The Richest man - Bab 48 Modal

Setelah keluar dari rumah Selin, Alvero meminta Norbert membawanya ke sebuah tempat yang gampang untuk menemukan taksi, dia tidak mengatakan apa-apa selain mengatakan ada orang yang ingin membahas sesuatu dengannya.

Pada awalnya Norbert ingin membawa dia pulang ke asrama supaya mereka bisa kumpul bersama tapi dia takut dia ada urusan penting karena melihat tampang seriusnya maka dia menurunkannya di pinggir jalan.

Alvero menghela napas lega setelah melihat Norbert pergi, dia melepas mantel karena dia merasa hampir meledak.

Dia baru menenangkan dirinya setelah mengisap beberapa batang rokok, Selin benar-benar terbuka dan berani tapi dia punya modal itu.

Jika Selin berani duduk lebih lama lagi di pahanya maka dia tidak keberatan untuk menghukumnya di dalam kamar.

"Dia benar-benar lincah!" Dia menghela napas tanpa daya.

Taksi perlahan-lahan berhenti di depannya dan Alvero kembali ke bangsal, dia malas membuka lampu dan membiarkannya gelap, dia merasa tidak ada yang mengurus dirinya setelah Nabila masuk rumah sakit, dia berbaring di atas tempat tidur untuk melepaskan dirinya.

Sewaktu dia mau membuka bajunya, tiba-tiba terdengar suara aneh di dalam kamar, dia kaget dan segera pergi membuka lampunya.

"Kenapa kamu ada di sini?"

Itu adalah Tasya!

Dia masih memakai baju perawat yang berwarna putih, hanya saja bukan baju yang diberikan oleh keluarga He.

Baju hanya menutupi pangkal pahanya dan bagian atas tubuhnya hampir meledak, ditambah dandanan dan topi perawat membuatnya sangat menggoda.

Membuat perasaan Alvero yang tidak tertahankan sepanjang jalan tadi meledak kembali.

"Aku sedang menunggu tuan muda kembali! Nabila sebelumnya mengatakan harus membuat seluruh tubuh tuan muda santai sebelum tidur, tapi tuan muda selama beberapa hari ini tidak mengatakannya dan aku pikir mungkin tuan muda merasa tidak enak maka....."

Membuat seluruh tubuhnya santai? Kapan Nabila melakukan ini?

Dia sudah sejak awal merasakan apa yang ingin dilakukan oleh Tasya tapi dia selalu mengabaikannya, tanpa diduga dia melakukan ini.

Tapi Alvero masih belum sampai tahap tidak bisa mengendalikan dirinya, dia bisa menahan dorongan hatinya terhadap Selin, Tasya sedikitnya ada perbedaan dengannya maka dia tidak akan melakukan hal ini.

Apalagi, Nabila saat ini masih terbaring di ruang ICU, dia mana mungkin melakukan hal ini di dalam bangsal? Jika seperti itu maka hatinya akan merasa bersalah kepada Nabila.

"Tidak perlu, aku tidak perlu melakukan itu? Kamu pulanglah lebih awal!" Alvero langsung mengambil baju tidur setelah dia selesai mengatakannya dan pergi ke arah kamar mandi.

Tasya menggigit bibirnya karena merasa bingung, dia sudah melakukan semuanya tapi mengapa Alvero masih tidak bersedia? Apakah dia benar-benar tidak bisa dibandingkan dengan Nabila?

Dia merasa tidak terima, sewaktu Alvero sedang tidak melakukan persiapan, dia diam-diam masuk ke kamar mandi dan memeluknya dari belakang.

Alvero menarik napas setelah dia merasakan sesuatu yang lembut di belakangnya, dia segera berbalik dan mendorongnya.

"Jika kamu berbuat seperti ini lagi maka aku akan menyuruh Hardi menempatkanmu di bangsal lainnya!"

Kata-kata Alvero membuat mata Tasya memerah, Alvero sudah mengatakannya dengan jelas maka dia hanya bisa ke luar dari kamar mandi dengan marah.

Alvero baru bisa bernapas lega, dia mandi dan kembali berbaring di atas tempat tidur sambil melihat ke atas langit-langit.

Terdengar suara Tasya dari luar.

"Tuan muda, di luar ada seorang wanita yang mau bertemu denganmu, dia mengatakan jika dia adalah temanmu."

Teman? Dia tahu jika semua temannya tidak ada yang tahu dengan tempat ini!

Dia membuka pintu kamar dengan bingung, Tasya sudah mengganti bajunya dengan baju perawat keluarga He dan wajahnya terlihat canggung.

Dia tidak mempedulikannya dan langsung berjalan ke luar, setelah dia melihat sosok yang familier, dia segera memalingkan badannya.

Quin sudah melihatnya, dia segera memeluk pinggang Alvero.

"Aku tahu jika kamu masih marah denganku tapi aku tahu jika aku tidak berbuat seperti itu maka aku sama sekali tidak punya kesempatan untuk bertemu denganmu."

Quin diam-diam mengikuti mereka sejak Alvero dan lainnya pergi bersama Selin, dari rumah Selin sampai ke persimpangan jalan itu.

Sebenarnya Quin ingin langsung berbicara dengan Alvero di persimpangan jalan itu tapi begitu dia teringat dia akan kembali ke rumah sakit maka dia memutuskan untuk beraksi di rumah sakit.

Tentu saja Alvero akan menjaga identitas dirinya karena dia sudah kembali ke keluarga He lagi, dia mungkin akan diusir jika dia melakukannya di luar.

Tapi jika di rumah sakit maka dia merasa Alvero tidak akan berani terlalu bersikap berlebihan dengan identitas dirinya.

"Buat apa kamu menyiksa dirimu sendiri?"

Alvero ingin mendorong tangan Quin tapi dia sepertinya menggunakan seluruh tenaganya untuk memegangnya.

Alvero tidak berani bersikap terlalu keras karena takut membuatnya terluka tapi pada saat ini di luar pintu banyak dokter dan perawat yang berlalu lalang meskipun tidak ada ekspresi melihat semua ini tapi mereka akan diam-diam memperhatikannya di tempat tersembunyi.

Hampir seluruh orang di rumah sakit sudah tahu hubungan Alvero dengan tuan muda keluarga He maka mereka punya pikiran mereka sendiri dengan kejadian yang ada di depan.

"Hanya kamu orang yang bisa menolongku sekarang, demi kamu aku menyinggung Argus maka dia tidak akan melepaskanku."

Alvero percaya dengan kata-kata Quin, dia memang benar menyinggung Argus karena dirinya tapi bukankah dia dulu melukai Alvero demi Argus?

Hanya saja, dia dan Argus berbeda, dia tidak akan membalas semua ini, dia pada waktu itu juga tidak punya kemampuan.

"Argus memperlakukanmu dengan baik, mengapa kamu mengecewakannya, aku sarankan kamu untuk bersamanya saja!"

Setelah itu, dia melepaskan tangan Quin dengan tenaga yang besar, dia berbalik dan ingin keluar dan Tasya membukakan pintu untuknya.

Quin tiba-tiba menangis di belakang, sambil mengatakan sesuatu.

"Aku begitu mencintaimu tapi sekarang kamu sudah kaya sehingga meremehkanku karena kamu bisa mencari wanita yang lebih seksi dan lebih cantik dariku kan?"

Dia mengatakan sekencang itu karena sengaja semua orang yang ada di sekitar mendengarnya, Alvero benar-benar marah dengannya.

Identitasnya sekarang adalah tuan muda keluarga He, meskipun mereka tidak berani mengatakan sesuatu di depannya tapi mereka akan tetap mendiskusikannya di belakang sehingga identitasnya akan ketahuan tidak lama setelah itu.

Setelah masalah ini tersebar maka sedikit banyak keluarga He juga akan ikut terlibat.

"Jadi orang harus tahu malu, tolong nona Quin jangan merusak reputasi tuan muda kami, kamu lebih baik bersama dengan tuan muda Argus itu."

Yang berbicara sekarang adalah Tasya.

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu