The Richest man - Bab 70 Trik jahat
“Kenapa?”
Dari awal aku tidak tahu dari mana asalnya, bahkan identitasnya pun tidak jelas, dan bocah miskin ini berani bersikap seperti itu terhadap masalah ini.
Bibiku sangatlah marah, dan tidak seperti marah yang pada umumnya.
“Kenapa?"
Alvero sangat senang melihat orang yang ia benci begitu marah karena ulahnya.
"Bibi, kemarilah sebentar dan aku akan memberitahumu."
Jarinya bergerak, Alvero tidak peduli tentang senioritas, dan ia hanya ingin mempermainkan orang lain.
Tidak tahu apakah karena terlalu marah jadi bibi kehilangan akal atau tidak tahu mengapa, bibi malah menyetujuinya.
"Baiklah, aku ingin melihat trik apa yang akan kamu lakukan."
Mulutnya sedang bergumam, bibi selangkah demi selangkah menghampirinya.
Sampainya ia di depan Alvero, sebuah kejadian terjadi.
Disaat semua orang belum menyadarinya, Alvero dengan keras meneriaki bibinya.
Seberapa keras suaranya, itu harus bertanya pada orang-orang disekitar yang sedang marah.
"Dasar kamu bocah miskin, kamu ya ..."
Telinganya hampir tuli, dan bibi mulai sembarangan berbicara.
"Ada apa? Bibi."
Berbeda dengan ekspresi marah wanita biasa. Alvero malah masih tersenyum tipis.
Orang seperti inilah yang berpura-pura tidak merasa bersalah, bahkan jika semua orang tahu bahwa dia itu disengaja, mereka akan tetap membelanya.
Ketika bibi hendak maju dan marah, dia dihentikan oleh orang lain.
"Bibi, Alvero tidak bermaksud begitu, dia hanya sedikit nakal."
“Sedikit nakal?”
Seolah sedang mendengar lelucon besar, bibi berusaha untuk melepaskan genggaman itu.
"Kalian lepaskan, lepaskan."
"Orang macam apa, kenapa berperilaku seperti itu pada orang tua."
"Apanya yang nakal, sudah sebesar ini masih nakal, apakah dia bodoh?"
"Hah? Mita, apa yang kamu bicarakan?"
Begitu Mita mengatakan itu, terdengar suara seseorang yang berkharisma.
Diiringi suara ini. Nyonya He yang masih agak bingung, sepertinya ia menemukan sumber suara itu.
“siapa dia?”
Sambil menunjuk Alvero, Tuan Besar He mengucapkan sebuah kalimat.
Ketika Alvero mendengar ini, dia langsung membuka mulutnya.
Apa yang kamu bicarakan? Sudah sering melihat trik itu, dan masih membanggakan diri sendiri, kenapa...
Nyonya He tidak seperti Alvero yang banyak pikiran, semua pikirannya tertuju pada Tuan Besar He.
Dapat dibilang bahwa Nyonya He yang dapat bersama mereka hingga saat ini, sebagian besar karena Tuan Besar He.
Jika tidak, dia tidak akan seperti ini, ia melihat Tuan Besar He seperti melihat seorang penyelamat.
"Itu, Ayah, dia adalah saudara kembar Jesko, namanya Alvero."
Mengikuti arah tangan Tuan Besar He. Nyonya He menjelaskan kejadian tadi.
Semua orang di tempat kejadian juga sangat serius, bahkan Mita yang selalu sombong, tidak berani mengucapkan sepatah kata pun saat ini.
saat ini terlihat sekali Tuan He sangat berpengaruh besar.
Tapi tidak peduli seberapa hebat itu. Dan sudah pasti ia juga banyak melihat kejadian seperti ini.
Alvero tetap tidak mempercayainya, Tuan Besar He tidak akan bisa menebak siapa dia, mungkin aku hanya akan dianggap tidak baik saja.
Itu yang ada dipikirannya. Alvero menjadi tidak sopan, dan ia langsung menunjukkan ekspresi meremehkannya.
“Kamu bocah kecil, sikap macam apa itu?”
Semuanya melihat ke tatapan mata Tuan Besar He. Hal ini membuatnya sangat marah, sehingga wajahnya berubah menjadi tegas.
“Alvero, sapa Kakek”
“Kakek”
Umurku lebih tua, jadi aku tidak bisa menyapa dulu.
“heh.”
Tanpa diduga bocah ini masih saja keras kepala, dan dia masih tidak mau menyapanya.
Dalam hatinya berpikir seperti itu. Alvero juga tidak peduli dengan kehadiran orang lain, dan saat itu juga dia memberikan tatapan sinis.
"Bocah miskin, sikap macam apa itu? Kamu menunjukkan ekspresi meremehkan dan tatapan sinis pada kakekmu. Apa yang kamu lakukan? Apakah ini sikapmu terhadap orang yang lebih tua."
"Dan, Kakak, kamu benar-benar mengira dia adalah putramu yang telah lama hilang itu. Menurutku dia sama sekali tidak punya wibawa yang dimiliki oleh keluarga He?"
Wibawa?
Ia melihat kearah Mita. Alvero bahkan tidak ingin mengatakan apa-apa, ia hanya menunjukan ekspresi meremehkan.
“Kamu......”
Bahkan siapa pun bisa melihat ia sedang meremehkannya, bagaimana bisa Mita tidak melihatnya.
“Ayah, kamu lihat......”
"Sudahlah, kurangi bicaramu."
Untuk menghadapi orang jahat ini, jika Tuan Besar He tidak memikirkan Nyonya He, dia akan meminta seseorang untuk mengusirnya, dan tidak akan membiarkannya membuat keributan di sini.
Namun, orang seperti itu mungkin bisa dimanfaatkan dengan baik.
Setelah dimanfaatkan dengan baik, bahkan kamu tidak perlu melakukannya sendiri, orang lain yang akan mengusir menantu perempuanmu.
Dalam hatinya berpikir seperti itu. Tuan Besar He sangatlah bahagia.
Membunuh dua burung dengan satu batu, dan kebetulan ia ingin melihat seberapa hebat cucu yang telah lama hilang ini.
Ehm, hanya itu saja.
Pandangannya yang begitu tajam tertuju pada Alvero, ia menatapnya dengan dingin.
Beberapa detik kemudian, aku mendengar Tuan Besar He yang pantang menyerah dan berkata.
“Tetapi, kamu bocah kecil......”
Ia mengkritik. Tuan Besar He menatap Alvero lagi, dan dengan tidak sungkan berkata.
"Mungkin seperti yang dikatakan Mita, dia bukanlah cucuku?"
“Ayah....”
Mita sudah membuat banyak masalah di rumah Keluarga He dalam waktu yang cukup lama, dan Nyonya He mengira ayahnya tahu tentang hal itu, tapi tanpa diduga ...
Masalah apa yang belum pernah dilewati oleh Tuan Besar He.
Tidak seperti itu. Ketika mata Nyonya He berpaling, dia segera mengerti bahwa orang ini menyalahkan dirinya sendiri, dan saat itu juga ia tidak dapat dan berkata.
"Mia, bukankah sudah kubilang padamu, dalam beberapa tahun terakhir sudah berapa orang yang datang kerumah Keluarga He dan mengaku sebagai kerabat?"
“Itu......”
Setelah Tuan He mengatakan itu, Nyonya He juga menjadi ragu.
Namun, ia melihat ke arah Alvero, dan akhirnya mengigit-gigit giginya.
"Ayah, Alvero pasti tersesat saat itu."
Setelah kata-kata itu keluar, semua orang terdiam sejenak. Melihat ketidakpuasan diwajah Tuan Besar He, Nyonya He bingung dan mulai berbicara lagi.
"Ayah,ini adalah hubungan antara ibu dan anak. Kali ini aku merasakan bahwa Alvero adalah anakku yang sudah lama hilang."
Sejujurnya, melihat Nyonya He yang sedang terbawa perasaan, membuat Tuan Besar He percaya.
Tapi mengingat tujuannya, ia masih harus sedikit menyulitkan dan tetap mendukungnya.
Dalam hati ia memikirkan itu. Tuan He menjadi tegas dan saat ini ekspresi wajahnya menjadi dingin.
"Apakah ada bukti? aku tidak bisa mempercayainya tanpa bukti."
"Iya, kakak, kami melakukan ini demi kebaikanmu."
Ini adalah pertama kalinya Mita melihat kakaknya dinasehati oleh Tuan Besar He, dia hanya berpura-pura tidak mencelakainya saja.
"Kakakku yang baik, jangan ragu lagi, mari kita dengarkan Tuan Besar He saja."
Sambil berbicara, Mita datang dan menyeret Mia ke samping.
Sangat jelas terlihat mengapa dia melakukan itu, yaitu ia ingin Alvero menerima tekanan dari Tuan Besar He dan tanpa dukungan siapapun.
"Ah."
Ia tersenyum sinis. Alvero dengan lapang dada mendatangi Tuan dan berkata dengan dingin.
"Sudahlah, Bibi tidak perlu menarik ibuku."
"Bukankah ini hanya ujian, Kakek He juga bukan harimau yang memakan manusia, apa yang harus aku takuti."
Ia mengucapkan itu dengan mulutnya. Alvero bahkan tersenyum menantang Tuan Besar He.
"Kakek He, aku tidak tahu bagaimana kamu ingin mengujiku? Dan bagaimana aku bisa membuktikan bahwa aku adalah cucu dari keluarga He?"
Novel Terkait
The Richest man
AfradenHis Soft Side
RiseThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlThe Great Guy
Vivi HuangAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanUnperfect Wedding
Agnes YuThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat