The Richest man - Bab 100 Mengecewakan
Lucu sekali.
Orang-orang biasa tidak takut, apalagi sekelompok orang yang setiap hari memegang pisau untuk mempelajari tubuh manusia.
Senyuman aneh muncul di wajahnya. Alvero pun memberi perintah pada Soba.
“Soba, hanya kamu yang tidak takut dengan kelompok orang ini, jadi kamu menetaplah..."
"Tidak, Tuan Muda. Saya ingin ikut bersama Anda."
Soba berkata demikian, seolah-olah dia tahu apa yang akan dikatakan Alvero.
Kemudian, dia pun segera menambahkan kalimatnya, seakan-akan takut Alvero tidak akan menyetujuinya.
"Saya datang kemari untuk melindungi Tuan Muda, bukan untuk melindungi orang lain."
Perkataan ini terdengar sangat keren, tapi terdengar sangat menyenangkan bagi telinga Alvero.
"Lupakanlah, Soba. Jika kita berdua pergi, bagaimana dengan Pak Hardi?"
Perkataan ini membuat Soba ragu.
Namun, beberapa saat kemudian, Soba memberikan pilihannya.
Dia merasa bahwa sebelumnya dia telah mengecewakan Alvero demi Hardi.
Sekarang, jika dia harus mengecewakan salah satu diantara mereka berdua, maka dia bersedia mengecewakan Hardi.
"Tuan muda, Pak Hardi sudah bersembunyi di bawah meja, jadi tidak masalah."
Setelah Soba selesai mengatakannya, Alvero mendengar suara yang perlahan-lahan mendekati arahnya.
Dalam sekejap, dia pun telah tiba ke sisinya.
"Tuan Muda, Tuan Muda."
Soba menepuk pelan bahu Alvero, lalu baru mengatakan sesuatu padanya.
"Ayo pergi bersama-sama."
"Baiklah."
Masalah ini tidak bisa ditunda lagi, jika Soba benaran ingin ikut, Alvero juga tidak bisa menghentikannya.
Bagaimanapun juga, itu adalah jalan yang dipilih Soba sendiri, kemanapun dia pergi pun bukanlah keputusannya.
Daripada membiarkan dia diam-diam mengikutinya dari belakang, akan lebih baik bagi mereka berdua untuk saling berdiskusi.
Setelah berpikir demikian, Alvero segera berkata padanya.
"Baiklah, Soba. Kalau begitu kamu ikutlah denganku."
"Ya."
Waktu berhenti untuk beberapa saat, Alvero mencoba untuk mendengar suara di lantai untuk beberapa saat, tetapi dia sama sekali tidak dapat mendengar apa-apa.
Dia tidak punya pilihan lain selain menoleh dan berkata pada Soba lagi.
"Soba, saat kamu berada di kantor polisi, apakah kamu memiliki kemampuan untuk mengetahui di mana orang-orang berada dalam kegelapan?”
Betul sekali, jika Alvero dan Soba tidak memeriksa tempat-tempat di mana tidak ada orang dulu, dan melewatinnya begitu saja.
Maka dalam kejadian seperti ini, sekelompok orang ini kemungkinan akan berteriak jika mereka disentuh sedikit.
Selama ada satu orang bersuara, maka akan langsung mengungkap posisi semua orang, inilah yang disebut dengan efek domino.
Di tempat gelap gulita seperti ini, orang-orang akan paling mudah merasa ketakutan.
Karena rasa takut ini, jika meminta salah satu dari mereka untuk berteriak, maka semua orang juga akan ikut berteriak.
"Saya akan mencobanya, Tuan Muda."
Sepertinya Soba juga sudah lama berada di kantor polisi.
Setidaknya, perkataannya terdengar seakan dia memiliki kemampuan untuk mencari tahu di mana semua orang berada.
Setelah mendengar jawaban Soba, Alvero pun tak banyak berbicara.
Waktu terasa berlalu begitu lambat.
Di saat Alvero sudah tidak sabar menunggu, dirinya, yang takut akan melihat pasukan Haro ketika lampu telah dinyalakan, hampir ingin membuka mulut untuk mendesaknya.
Untungnya, Sola lebih dulu mengeluarkan suaranya daripada Alvero.
"Tuan Muda, saya sudah tahu posisi semua orang, kecuali kedua orang itu."
Orang yang mampu melakukan hal seperti itu dan bisa mematikan lampunya tentu bukanlah orang biasa.
Ketika berpikir demikian, Alvero pun tidak bisa menahan diri untuk bertanya lagi.
“Itu, Soba, apakah mereka bisa tahu kita berada di mana?"
"Mereka tahu bagaimana menyembunyikan napas mereka, di mana membuktikan bahwa mereka juga memiliki kemampuan sepertiku ini."
Ini bukan berita baik. Alvero pun menjadi stres.
Untungnya, beberapa saat kemudian, ia mendengar Soba mengeluarkan suaranya lagi.
"Tapi Anda tidak perlu terlalu mencemaskannya, Tuan Muda."
"Karena mereka memiliki keterampilan untuk menyembunyikan pernapasan mereka, aku juga ada."
Setelah mengikuti Hardi selama seharian, Soba pun sudah akrab dengan jalan tempat ini.
Lihatlah, entah kemana dia pergi.
Dalam sekejap, dua masker oksigen berada di tangan Alvero.
"Pakailah sejenak, Tuan Muda."
Soba sambil mengatakannya sambil mengenakan maskernya.
Setelah kedua orang itu bersenjata lengkap, mereka baru perlahan-lahan bergerak menuju lantai sebelas.
Pertama, tanpa membuat siapapun waspada, mereka telah menemukan kantor Hardi.
Kemudian, Soba sekali lagi memperingatkan Alvero.
"Tuan Muda, jika Anda tidak sengaja menyenggol orang, harap jangan berkata apa-apa."
Setelah selesai mengatakannya, Soba pun terdiam sejenak, menarik napas dalam-dalam, lalu melanjutkan perkataannya.
"Dengan demikian, dalam sekejap, orang yang kesenggol olehmu akan mengira bahwa mereka yang menyenggolmu."
Identitasnya pun tidak akan terungkap.
Soba tidak mengatakan perkataan terakhir itu. Lagi pula dia sudah mengatakan semua yang harus dikatakannya.
Dengan kecerdikan tuan muda, dia pun seharusnya bisa paham apa yang dia maksud.
"Baiklah."
Mengenakan masker oksigen sudah tidak nyaman, berbicara pun...
Di saat pikiran Alvero sedang melayang, ia tiba-tiba menyenggol seseorang.
Sesuai dengan peringatan Soba, Alvero tidak bersuara dan bahkan tidak bergerak.
Beberapa saat kemudian, ia mendengar suara orang asing.
"Aneh, kenapa di sini bisa ada halangan?"
Ketika orang ini menanyakannya, ia bahkan beberapa kali menendang Alvero.
Saat ditendang, Alvero merasa bahwa napasnya menjadi tidak stabil.
Untungnya Soba bertindak terlebih dahulu, membantu memakaikan masker oksigen pada dirinya.
Jika tidak, dirinya akan terekspos.
Beberapa saat kemudian, ada orang yang menghentikan pria kasar ini.
"Sudahlah, Hensen, bagaimana mungkin ini adalah manusia, kan."
Setelah orang itu mengatakannya, ia bahkan dengan tenang berkata padanya.
"Jika itu benaran adalah manusia, maka dari awal akan menangis karena kekuatan tendanganmu ini."
Yang dikatakan orang itu benar, orang normal mana yang bisa menahan tendangan kuat ini.
Jika bukan karena peringatan Soba, Alvero dari awal pasti akan menghajar orang ini.
Kini, dia juga hanya bisa menahan semuanya.
Untungnya, orang itu bukanlah orang yang berpikiran sempit.
Dalam sekejap, dia pun telah kehilangan niat untuk terus menendang Alvero.
"Baiklah, karena kamu berkata demikian, maka aku tidak akan menendangnya."
Entah siapa pria yang baru saja berbicara dengan orang itu, tetapi dia bisa membuat orang itu mengakui kesalahannya.
"Ya, ayo pergi, kita masih memiliki urusan yang lebih penting lagi.”
Orang itu tidak ingin bertele-tele dengan pria ini, jadi dia berkata demikian.
Seiring suara langkah kaki yang perlahan-lahan pergi, Alvero pun menghela napas lega.
Astaga, jika kedua orang ini bukanlah orang yang bersabar, maka dirinya...
Konsekuensinya tidak bisa dibayangkan, dan Alvero pun tidak berani memikirkannya lagi. Dia hanya bisa mengipasi dirinya dengan tangannya, berharap bisa lebih awal menghilangkan baunya.
Pada saat ini, Soba, yang berdiri sangat santai di samping, malah mendesak Alvero untuk segera kemari.
"Sudahlah, Tuan Muda. Anda dari awal seharusnya sudah dapat menebaknya ketika Anda akan melakukan hal ini."
Baiklah, perkataan ini sama sekali tidak salah.
Alveri pun tersenyum, memegang dahinya, dengan canggung membalasnya.
"Baiklah, ayo pergi."
Alvero, yang menahan perasaan mualnya, pelan-pelan bergerak maju, sedangkan Soba berada tidak jauh darinya.
Dalam sekejap, kedua orang itu telah tiba di lantai sebelas, lalu membuka soketnya.
Akhirnya, kegelapan di hadapannya telah kembali menjadi terang. Alvero juga merasa jauh lebih baik.
Novel Terkait
Love and Trouble
Mimi XuThe Great Guy
Vivi HuangMenaklukkan Suami CEO
Red MapleCutie Mom
AlexiaMy Beautiful Teacher
Haikal ChandraMy Only One
Alice SongAsisten Bos Cantik
Boris Drey1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat