The Richest man - Bab 25 Omelan
Saat Alvero berhasil menemukan Norbert dan yang lainnya, terlihat hanya tersisa ketiga teman kamarnya saja yang masih berdiri disana.
“Stephanie mengatakan jika terjadi sesuatu kepada keluarganya , dia terlihat sangat terburu buru saat pulang tadi, jadi hanya memintaku untuk menyampaikan hal ini kepadamu.”
Marko yang berada disampingnya menatap Alvero dalam dalam, seperti sedang menunggu dia menjelaskan sesuatu, Norbert tanpa berpikir langsung menendang pantatnya, yang hampir membuatnya terjatuh karena tidak siap dengan pukulan yang datang tiba tiba.
Hari ini adalah acara yang diselenggarakan oleh perusahaan. Setelah pertunjukan selesai, akan ada acara makan malam. Quin dan Argus akan pergi menghadirinya tentu saja. Alvero benar-benar sudah menyinggung dua orang ini, jamuan makan kali ini mungkin akan terasa sangat canggung, saat dia masih ragu apakah akan menghubungi Nabila atau tidak, tiba tiba malah Nabila lah yang menghubunginya terlebih dahulu.
“Aku sudah sampai tempat biasa, apa kamu akan kembali?”
Alvero baru teringat jika Nabila sudah meminta ijin libur kepadanya, jika dia tidak kembali, maka dia akan meminta Norbert untuk mengantarnya.
Dia masih tidak ingin membiarkan Norbert mengetahui begitu banyak hal, tapi jika tidak kembali saat ini, mungkin saat dia kembali nanti mereka akan menanyakan kepadanya mengenai masalah Quin, begitu teringat akan hal ini, kepalanya terasa nyut nyutan.
Hari ini Nabila mengenakan gaun biru muda, tubuh indahnya terpampang dengan jelas, semakin menunjukkan keanggunan khas seorang wanita dalam dirinya.
Belum sampai di samping mobil, tapi sosok dirinya terlihat jelas saat berada di kerumunan orang.
Jelas jelas hanya berjalan beberapa langkah saja, tapi sudah ada sekitar3 atau 4 laki laki yang mencoba untuk mendekatinya, tapi Nabila menolak mereka semua dengan halus.
Setelah menunggu orang yang mengerumuninya pergi, dia baru memutuskan untuk mendekat kepadanya.
“Kenapa jadi tidak senang saat melihat mereka mengerubungiku?”
Alvero masih terbayang bayang akan apa yang terjadi di pintu masuk perusahaan, jadi wajahnya terlihat tidak mengenakkan, tapi kesuraman di wajahnya malah disalahpahami oleh Nabila.
“Bukan, aku hanya merasa jika kamu sangat hebat, jadi aku akan kesulitan mengimbangimu!”
Nabila tersenyum, menggelengkan kepalanya, dia mengendarai mobilnya sambil mengatakan perihal masalah ijinnya.
Dia dan sahabatnya biasa makan bersama setiap akhir pekan, dan tagihan dibayar bergilirian untuk setiap minggunya, hubungan diantara mereka terbilang cukup bagus, jadi dia tidak enak untuk menolak aHaro n mereka.
“Turunkan aku di jalan depan saja biar tidak terlambat!”
Nabila yang mendengar perkataan Alvero langsung panik, Nabila berpikir jika Alvero memiliki hal yang harus dilakukan, dan terganggu karena dirinya yang minta ijin untuk libur, jadi Nabila langsung menepikan mobilnya di pinggir jalan.
“Tuan, jika tuan masih ada hal yang harus dilakukan, aku bisa mengurungkan niatku untuk pergi makan bersama temanku, jika nyonya mengetahui aku meninggalkan tuan disini begitu saja dan pergi makan, pasti aku akan dipecat.”
Nabila semakin panik, tanpa menunggu Alvero mengatakan sesuatu, dia langsung mengeluarkan teleponnya, dilihat dari gerakannya, kelihatannya dia akan menghubungi seseorang.
Alvero langsung merebut telepon di tangannya, telepon yang sudah terhubung langsung dia matikan, kemudian menatap Nabila tidak berdaya.
Gadis ini saat ada masalah apapun selalu saja mengkhawatirkan jika dirinya akan kehilangan pekerjaan, Alvero juga bukan orang lumpuh yang harus dia jaga selama 24 jam, meskipun Nabila juga dibayar untuk pekerjaannya ini, tapi dia juga memiliki kehidupannya sendiri, jika tidak untuk apa uang yang dia dapatkan itu? Kelihatannya gadis ini tidak memahami akan penalaran kehidupan seperti ini.
“Kenapa kamu sepanik itu? Wajar jika kamu memiliki kehidupan pribadimu sendiri, jalankan saja mobilmu ketempat dimana kamu akan pergi makan, aku tidak memiliki hal yang harus dilakukan, jadi hanya perlu duduk saja di mobil dan memainkan hapeku sambil menunggumu.”
Nabila langsung merasa tidak enak hati saat mendengar perkataan Alvero, wajahnya memerah hingga tidak bisa berkata kata, dan mobil juga masih berhenti ditempat semula tidak bergeser satu senti pun.
Alvero juga tidak mendesaknya, hanya duduk ditempatnya dengan tenang, meskipun ayahnya lah yang membayar gaji Nabila, tapi Nabila juga masih harus mendengarkan apa yang diperintahkan oleh Alvero, jika Nabila tidak paham mengenai hal hal semacam ini, maka dia tidak akan bisa bertahan dalam pekerjaannya kali ini.
Saat mobil sudah berhenti di depan pintu masuk clubhouse yang Nabila tuju, dia masih ragu ragu, dan cukup lama baru melangkahkan kakinya turun dari mobil.
“Tuan, jika ada apa apa hubungi aku saja, nanti saat malam aku akan membawamu makan Malatang di tempat langgananku, dijamin rasanya enak.”
Saat mengatakan ini, Nabila terlihat sangat berbeda dengan dirinya yang biasanya, saat sedang bekerja, dia terlihat sebagai perempuan yang sangat berwibawa, seperti entah pekerjaan apa yang dibebankan kepadanya, dia memiliki kepercayaan diri yang kuat untuk bisa merampungkannya, tapi perkataannya kali ini terlihat seperti layaknya seorang gadis yang sudah melakukan hal luar biasa dan mengharapkan sebuah hadiah.
Alvero menganggukkan kepalanya, dia menaikkan kaca mobilnya, jika tidak segera mengusir gadis ini, maka tidak tau entah berapa lama dia harus menunggunya duduk di dalam mobil.
Saat melihat punggung Nabila yang sudah tidak terlihat lagi, Alvero baru menurunkan setengah kaca mobilnya, menikmati udara malam agar pemikirannya tidak jenuh, jika tidak nanti dia akan ambruk terlebih dahulu karena pusing kejenuhan di dalam mobil sebelum Nabila kembali.
“Jangan hanya makan saja, ingat apa yang Direktur Haro perintahkan.”
Satu lirih percakapan mereka terdengar di telinga Alvero, dia bukannya ingin menguping, tapi mereka berbicara tepat disebelahnya, tidak mungkin jika dia tidak mendengar percakapan mereka.
“Aku mengerti, entah kenapa Direktur Haro bisa menyukai orang seperti Nabila, sejak masuk kuliah dulu dia bahkan sudah mulai mengejarnya.”
Satu perempuan terlihat menjawab dengan nada kesal tidak sabaran, saat mendengar nama Nabila, Alvero langsung mengerutkan keningnya, mulai mendengarkan dengan seksama.
Orang hebat seperti Nabila itu sangat wajar jika banyak yang mengejarnya, saat Alvero melihat nama tempat yang didatangi oleh Nabila, sepertinya dia sudah pernah mendengarnya dari mulut Norbert dan yang lainnya.
Ini adalah satu-satunya clubhouse bintang lima yang ada di kota ini, termasuk tempat nongrong, bermain, dan makan makan, pada umumnya, hanya orang kaya dan berkuasa yang datang ketempat seperti ini.
Bagaimanapun juga dalam sekali makan bisa menghabiskan sampai puluhan juta.
Percakapan dua perempuan itu semakin lama semakin tidak jelas, mereka mengatakan jika Nabila bekerja disebuah rumah sakit swasta sebagai perawat pribadi, tapi sebenarnya dia hanya menggoda para orang kaya saja.
Setelah mendengar sampai sini, Alvero benar benar tidak tahan untuk mendengar lebih lanjut lagi, dia langsung menurunkan kaca mobilnya, dan membuat mereka berdua terkejut.
“Kenapa kamu menguping?”
Tata, gadis berambut pendek yang menyadari akan hal ini langsung berteriak kepada Alvero.
Tujuan lain Alvero menurunkan kaca mobilnya adalah untuk melihat paras kedua perempuan itu, jika terjadi sesuatu nantinya, maka akan mudah untuk mencari keberadaan mereka, tapi Alvero tidak menggubris dan tidak meladeni mereka berdua.
Kedua perempuan itu mengatainya orang gila saat melihat Alvero tidak mengatakan apapun saat mendapat omelan dari mereka.
Sebelum mereka benar benar pergi, Alvero bahkan masih mendengar omelan dan gerutuan yang keluar dari mulut mereka berdua.
“Perhatikan dengan jeli saat melihat Nabila nanti, tapi jangan sampai terlalu kentara, lakukan dengan bersih, siapa tau dia benar benar memiliki hubungan dengan konglomerat, jika ingin membalas dendam, pasti kita juga akan kena batunya.”
Jika sampai terjadi sesuatu, maka mereka berdua tidak akan bisa terlepas dari tanggung jawab itu nantinya.
Alvero melihat jika baterai telepon miliknya hanya tersisa 20 persen saja, dia mencari sesuatu di dalam mobil, dan ternyata berhasil menemukan power bank, setelah itu dia baru bisa tenang saat memainkan telepon di tangannya.
Novel Terkait
Takdir Raja Perang
Brama aditioYama's Wife
ClarkSuami Misterius
LauraKing Of Red Sea
Hideo TakashiUangku Ya Milikku
Raditya DikaMenaklukkan Suami CEO
Red MapleCutie Mom
AlexiaThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat