya masih belum dimengertii.
"Aku apa?"
Dengan melipat tangan di depan dada, gestur Alvero tidak kalah dari Jesko.
"Huh, kebaikan dianggap niat buruk."
Masih dengan sikap sombong itu, Jesko melepaskan Alvero dan berkata dengan keras.
"Pergilah jika mau pergi"
"Hah, kamu yang duluan cari masalah masih saja cari pembenaran."
Emosi diganggu oleh Jesko, Alvero juga mulai sedikit cuek.
"Kamu kakakku, trus kenapa? Apakah karena kamu kakakku jadi kamu boleh dikit-dikit gangguin aku?"
Dia berkata dengan keras, dan mengungkapkan semua tentang keusilan Jesko.
"Kamu……"
"Aku apa? Patung tanah liat juga memiliki sedikit temperamen, bahkan kelinci juga akan menggigit ketika mereka terancam."
Berpura-pura mau menggigit, Alvero sangat marah, dan suaranya meninggi, hingga membuat Nyonya He khawatir.
"Ada apa dengan kalian berdua?"
Sejak masuk tadi, Nyonya He dijamu oleh pelayan, dan dia fokus tentang apa yang akan dikenakan Alvero di jamuan keluarga di malam hari.
Awalnya, Nyonya He sedikit takut Alvero akan dianggap pengemis di tempat seperti itu dan diusir keluar.
Serius, tidak heran Nyonya He berpikir seperti ini, soalnya pakaian yang dipakai Alvero terlalu...
Tentu saja, ini bukan hal yang sedang dikhawatirkan oleh Nyonya He sekarang.
Awalnya berpikir kalau Jesko dan Alvero barengan pasti tidak akan mengalami masalah, tetapi kok malah mereka berdualah yang jadi cekcok.
Bingung melihat mereka berdua yang berdiri di depannya, Nyonya He tidak tahu mau merespon apa.
"Ibu, tidak apa-apa, aku hanya mengusili kakak."
Menarik napas dalam-dalam, Alvero mengucapkan kalimat itu.
Dengan adanya perkataan ini, atmosfer di antara keempatnya berubah menjadi baik.
Jesko yang tadinya agak telat mikir, juga mengikuti perkataan Alvero.
"Betul, Bu."
"Baiklah."
Siapapun yang punya mata pasti bisa melihat dengan jelas situasinya, bagaimana mungkin Nyonya He bisa tidak tahu bahwa ada konfik antara dua bersaudara ini.
Namun, karena mereka tidak mengatakan apa-apa dan berencana untuk menyelesaikannya secara pribadi, kenapa dia harus terus mempermasalahkannya lagi? Jika terus bertanya bukankah nantinya akan jadi menjengkelkan?
Mengetahui hal ini di dalam hatinya, Nyonya He dengan santai melanjutkan memilih pakaian lagi.
"Kenapa kamu tidak mengadu?"
Menatap Alvero dengan heran, Jesko mengatakan kalimat seperti itu.
"Takut kamu memanggilku udang kaki lunak."
Untuk orang dengan temperamen yang berubah-ubah seperti Jesko ini, Alvero tidak tahu harus bagaimana menghadapinya.
"Ha ha ha."
Tepat ketika Alvero bertanya-tanya, Jesko tertawa dan menepuk pundaknya.
Alvero heran dan penuh dengan kebingungan.
"Ada apa?"
Apakah yang membuatmu Tuan Muda Besar He senang?
"Er, Adikku, sebelumnya itu adalah ujian kecilku untukmu, kamu jangan memasukkannya ke dalam hati?"
Terdiam.
Tanpa menggubris Jesko, Alvero melihat sekeliling.
"Um, aku tahu aku agak keterlaluan sebelumnya, sekarang aku akan membiarkanmu ..."
Jesko tidak melanjutkan perkataannya, hanya menepuk dadanya dan dengan loyal berkata.
"Kamu boleh untuk tidak mengakuiku sebagai kakakmu, tapi kamu sebagai adikku, sudah aku akui."
Apakah aku sudah bilang menyangkalnya? Sudahkah?
Mengenai hal sanjung menyanjung, Alvero ingin melakukannya.
Tapi kenapa orang di depannya ini begitu tidak sabar, dia hanya main-main sedikit saja, kenapa dia sudah...
Bermain dengannya lagi sekarang?
Fakta memberi tahu Alvero, mainlah
Jika menyanjungnya sekarang, sendiri akan jadi apa nantinya?
Yang ada penyesalan yang terus menerus nantinya.
"Alvero, kemarilah."
Saat Alvero lagi kusut, suara Nyonya He terdengar dari kejauhan.
Suara ini seperti hujan yang turun tepat pada waktunya, benar-benar memberikan jalan keluar untuk masalah Alvero.
"Bang, tunggu sampai aku kembali jika ada yang ingin kamu katakan."
Hanya dengan menyebut kata ‘bang’ saja, sudah sangat jelas maksudnya.
Akan tetapi senyum Jesko masih belum terlihat, Alvero sudah melarikan diri.
"Anak ini..."
"..."
"Nyonya, Seleramu sangat bagus. Pakaian ini sangat cocok untuk tuan muda kecil. Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa ini dibuat khusus untuknya."
Iya, apa yang kamu katakan itu benar.
Menyentuh baju yang sudah dipakai di badan, pinggang ada sedikit ketat, tapi tidak sampai tidak nyaman, bagian pantat juga, dan juga tidak terasa tidak nyaman ...
Pakaian baru, ketat sedikit itu wajar.
Berpikir seperti itu dalam hatinya, lalu melihat harganya.
Harga yang luar biasa, puluhan juta, ini sangatlah mahal.
"ibu."
Alvero hendak akan mengatakan tidak mau pada Nyonya He.
Nyonya He hanya berbalik dengan wajah ceria dan bertanya pada Alvero.
"Bagaimana? Alvero? Apakah pas?"
"Bagaimana menurutmu, Ibu?"
Melihat kegembiraan di wajah Nyonya He, Alvero tidak sanggup mengganggu moment ini.
"Tidak kebesaran dan juga tidak kekecilan, pas."
Kata-kata ini memberi kepastian, tapi ...
"Pakaian ini sih bagus, tapi intinya Alvero nyaman memakainya, suka."
Benar sih apa yang dikatakan, tapi ini terlalu mahal.
Sejujurnya, Alvero sangat rendah hati.
Jika tidak, ketika mendapatkan uang dia sudah segera beli, beli, dan beli.
Hanya saja, melihat semangat di mata Nyonya He, Alvero memutuskan untuk memperlakukan dirinya dengan baik sekali saja.
"Ibu, aku menyukainya."
Sebuah kalimat ini membuat hati Nyonya He yang tadinya was-was menjadi rileks.
"Al, kita sebagai ibu dan anak telah berpisah selama bertahun-tahun, awalnya aku takut, tapi sekarang ..."
Nyonya He tidak melanjutkan kata selanjutnya, tetapi kegembiraan di wajahnya itu terlihat jelas.
Novel Terkait
Innocent Kid
FellaJalan Kembali Hidupku
Devan HardiAwesome Guy
RobinMenantu Hebat
Alwi GoYou're My Savior
Shella NaviYour Ignorance
YayaHalf a Heart
Romansa UniverseMy Only One
Alice SongThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat