The Richest man - Bab 13 Hinaan

Alvero tidak menghiraukan tatapan hina dari beberapa orang tersebut dan segera masuk ke dalam mobil polisi.

dia tidak begitu mempermasalahkan penghinaan dari Stephanie, alasan pertama karena dia masih menjaga perasaan Norbert dan alasan kedua adalah Stephanie nantinya akan dipermalukan oleh perkataannya sendiri.

meskipun dia suatu saat nanti ingin melepaskan tuan keempat itu begitu saja, namun Salomo tidak mungkin membiarkannya. apalagi sekarang Alvero yang sama sekali tidak bermaksud untuk melepaskannya.

kali ini, Stephanie menganggap anggota keluarganya memiliki kekuasaan yang besar. Alvero juga tidak bisa berkata lebih, dia hanya bisa berkata kalau kehidupan menyulitkan bagi Stephanie akan segera dimulai.

namun semua hal ini juga tidak berhubungan dengan dirinya.

ponselnya tidak lagi memiliki baterai dan Alvero hanya bisa menatap ke arah luar jendela sambil memikirkan kembali kejadian yang terjadi belakangan ini. ini semua merupakan rekor yang baru di dalam kehidupan normalnya, namun semua hal ini tidak ada hubungannya dengan satu orang wanita pun.

hm, wanita!

Alvero kembali teringat akan Quin. dulunya selain masalah pekerjaan, hampir setiap waktu dia selalu bersama wanita ini. namun wanita ini sudah menjadi teman tidur bagi orang lain.

semua hal ini seperti kejadian yang hanya bisa muncul di dalam drama saja.

"tuan, tuan keempat itu sudah dibebaskan sejak tadi. demi menjaga keselamatanmu, kami sudah mengatur beberapaorang untuk melindungimu. kami juga berharap agar kamu tidak kabur dari pengawasan anggota kami."

perkataan supir tersebut sedikit mengejutkan Alvero, namun dia juga tidak berkata lebih. melihat supit tersebut yang belum selesai berbicara, dia pun menyuruh supir tersebut untuk terus melanjutkan.

"kejadian semalam hanyalah merupakan kasus perkelahian dan paling lama hanya akan dikurung selama dua hari saja. namun sesuai penelusuran kami, tiga hari lagi dia akan pergi ke sebuah acara pertukaran narkotika dan itu bagaikan hari kiamat baginya."

setelah mendengar itu, Alvero tidak begitu terkejut. tidak ada satupun preman yang berhati suci. mereka pastilah tetap berhubungan dengan pelecehan seksual, judi ataupun narkotika. namun dia akan dikurung seumur hidup jika ketahuan.

Alvero tidak begitu khawatir tentang kasus mana yang akan menimpanya, hanya saja dia tahu kalau masa depan tuan keempat tersebut pastilah akan lebih sulit dilewati.

"terimakasih atas informasinya."

setelah mengatakan itu, Alvero kembali menatap ke arah luar dan dia pun tertidur. kemarin malam dia tidak lagi tidur setelah keluar dari rumah sakit.

"tuan, sudah waktunya kamu untuk turun."

sebuah suara yang halus membangunkannya dan Alvero terlihat sedikit panik. dia merasa dirinya seperti sedang bermimpi.

Alvero pun menyadarkan diri ketika melihat Nabila sedang menunggunya di samping mobil.

saat ini, Nabila mengenakan pakaian perawat dan juga stoking berwarna putih yang ia kenakan begitu menggoda. tidak tahu apakah dia ingin menjaganya langsung di rumah sakit ataupun karena alasan lain.

"busana yang kamu kenakan hari ini lebih cocok denganmu dibandingkan dengan busana semalam."

Nabila lalu tersenyum dan menopang Alvero untuk turun dari dalam mobil.

"Berwin juga telah mengetahui semua kejadian yang terjadi semalam. silahkan pikirkan penjelasan seperti apa yang ingin kamu berikan, tuan."

setelah perkataan itu terucap, Mia langsung menghampiri mereka dan segera menarik Alvero untuk datang ke bagian depannya.

"ya Tuhan, kenapa luka pada kepalamu begitu besar. geger otak yang kemarin saja belum pulih, kenapa kamu malah menambah luka baru hari ini? siapa yang melakukan semua ini? katakanlah kepadaku, aku tidak akan membiarkannya begitu saja."

setelah mendengar perkataan Mia, Alvero merasa dirinya mendapat perhatian yang besar. namun dia tidak tahu apakah harus tertawa atau pun menangis ketika mendengar perkataan tersebut.

namun Mia sangatlah menganggap penting hal ini. baginya, Alvero sudah merasakan begitu banyak rasa pahit selama hidupnya. mulai dari saat ini, dia tidak akan lagi membiarkan Alvero merasakan rasa pahit seperti ini.

melihat Mia yang tengah merepet itu, Alvero merasa sangat bahagia.

"aku tidak apa-apa ibu, benar, aku bisa menjamin kalau para preman itu pastilah lebih parah dariku. lagipula ketika paman ketiga datang untuk menjemputku, dia juga menegaskan hal ini. para preman itu pastilah tidak akan merasa tenang."

perkataan ini seperti seorang anak kecil yang sedang memamerkan prestasinya kepada sang ibu.

dan Mia tidak bisa sadar dari khayalannya setelah mendengar perkataan Alvero ini.

"ayah percaya padamu. Alvero adalah yang terbaik."

saat ini, Thanos pun berdiri di belakang Mia dan pastinya dia juga telah mendengar panggilan "ibu" dari mulutku. dibandingkan dengan Mia yang terlihat panik itu, Thanos terlihat sangatah tenang.

"dimana paman ketigamu? kemana dia pergi setelah menjemputmu?"

Alvero lalu melirik ke arah supir dan dia berpikir dengan sangat cepat lalu berkata: "ketika aku hampir tiba di rumah tadi, dia menerima sebuah panggilan yang sangat darurat. oleh karena itu, paman ketiga pun kembali. awalnya dia berkata kalau dia ingin membawaku untuk pergi menyantap makanan yang enak. namun terpaksa lain kali saja."

"sudah berapa lama adik ketiga tidak datang ke sini. apakah dia tidak tahu kalau Alvero telah kembali, beraninya dia tidak datang."

setelah mendengar perkataan Mia, Alvero pun segera mengalihkan pembicaraan.

"ibu, kepalaku sedikit sakit. bagaimana kalau kita pergi mencari dokter?"

"benar, anakku lebih penting."

sambil mengatakan itu, Mia pun menarik Alvero untuk masuk ke dalam. dia langsung melupakan hal tentang Salomo. Thanos lalu tersenyum bangga kepada Alvero.

dia tahu jelas tentang sifat Salomo. semua ini pastilah karena bantuan Alvero.

Alvero melihat kalau rumah sakit yang ada didepannya berbeda dengan yang dulu. setelah menatap ke sekitarannya, dia melihat berbagai pohon besar dan juga terdengar suara kicauan burung.

beberapa bangunan pun terdapat di tengah area tersebut dan ini terlihat seperti taman firdaus.

"tuan, apakah aku perlu membantumu untuk membersihkan badanmu dengan kain? kamu tidak boleh mandi karena ada luka pada badanmu."

hm? membersihkan badan?

"tidak perlu."

ketika menjawab itu, Alvero tidak berani menegakkan kepalanya karena ia khawatir ibunya bisa melihat sikap malunya itu.

namun Mia tetap bisa merasakan hal ini. dia lalu menatap mereka berdua dan dia pun pergi setelah memesan beberapa hal kepada Nabila.

kini, hanya tersisa mereka berdua di dalam kamar. tatapan Alvero sedikit kacau dan dia tidak tahu dimana dia harus meletakkan wajahnya.

tidak lama kemudian, bayangan tubuh Nabila pun muncul di dalam benak Alvero. aroma yang harum juga mulai tercium pada hidung Alvero.

dia mulai menggepalkan tangannya dan khawatir dirinya tidak bisa menahan diri dengan baik.

"terimakasih atas kejadian hari ini."

Alvero pun membahas hal lain untuk mengalihkan konsentrasinya.

ketika keluar dari kantor polisi, Alvero baru saja tahu kalau kemunculan para polisi di tempat kejadian bukanlah sebuah kebetulan.

ketika Nabila hendak pergi menjemputnya, dia melihat kalau tuan keempat sedang menelepon untuk mencari sekelompok orang dan dia bahkan membahas tentang Alvero. setelah merasa hal tersebut tidaklah beres, dia pun segera menghubungi paman ketiga untuk menolong mereka.

"jikalau kamu benar ingin berterimakasih kepadaku, kenapa kamu masih saja melirikku secara diam-diam?"

setelah mengatakan itu, Nabila pun membantunya membereskan barang dan keluar dari ruangan tersebut.

baterai pada ponsel Alvero juga telah terisi penuh. setelah mengaktifkan ponselnya, dia melihat seorang wanita bernama Reith menambahkannya sebagai teman.

setelah menyetujui permintaan pertemanan tersebut, dia langsung menerima permintaan panggilan video. dia adalah wanita penjual ponsel itu. dia terlihat seperti baru saja selesai mandi dan hanya memakai sebuah baju lengan pendek dan juga celana yang sangatlah pendek. tidak lama kemudian, terdengar suara yang begitu manis.

"aku bahkan mengira kalau kamu masihlah merupakan seorang siswa. tidak disangka kamu sudah bekerja sekarang. awalnya aku ingin mengajakmu untuk keluar bermain."

sambil mengatakan itu, ponsel Reith tiba-tiba terjatuh dan kebetulan Alvero bisa melihat jelas bagian bawah tubuhnya.

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu