The Richest man - Bab 71 Berani juga
"Anak yang baik, berani juga."
Tuan Besar He sangat puas dengan gaya Alvero.
Terlihat ia melambaikan tangannya dan langsung berkata.
"Tidak perlu diuji, dilihat dari temperamenmu, Alvero pasti cucuku."
“Tidak, ini......”
Mita paling tidak puas dengan apa yang dikatakan Tuan Besar He.
Melihat ia maju kedepan. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi.
Akhirnya, Tuan Besar He langsung melototinya dan wajahnya penuh ketidak senangan.
"Mia, keluarga ibumu sudah ada didepanmu, apa yang kamu ingin tahan lagi?
Ia ragu-ragu. Nyonya He adalah seorang wanita, ia memiliki kelembutan hati yang dimiliki seorang wanita.
Jika tidak, berdasarkan identitasnya, mana mungkin Mita berani menariknya kedepan.
“heh.”
Melihat ekspresi Nyonya He yang tak berdaya, Tuan He menjadi sedikit marah.
Orang yang bersangkutan saja tidak sepanik orang disekitar.
Niat baik Tuan Besar He. Bagaimana dia bisa menerima penolakan dari Nyonya He.
"Kamu ya, jika tadi aku tidak ada di sini, Alvero pasti telah diserang olehnya."
"Ayah, orang baik tidak akan mengatakan dirinya sendiri baik, dan dia tetaplah orang baik."
Menghadapi peringatan dari Tuan Besar He, Nyonya He Dia tidak mempermasalahkan.
Saat ini, Alvero mengerti.
Mengapa Tuan Besar He menggunakan identitasnya sebagai contoh?
Ia melakukan itu khusus untuk menjatuhkan Nyonya He.
Hanya saja ibu sangat baik hati, dan tanpa dia mengalah.
“Baiklah, terserah kamu.”
Ia berbicara terlalu banyak, dan akhirnya orang lain malah tidak mendengarkannya.
Lupakan saja, aku tidak ikut campur lagi.
Alvero merasa bahwa Tuan Besar He pasti berpikir seperti itu saat ini.
Ketika otak Alvero terlintas pikiran seperti itu, sekali lagi dia ditatap oleh Tuan Besar He.
"Kamu, kemari dan temani aku."
Jarinya menunjuk ke arah Alvero, Tuan Besar He tampak sangat marah.
Melihat tampangnya yang aneh, jika bukan karena identitasnya, mungkin dia akan langsung ditertawai oleh orang lain.
Tentu saja Alvero tidak termasuk dalam kelompok orang iri ini.
Anak ini hanya senyum-senyum, dan mengabaikan tatapan seram semua orang.
Mengenai keluarga He, Alvero adalah orang pertama yang tidak menghargai Tuan Besar He, dan apalagi orang lain.
Dan karena inilah yang pertama, membuat Tuan Besar He memandangnya.
"Apa yang kamu tertawakan?"
Jarang sekali. Tuan Besar He bukannya marah, ia malah bercanda dengan Alvero.
"Jangan tertawa, nanti jika gigimu terjatuh akan sulit untuk makan."
“baiklah, baik.”
Ia memegang perutnya dengan tangan, Alvero menjawab dengan senang.
"Ayo pergi, temani aku jalan-jalan ke taman belakang."
Sekali lagi dia memanggil Alvero, Tuan Besar He berbalik dan pergi.
“Ibu, aku......”
“Pergilah.”
Sepertinya tidak ada yang berani menolak permintaan Tuan Besar He.
Baiklah, kalau begitu aku akan menemanimu.
Dalam hati memikirkan itu. Alvero tidak ragu-ragu dan segera mengikutinya.
Di rumah Keluarga He, taman belakang adalah tempat terlarang dan itu merupakan surga bagi Tuan Besar He.
Ada berbagai macam bunga dan tanaman yang dikumpulkan oleh Tuan Besar He dari berbagai tempat, dan sebagian orang belum pernah melihatnya.
Konon orang yang diundang oleh Tuan Besar He ke sini bisa dihitung dengan jari.
Alvero baru pertama kali melihatnya, tentu dia tidak mengerti betapa berharganya itu, dia dengan bodohnya mengikuti Tuan Besar He.
Keduanya berjalan perlahan, dan dengan cepat mereka sudah sampai di taman.
Alvero sebelum menjadi bagian dari keluarga He, ia adalah bocah miskin, dan tentu saja dia belum pernah melihat ini.
Tidak seperti itu. Begitu dia melihat bunga dan tanaman aneh yang di depannya, perhatiannya langsung tertuju pada bunga itu.
“Kenapa? Kamu suka?”
Setelah Tuan Besar He mengatakan itu, Alvero mengangguk dengan cepat.
Tiba-tiba, dia sepertinya menemukan dunia baru.
"Apa, kenapa bunga Peony berwarna merah?"
Ekspresi heran di wajahnya ini karena ia melihat Bunga Peony yang berwarna merah seperti Bunga Mawar, membuat Alvero tidak tega untuk berkedip.
“Tidak ada......”
Ketika Tuan Besar He mulai bercanda, waktu berhenti.
Melihat Alvero memetik satu tangkai bunga Peony yang cantik dan berada tangannya.
Tanganmu tidak buruk dan bunganya juga tidak rusak.
Melihat ini, Alvero mengangguk puas dan berkata dengan riang.
"Dia pasti sangat jelek jika mengenakan barang ini..."
“Tuan Muda, kamu......”
Seolah-olah suara teriakan datang, Alvero menoleh ke belakang dan ia tahu bahwa telah terjadi bencana besar.
Hanya saja, kenapa bisa terjadi masalah besar? Alvero tidak mengerti.
“Kenapa?”
Dia tak berdaya dan melambaikan tangannya, Alvero kebingungan.
"Ah, Tuan Muda, apakah kamu tahu bunga apa yang ada di tanganmu?"
“Bunga Peony King.”
Aku memang miskin, tapi aku bukan orang kampungan, jangan berpikir aku tidak tahu apa-apa.
Alvero dengan perasaan puas, sambil menggoyangkan kakinya ke kiri dan ke kanan.
"Iya, jenisnya benar, tapi ..."
Setelah berbicara sampai disini, mereka terdiam sejenak, Pelayan mengalihkan perhatiannya ke Tuan Besar He.
Pada saat inilah Alvero menyadari bahwa wajah Tuan Besar He menjadi sangat marah.
"Bicaralah, biarkan dia dengar, betapa berharganya apa yang dia petik."
“Berharga?”
Melihat bunga yang ada di tangannya, Alvero masih menunjukkan ekspresi acuh tak acuh.
"Oh, Kakek bukankah ini hanya Bunga Peony? Aku bisa memberikan sebanyak yang kamu mau nanti."
"Ah, Tuan Muda, kamu tidak bisa mengucapkan kata-kata tidak pantas itu."
Kepala Pelayan hampir dibuat gila oleh Alvero.
Apakah Tuan Muda ini sakit? Ia benar-benar tidak melihat betapa kesal wajah Tuan Besar He?
Dalam hatinya berpikir seperti itu, Kepala Pelayan tidak bisa menahan diri dan menggelengkan kepalanya.
Dia tidak akan berbicara omong kosong dengan Alvero lagi, dan berbicara terus terang.
"Tuan Muda, bunga ini adalah salah satu jenis Bunga Peony yang tak ternilai harganya."
"Apa? Tak ternilai harganya?"
Saat ini, mulut Alvero tidak bisa ditutup.
Dia tanpa sadar membendung air matanya dan langsung membuang bunga itu dari tangannya.
"Ah, Tuan Muda.”
Melihat wajah Tuan Besar He menjadi lebih kesal dan lebih kesal, dan kemudian melihat wajah Tuan Muda, Kepala Pelayan merasa dirinya sedang sial.
Hari ini kakek dan cucu ini akan bertempur, jadi siapa yang akan ku bela?
membantu salah satu dari mereka itu tindakan yang salah, lebih baik diam saja.
Begitulah, Kepala Pelayan yang takut akan terjadi sesuatu dan dia diam tidak berkata apapun.
Dan saat ini, Alvero dan Tuan Besar He saling memandang satu sama lain.
Keduanya bersaing secara diam-diam. Bagaimanapun yang tua yang lebih ganas dan Alvero dikalahkan.
"Kakek, oh Kakek. Mungkinkah cucumu ini tidak lebih baik dari bunga?"
Ekspresi luluh diwajahnya, Ekspresi yang dimiliki oleh semua Kakek, kurasa ia telah memaafkannya.
Sangat disayangkan bahwa Tuan Besar He bukanlah orang biasa, dia adalah orang yang spesial diantara orang biasa.
"Omong kosong, bunga itu sangat berharga, berapa harga dirimu?"
Dengan marah ia menatapnya, Tuan Besar He langsung mengucapkan kata-kata yang tidak pantas.
“Aku......”
Matanya melihat kemana saja, Alvero tidak sungkan dan berkata.
"Bunganya sudah hilang, tapi cucumu masih di sini? Mungkinkah kamu akan meminta cucumu dikuburkan bersama bunga?"
Setelah menggelengkan kepalanya, Alvero mendekat ke arah Tuan Besar He dan langsung menantangnya.
Novel Terkait
Beautiful Love
Stefen LeeCutie Mom
AlexiaTen Years
VivianSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeHis Second Chance
Derick Ho1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat