The Richest man - Bab 63 Menyela Pembicaraan
“Ayah, Ibu, di sekitar sini selain restoran tadi masih ada sebuah restoran yang lumayan……..”
Tidak menanggapi topik Ayahnya, Alvero mengalihkan perhatian.
Omong kosong, beraninya berteriak dan memarahi orangtuanya.
Dulu tidak memiliki kemampuan, tetapi sekarang sudah memilikinya, jadi bagaimana mungkin akan melepaskan mereka.
“Alvero, itu……..”
Mungkin mengerti maksud Alvero, Ayahnya tidak berbicara lagi, tetapi Ibunya yang disamping sangatlah ragu.
“Katakan saja, Ibu.”
Berbicara secara langsung, Alvero memanglah orang yang terus terang.
“Lebih baik kita cari sebuah restoran yang biasa saja, itu……….”
Alvero tahu bahwa apa yang terjadi tadi pasti meninggalkan trauma di dalam hati Ibunya.
Dia tidak mengatakannya, tetapi dilubuk hatinya……..
“Benar, Alvero, Ayah dan Ibu tahu bahwa statusmu sudah tinggi sekarang, ingin menyantap makanan yang lebih bagus, tetapi Ayah dan Ibu………”
Tidak menunggu Ayahnya selesai berbicara, Alvero menyela pembicaraan.
“Apanya yang bagus atau buruk, tidak peduli apa status putramu, aku masih tahu jelas darimana asal makanan.”
“Makanan juga bukan berarti mahal maka bagus.”
Mulut menyeringai, Alvero sama sekali tak peduli.
Pasangan suami istri melihatnya seperti ini, didalam hati juga sangat senang.
“Alvero, baguslah jika kamu bisa berpikir seperti ini, Ayah dan Ibu masih takut kamu……..”
Ibunya menyentuh air mata kegembiraan dimatanya sambil berkata.
“Baiklah, kurangi perkataan tidak penting, ayo kita pergi makan.”
Menghadapi perasaan Ibunya seperti ini, hati Alvero sangatlah sakit, jadi hanya bisa mengganti topik pembicaraan.
“Benar, Istriku, sangat jarang putra kita berbakti seperti ini, mengapa kamu masih seperti ini.”
Sambil menyeka air mata istrinya, Pria itu membujuk dengan sabar.
“Ya, aku sangat gembira jadi tidak bisa mengendalikannya.”
Tangannya menepuk ke kepala, lalu Wanita itu tersenyum malu- malu.
Pada akhirnya, mereka bertiga memutuskan untuk makan di restoran bergaya rumahan yang biasa saja, dan menghabiskan sekitar 100 ribu.
Menyedihkan, cinta orangtua yang luar biasa.
Setelah mereka bertiga selesai makan, Alvero baru bersiap untuk pergi membayar, malah diberi tahu bahwa sudah selesai membayarnya.
Sekarang, Alvero tak berdaya.
Ayahnya tadi meninggalkan tempat ditengah makan, sepertinya melakukan ini.
“Ayah.”
Memandangi sosok Pria itu lalu memanggilnya, Alvero memandangi 100 ribu ditangannya dan tidak tahu harus bagaimana.
“Sudah datang ke kota, saatnya aku menjaga kalian, mengapa……”
“Alvero, kita adala satu keluarga, jangan begitu sungkan.”
Melambaikan tangan dengan kuat, wajah Pria itu masih tersenyum bahagia.
“Baiklah.”
Dengan tak berdaya memasukkan barang yang ada ditangannya ke dalam dompet, lalu Alvero memimpin jalan didepan.
Ketiga orang itu berbicara sambil tertawa sepanjang jalan, waktu juga telah berlalu banyak.
Ketika Alvero dan sekeluarga tiba di villa, hari sudah larut.
“Astaga, apakah aku sedang bermimpi?”
Berdiri dibawah villa megah, Wanita itu tidak bisa menahan untuk menutupi gayanya.
Pria itu juga sama, wajah penuh semangat.
“Ayah, Ibu, kalian tidak salah melihat, ini adalah tempat yang akan kalian tinggali nantinya.”
“Putra kalian alias aku sudah kaya, kalian, juga seharusnya ikut menikmatinya.”
Menepuk dadanya sendiri, wajah Alvero penuh kebanggaan.
Meskipun uang itu bukan miliknya, tetapi terpikirkan apa yang dapat dirinya lakukan kepada orangtua, Alvero sangatlah senang.
Pasangan suami istri disamping saling melirik, dari dalam pandangan mereka terlihat perasaan tenang.
“Alvero, melihat villa ini, Ayah dan Ibu benar-benar sudah tenang.”
Ibunya melangkah maju beberapa langkah, lalu menggengam tangan putranya sambil menghela nafas.
“Benar, Alvero, tampaknya Keluarga He memperlakukanmu dengan baik.”
Pria itu juga melangkah maju dan menepuk pundak Alvero sambil berkata.
“Orang tua kandung, bagaimana bisa memperlakukanku dengan buruk.”
Begitu perkataan Alvero di ucapkan, suami istri itu terdiam.
Juga pada saat ini, Alvero baru menyadari kesalahannya.
Orangtua dengan tidak mudah baru mengeluarkan senyuman, tetapi malah………..
Salahkan mulut jahat ini, Alvero bahkan ingin menampar dirinya sendiri beberapa kali.
“Baiklah, Alvero, tidak apa-apa, selama mereka memperlakukanmu dengan baik, Ayah dan Ibu sudah tenang.”
Mulut mengatakan tenang, tetapi dalam matanya masih ada kecemasan, inilah orangtua.
Anak yang dibesarkan dengan tidak mudah, diakui dan dibawa oleh orang lain, hal ini tidak mudah bagi siapapun untuk menerimanya.
Suasana hati orangtuanya, Alvero mengerti.
Memikirkan ini, Alvero yang sangat berbakti tentu saja tidak akan mengabaikannya.
“Ayah, Ibu, kalian tenanglah, aku alias Alvero bersumpah bahwa kalian adalah Ayah dan Ibu baikku selamanya.”
Seorang pria akan menangis jika bertemu sesuatu yang sunggguh membuatnya sedih, jika tidak dia tidak akan mudah menangis.
Pada saat ini, Alvero akhirnya mengerti maksud perkataan ini.
Dia sungguh ingin menangis, sungguh sungguh……..
“Ring ring ring.”
Tepat ketika Alvero menghela nafas didalam hatinya, telefonnya berdering.
“Halo.”
Menoleh ke belakang melihat orangtuanya, Alvero baru menjawab telefon.
“Tuan muda, apakah kamu baik-baik saja?”
“Katakan langsung.”
Suasana hati Alvero sedang buruk, jadi tentu saja perkataannya tidak akan sungkan.
“Hmm.”
Di sisi telefon, wajah Tasya juga sangatlah muram.
Dirinya tidak melakukan hal yang kelewatan, juga tidak menyinggung Tuan muda, kan? Mengapa dia seperti ini?
Beberapa pertanyaan terlintas dibenaknya, karena status dirinya rendah, jadi tidak bisa menanyakan dengan jelas.
“Tuan muda, nyonya sudah mendesak, mengatakan ada perjamuan keluarga malam ini, lalu menyuruhmu cepat kembali untuk merapikan diri.”
Di dalam benaknya terlintas gaya dirinya didepan semua orang, Alvero tidak bisa menahan untuk merinding.
“Aku mengerti.”
Menjawab dengan suara tidak peduli, Alvero berencana untuk mengiyakan dengan asal.
“Tuan muda, mengapa aku merasa kamu membodohiku?”
Indra keenam Tasya cukup bagus, yang tidak tahu masih mengira dia adalah cacing gelang diperutnya, Alvero memikirnya dalam hati.
“Tidak…..”
Menjawab dengan dingin, Alvero masih berencana untuk membohonginya.
“Tuan muda, kamu pasti sedang membodohiku.”
Tadi adalah tanda tanya, sekarang langsung yakin.
Terhadap ini, Alvero sangat tak berdaya.
Memegangi keningnya, Alvero bersikeras berkata.
“Tidak.” Diikuti perkataan ini, dia masih tidak bisa menahan menggunakan identitasnya untuk menekannya.
“Aku yang Tuan muda atau kamu yang Tuan muda?”
Tasya yang pintar, bagaimana mungkin tidak mengerti maksud perkataan Alvero.
“Baiklah, Tuan muda, kalau begitu kamu kembalilah lebih awal.”
Setelah selesai mengatakannya dengan cepat, Tasya langsung menutup telefon.
Memandang layar ponsel yang sudah menjadi hitam ditangannya, Alvero sedikit tercengang.
Tasya ini, sungguh sangatlah berani.
Namun, begini juga bagus.
Pria itu berdiri disamping, meskipun tidak mendengar apa yang dikatakan oleh orang ditelefon, tetapi melihat putranya gembira, mereka juga tidak bisa menahan untuk menebak.
“Putraku, apakah telefon dari menantuku?”
Pria itu berkata dengan terus terang, sebuah kalimat langsung membuat Alvero terkejut.
“Bukan, Ayah, aku……….”
Tidak menunggu Alvero selesai berbicara, wanita itu mendorong suaminya, lalu memarahi.
“Apa yang kamu katakan?”
Serius, Alvero sangat ingin bertepuk tangan untuk Ibunya.
Apa yang dikatakan olehnya sungguh berarti bagi dirinya, tetapi……
“Putraku memang laki-laki, tetapi juga tidak bermuka tebal, kamu berbicara begitu terus terang, dia mana berani menjawab…………”
Perkataan yang dibelakang, Alvero tidak berminat untuk mendengarkannya lagi, dia pada saat ini sedikit tercengang.
Astaga, orang yang sudah berusia lanjut, mengapa masih begitu suka bergosip.
Novel Terkait
Waiting For Love
SnowCEO Daddy
TantoHei Gadis jangan Lari
SandrakoSomeday Unexpected Love
AlexanderPernikahan Kontrak
JennyBehind The Lie
Fiona LeeThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat