The Richest man - Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya

"Tuan Muda, Anda, Anda, ha ha ha..."

Soba sambil memegangi perutnya, sambil terbahak-bahak.

“Ada apa?"

Tanpa tersadar, Alvero merasakan ada sesuatu di wajahnya. Ia pun segera menyentuhnya.

Lembut, lengket, seperti...

"Ha ha ha."

Tawa Soba semakin keras. Perlahan-lahan, suaranya bahkan telah menarik perhatian orang-orang di luar.

Melihat orang-orang di sekitarnya menunjuk ke arahnya, Alvero juga merasa sangat tak berdaya.

Jika bukan karena perkataan Soba, Alvero mungkin saja tidak akan merasakan apa-apa.

Tapi setelah mendengarkan perkataan orang lain, yaitu makannya tidak memiliki etika, orang kelaparan dan seterusnya, Alvero baru menyadarinya.

Berdasarkan rasa lengket di tangannya, ia pun tahu bahwa bulir-bulir beras telah menempel pada wajah.

"Soba."

Baiklah Soba, tidak masalah jika kamu tidak memberitahuku saat aku tampak konyol, tapi kamu masih berani menarik perhatian begitu banyak orang.

Masalahnya adalah kamu kini tidak hanya tidak membantuku, dan bahkan menertawakanku.

Perkataan Alero terdengar sangat keras, di mana raungan itu langsung membuat Soba tertegun.

Untungnya dia menjadi bodoh, dan akhirnya baru tersadar kembali.

"Kalian, dan juga kalian, tahu bahwa dia adalah..."

Sebelum Soba sempat mengatakan Tuan Muda dari Keluarga He, ia pun langsung terdiam.

Disaat Alvero merasa ada yang sedikit aneh, tepat ketika dia hendak mengangkat kepalanya, terdengarlah sebuah suara yang mulia.

"Bagus sekali kau, Soba. Ketika melihat Tuan Mudamu seperti ini, kamu bukannya pergi membantunya, tapi malah..."

"Maafkan kesalahan saya, Nyonya He."

Di dalam lingkaran, Nyonya He merupakan orang yang terkenal, Soba pun cukup beruntung pernah bertemu sekali dengannya.

Soba pun lupa alasan mengenai ia bisa bertemu sekali dengannya, tapi jelasnya itu bukan hal yang baik.

"Huh, kesalahanmu?"

Suara itu terdengar sedikit mengejek. Setelah melihat orang-orang yang di sekitar telah bubar, Nyonya He baru mendengus dingin dan masuk ke dalam.

Alvero awalnya ingin melangkah maju untuk mengulurkan tangannya, tetapi ia baru saja telah mengotori tangannya.

Tidak disangka bahwa pada waktu dia mengambil tisu, Nyonya He sudah berdiri di hadapannya.

Alvero pun tidak berdiri maupun terduduk, dan wajahnya pun tampak canggung.

Nyonya He memang orang yang akan membela orang terdekatnya bahkan jika mereka salah. Ia memperlakukan Soba begitu kejam, tapi memperlakukan Alvero begitu baik.

Lihat saja, begitu melihatnya Alvero berdiri, dia langsung menepuk tempat di sampingnya sambil berkata dengan lembut.

"Alvero, cepatlah, duduklah di samping Ibu."

Setelah selesai mengatakannya, ia terdiam sejenak, lalu matanya menyapu kea rah makanan yang dimakan Alvero.

"Huh, tampaknya Pak Hardi tidak ingin melanjutkan pekerjaannya lagi. Dia malah memberikan makanan ini untuk dimakan Tuan Muda."

Suaranya tidak terlalu keras, tapi membuat sekujur tubuh Soba menjadi tegang.

Tanpa tersadar, dia langsung melihat ke arah Nyonya He.

Hasilnya, akan lebih baik jika dia tidak melihatnya, karena begitu dia melihat, dia langsung menjadi orang yang menonjol.

"Bagus ya, Soba. Katakanlah, apakah kamu yang memberikan Tuan Muda makan makanan ini?"

Tidak salah lagi, dalam hati Nyonya He, Pak Hardi tidak akan melawannya.

Tapi kini, dengan pandangan di depannya ini, orang yang paling mungkin melakukannya adalah Soba.

Sejujurnya, Soba barusan sedang menertawakan Alvero, jadi dirinya sangat berharap bahwa Nyonya He akan memarahinya.

Tetapi ketika Alvero memikirkannya lagi, dia takut ketika Nyonya He marah, dia akan langsung menghajar Soba.

Alvero, secara paksa, meraih tangan Nyonya He, berkata dengan lembut padanya.

"Ibu."

Hanya dengan satu kata itu saja, Nyonya He malah merasa sangat sedih.

Dia pun segera menepuk tangan Alvero sambil membujuknya.

"Kamu tenang saja, Alvero. Ibu akan memberikanmu keadilan."

Setelah mendengar perkataan Nyonya He, wajah Alvero seketika menjadi suram.

Dia dalam hati berpikir bahwa ini tidak baik. Pada detik berikutnya, dia langsung mendapatkan pandangan mata Soba yang menatapnya dengan tatapan sedih.

Artinya sangat jelas, yaitu tolong jangan sakiti saya, Tuan Muda.

Niat ingin melakukan niat baik, tapi malah mendapatkan masalah.

Alvero pun cemberut, memutuskan untuk membiarkannya. Niat baiknya belum tentu akan diapresiasinya.

Saat pikiran ini melintas di benak Alevero, Nyonya He pun membuka suaranya.

"Kalian berdua, hajar dia habis-habisan, lalu buang dia keluar, biarkan saja dia menjadi pengemis."

Nyonya He juga bukanlah orang yang baik jika dia bisa mencapai posisi setinggi itu dalam Keluarga He.

Lihat saja, Soba hanya melakukan kesalahan kecil ini, tapi dia malah harus menderita perlakuan seperti ini.

Mungkinkah orang kaya benaran bisa melakukan apapun yang mereka inginkan, sedangkan yang miskin hanya bisa menerima diri mereka dipukul saja?

Jejak kesakitan melintasi matanya, pikiran Alvero pun agak melayang-layang.

Dia pun teringat dengan pandangan mata dan sikap Quin sebelumnya padanya.

Dan juga Argus...

Satu per satu gambaran terlintas di benaknya sampai dia mendengar suatu teriakan mengerikan.

Sekujut tubuh Alvero bergetar, dan dirinya pun dibanjiri rasa keadilan.

Disaat Nyonya He tidak memperhatikannya, Alvero segera berjalan ke hadapan bawahan Nyonya He dan berkata dengan niat membunuh.

"Kalian berlututlah."

Jujur saja, Nyonya He sama sekali tidak menyangka Alvero akan bertindak seperti ini.

Dirinya saat ini sedang membantu untuk membebaskannya, kenapa...

"Aku menyuruh kalian untuk berhenti. Apakah kalian tidak mendengarnya?"

Sial. Jika dirinya dari awal telah mengatakannya, apakah Soba akan dipukul hingga seperti ini?

Ini semua salahnya.

Alvero mengepal erat tangannya, dan matanya pun tampak merah dengan murka.

Dia sangat benci dengan orang-orang di hadapannya, tapi dia lebih membenci dirinya sendiri.

Jujur saja, jika bukan karena orang-orang ini adalah bawahan Nyonya He, Alvero dari awal pasti sudah menghajar mereka.

Namun, dirinya baru berkenal dengan Keluarga He, jika...

Benar, Alvero pun takut.

Seseorang akan mudah untuk beralih dari hidup sederhana ke hidup mewah, tetapi akan sulit untuk beralih dari hidup mewah ke hidup sederhana.

Setelah menjadi orang kaya selama beberapa waktu, Alvero merasa agak takut menyinggung Nyonya He, kehilangan identitasnya, dan kembali ke kehidupan semula.

Karena inilah, Alvero baru memutuskan untuk menahannya.

Siapa yang tahu betapa kerasnya dia telah bertahan. Jika orang-orang ini tidak berhenti bertindak, dirinya akan...

Dikatakan bahwa ibu dan anak akan saling terhubung. Nyonya He pada akhirnya pun tersadar.

Dia tanpa ragu-ragu segera bergegas ke sana dan berkata kepada preman itu.

"Apakah kalian tidak mendengar perkataan Tuan Muda? Hentikan tindakan kalian."

Nyonya He mengatakan ini sebenarnya juga hanya berlagak saja. Bagaimanapun juga, Alvero barusan telah berteriak begitu lama, tetapi orang-orang ini masih tidak menghentikan tindakan mereka.

Tanpa dijelaskan pun sudah tahu bahwa mereka hanya mendengarkan perintah dari Nyonya He.

Alvero kemungkin memahami hal ini. Tapi saat ini, semua perhatiannya tertuju pada Soba dan dia pun tidak sempat mempedulikan hal lain.

"Pak Hardi."

Setelah memeriksanya secara cermat, Alvero menyadari bahwa tindakan orang-orang ini sungguh kejam.

Sial. Mereka memilih bagian lembut untuk dipukul, dan beberapa tulangnya pun patah.

Hatinya entah kenapa terasa seakan diremas-remas.

Sekujur tubuh Alvero gemetar dan ia pun berteriak pada Nyonya He.

"Tuan Muda, Anda..."

Para preman di samping Nyonya He ingin mengatakan sesuatu, tapi mereka dilirik Nyonya He untuk mengundang Pak Hardi kemari.

Nyonya He juga tidak tahu mengapa dirinya mendengarkan pekataan Alvero begitu saja.

Asalkan kalian tahu, meskipun putra sulungnya merupakan orang jenius yang sangat terkenal, dia juga tidak akan berani memperlakukan dirinya seperti ini.

Tapi sekarang, putra bungsunya ini baru saja kembali belum lama ini, sama sekali tidak tahu apa-apa, tapi...

Pada akhirnya, Nyonya He juga tidak menemukan alasannya.

Dia pun menghela napasnya dan berkata dengan sesal.

"Mungkin ini yang disebut dengan segala sesuatu memiliki penakluknya."

Betul sekali. Ketika Nyonya He sadar akan penampilan Alvero, hatinya pun menjadi panik.

Nyonya He selalu merasa jika ada sesuatu yang terjadi pada Soba, hubungan kekeluargaan yang telah dijalinnya dengan Alvero pun akan hancur.

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu