The Richest man - Bab 43 Melaporkan
Alvero dan Maria memandang wanita di samping pada saat yang bersamaan.
Quin mengenakan gaun murah berwarna biru muda. Alvero hanya merasa tidak asing. Setelah memikirkannya lama, dia ingat bahwa saat itu dia sedang mengejar Quin dan pergi makan bersama dan dia berkata bahwa dia menyukai gaun ini saat melewati toko pakaian.
Alvero mengertakkan gigi dan membelinya dengan biaya hidup setengah bulannya. Kemudian, dia membeli beberapa hadiah sebelum mendapatkan Quin. Saat itu, Quin menolak untuk mengungkapkan hubungan mereka.
“Ada apa?” Suara Alvero terdengar dingin, seolah dia sedang berbicara dengan seseorang yang baru dia kenal.
Quin duduk di samping Alvero dengan ekspresi sedih, sama sekali mengabaikan Maria di sisi yang berlawanan.
“Apakah kamu tahu sudah berapa lama kamu tidak menghubungiku? Bagaimanapun juga kita pernah berbagi suka dan duka bersama, apakah kamu sudah melupakan masa lalu?”
Berbagi suka dan duka bersama?
Melupakan masa lalu?
Perkataan ini membicarakannya atau sedang membicarakan dirinya sendiri? Alvero sekali lagi dikejutkan oleh wanita ini.
“Katakan saja jika ada masalah, jangan bermain teka-teki denganku.” Suara Alvero sudah agak tidak sabar.
Quin masih bergesekan dengannya, memikirkan penampilannya di depan Argus, dia tidak bisa menahan perasaan jijik dan berusaha menjauh darinya, tetapi ruang di dalam terbatas dan Alvero akhirnya dipeluk olehnya.
"Alvero, aku tidak pernah meremehkanmu saat kamu tidak punya uang, bahkan aku masih menyimpan dengan baik pakaian dan perhiasan murah yang kamu belikan untukku. Kamu tidak bisa memperlakukanku seperti itu saat kamu sudah punya uang.”
Saat berbicara, Quin menangis dengan suara rendah. Suaranya tidak keras, hanya cukup untuk didengar oleh Maria di depan.
Maria tidak mengetahui masalah antara Alvero dan Quin. Pada saat ini, Quin menangis dengan sangat menyedihkan, bahkan seorang wanita juga merasa tertekan ketika melihatnya.
Tetapi Maria adalah sekretaris pribadi Alvero, dia tidak bisa mengatakan apa-apa, dia hanya bisa mengerutkan kening sambil menatap Alvero dengan beberapa pertanyaan.
Alvero benar-benar pusing, dia meremas pangkal hidungnya dan memandang Quin, "Trik yang sama cukup untuk digunakan sekali. Kamu tidak bosan menggunakannya, tetapi aku bosan!”
Lupakan apa yang terjadi terakhir kali dan Alvero tidak ingin ditipu lagi kali ini. Apalagi orang yang berdiri di hadapannya adalah sekretaris yang dikirim oleh Thanos.
Dia akan melaporkan apapun yang terjadi di sini. Jika hal semacam ini ditanggapi dengan serius, maka akan merepotkan.
Quin jelas tidak menyangka bahwa Alvero akan mengatakan hal seperti itu. Dia putus dengan Argus. Dia mengenakan gaun murah ini setiap hari untuk berkeliling dunia, mengambil foto, hanya untuk menarik perhatian Alvero, tetapi dia tidak pernah memperhatikannya.
Dia ingat bahwa ponsel Alvero sebelumnya tidak dapat masuk ke WeChat dan dia mungkin belum bisa menggunakannya, jadi dia pergi keluar dan berkeliling hanya untuk bertemu dengannya.
Akhirnya, kerja kerasnya membuahkan hasil, setelah berkeliling lebih dari sepuluh hari, dia akhirnya melihat Alvero di gerbang sebuah komplek.
Di komplek tempat Alvero awalnya berencana menyewa rumah. Setelah itu, dia terus mengikutinya, tentu saja mengetahui bahwa dia dengan santai membeli vila seharga 60 miliar. Pada saat itu, dia hampir tidak bisa menahan untuk bergegas kepadanya, akhirnya sekarang dia mendapatkan kesempatan.
"Siapa ini?"
Maria akhirnya berbicara, menghilangkan rasa canggung Alvero.
Alvero sebenarnya juga tidak mengerti apa yang akan dilakukan Quin. Terakhir kali di toko LV, seharusnya dia tahu bahwa uang yang dimilikinya hampir habis, mengapa masih mengikutinya? Apakah dia tahu identitasnya? Tidak mungkin!
Maria sudah bertanya demikian, dia hanya bisa menjelaskannya dengan enggan.
Tetapi Quin tidak memberi Alvero kesempatan untuk berbicara sama sekali, dia menghapus air mata dan mengulurkan tangannya ke arah Maria.
"Halo, aku adalah pacar Alvero, siapa kamu?"
Maria tertegun, dia mengira Alvero tidak punya pacar dan paling-paling dia memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Nabila.
Karena dia tidak tahu apa yang terjadi dengan Quin dan Alvero, dia juga sulit untuk mengatakan apa pun, tetapi dia bisa merasakan permusuhan yang kuat dari Quin.
"Maria!"
Quin mengangguk tanpa senyuman, dia memandang wanita di depannya yang lebih seksi darinya, bahkan wajahnya lembut dan berkesan dan dia merasakan semburan tekanan di dalam hatinya.
Maria juga memandang Quin di depannya dengan tenang.
Latar belakang Maria relatif lebih luar biasa. Ibunya adalah seorang eksekutif di sebuah perusahaan dan ayahnya adalah seorang profesor universitas. Dia telah mendapat pendidikan yang baik sejak kecil sehingga dia cukup beruntung bisa masuk ke perusahaan Keluarga He. Meskipun dia seorang sekretaris, tapi kemampuan dan penglihatannya luar biasa.
Baginya Quin adalah masalah sepele.
“Sejauh yang aku tahu, Tuan Muda Alvero saat ini masih lajang. Kata pacar dari Nona Quin seharusnya hanya teman wanita, kan!”
Meskipun kedengarannya seperti bertanya pada Quin, tapi kata-kata Maria benar-benar sedang menegaskan, benar-benar mengubah makna dari Quin dan juga ada tatapan menyindir.
Mendengar ini, ekspresi Quin tiba-tiba berubah dan tatapannya berpaling dari Maria.
“Alvero, bagaimana mungkin kamu tidak memberi tahu orang lain bahwa kamu punya pacar?” Dengan nada sedihnya, dia hampir menangis.
Alvero sedikit pusing menyentuh dahinya dan dia harus mengarahkan pandangannya ke Quin lagi.
"Maria adalah orangku sekarang. Kamu seharusnya menjelaskan perkataanmu dengan jelas di depannya. Pacar atau teman wanita mempunya arti yang sangat berbeda.”
Alvero tidak keberatan membiarkan Quin melihat situasi saat ini dengan jelas. Para wanita di sekitarnya jauh lebih baik daripada Quin. Meskipun dia adalah cinta pertamanya, tidak peduli seberapa dalam hubungannya juga akan berakhir.
Untuk pertama kalinya, Quin merasa Alvero di luar kendalinya, hatinya sangat tidak tenang dan dia menyesal putus dengan Alvero sebelum mengetahui semuanya dengan jelas.
“Aku tahu bahwa aku telah melakukan banyak hal yang bersalah kepadamu, tetapi kamu juga tahu bahwa aku hanyalah seorang wanita dari tempat kecil yang tidak dapat menahan godaan, tetapi aku tahu kamu yang paling baik kepadaku, apakah kita bisa kembali seperti semula?”
Saat berbicara, Quin menangis dengan suara rendah yang membuat hati Alvero lembut, bagaimanapun dia hanya seorang gadis.
Dia melihat Quin dengan tatapan yang rumit, bagaimana perasaan bisa dengan mudah kembali seperti semula? Sama seperti cangkir yang sudah pecah, tidak peduli seberapa bagus daya rekatnya, juga tidak dapat menghilangkan retakan yang telah terbentuk.
Maria datang mencari Alvero hari ini, karena dia ingin mengatakan sesuatu. Setelah diganggu oleh Quin sepertinya dia telah menghabiskan lebih banyak waktu. Setiap menit penting baginya.
“Tuan Muda Alvero, tidak peduli apa kesalahpahaman antara Anda dan Nona Quin, tapi kita masih memiliki masalah untuk dikatakan sekarang!"
Karena tidak ada cara langsung untuk menyingkirkan Quin, maka dia hanya bisa mengingatkan Alvero. Ketika Maria melihat Alvero, dia pikir dia akan berbeda dengan anak-anak orang kaya. Bagaimanapun, sangat jarang ada orang yang masih mengenakan pakaian yang sangat biasa setelah kembali ke keluarga kayanya.
Tetapi sekarang dia merasa Alvero melakukan ini hanya karena wawasannya terlalu sedikit dan enggan mengeluarkan uang untuk itu.
Novel Terkait
Cinta Seorang CEO Arogan
MedellineMy Charming Wife
Diana AndrikaTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelThe Richest man
AfradenPenyucian Pernikahan
Glen ValoraThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat