The Richest man - Bab 73 Bos Besar
Terpikir bunga itu dari kakek, badan jesko gemetaran seketika.
“Adikku,kamu tidak boleh begitu.”
Dengan raungan sengit, Jesko melihat di kelilingnya dan setelah memastikan tidak ada orang dia langsung berkata kepada Alvero.
“Adik ku , karna barang ini dari kakek,kamu harus lebih menghargainya dan kamu tidak boleh begitu nanti di lihat sama orang lain ini akan menjadi bahan pembicaraan orang.
“nanti sampai diketahuan kakek, sangat susah untuk dijelaskan.”
Alvero berkedip mata dan menatap Jesko.
“ iya, benar”
“adik ku, kamu juga tidak ingin baru pulang sudah di usir keluar lagi kan?”
Kata-katanya dengan niat yang buruk, cukup mengejutkan Alvero
Baiklah.
hal itu terus melintas dipikirannya, Alvero berpura-pura bodoh
" sudah kakak,aku sudah tahu".
Di wajahnya kelihatan tidak begitu peduli tetapi di dalam hati sudah mulai waspada.
Jesko belum selesai bicara, Alvero sudah berjalan kedepan.
" sudah kakak, apa yang kamu bicarakan aku sudah mengerti dan sekarang aku ingin pergi mecari Ibuku."
Nyonya He sebelum pergi sudah mengingatkan Alvero, jika sudah selesai bisa dengan secepatnya kembali.
Tidak tahu ada kepentingan apa Ibunya ini.
" Apa yang kamu pikirkan? Kelihatan kamu tidak berkonsentrasi."
"Kakak ada apa?"
Kenapa orang ini tidak pergi-perginya
" Omong kosong, di dalam keluarga He Jesko dan Nyonya He lah yang menjadi andalan Alvero.
sedangkan Tuan Besar He, sekarang kelihatan tidak bisa diandalkan lagi.
Orang licik seperti apa dia, orang sendiri juga dilukai, sifatnya sangat aneh.
"bicarakan dengan baik jangan melamun" Jesko terus bertanya lagi.
" Tetapi sikap kakek sangat berbeda terhadapmu.
" Hei adik aku, apakah kamu ada keterampilan yang luar biasa, bisakah kamu ajarin aku?"
" Tidak ada".
pembicaraan orang ini semakin aneh, Alvero tidak ingin memperhatikannya lagi biapun itu saudara sendiri.
" Aduh adik aku yang baik hati,Tolong kamu kasih tahu sama aku lah".
Dia seperti permen karet yang bisa menempelkan kemari sendiri.
Kebetulan pada saat itu terdengarkan suara pembicaraannya Nyonya He.
"Jesko kamu dan Alvero sedang buat apa di sini?"
Dengan wajah yang keraguan Nyonya He tampaknya telah menemukan hal baru.
Apakah yang barusan dilihat itu nyata atau hanyalah halusinasi
" Hei, dua laki-laki berpegangan apakah kalian tidak merasa malu" ucap mita.
Sepertinya dia bisa paham apa yang di pikirkan oleh Nyonya He.
Dengan pembicaraannya membuat Nyonya He mengerti bahwa apa yang tadi dia lihat itu benar.
" Adik ku, bisakah kamu bicara dengan baik".
Berkali-kali di provakatif sama orang lain,Nyonya He tahu adik kandungnya ini ingin mencari kesialannya, jika tidak mana mungkin bisa seperti sekarang begitu ada kesempatan langsung melukai perasaan orang lain.
" Kak, kamu selama ini tidak pernah begitu sama aku, Aku ini adik kandung kamu loh".
Jelas-jelas sendiri yang bersalah tetapi masih ingin mengelak.
Alvero teringat perkataannya tuan besar He saat dia pergi.
" Ibumu adalah orang yang baik hati tetapi kebaikannya ada sedikit berlebihan".
" Baguslah sekarang,ada kamu yang menemaninya,jika ingin melakukan sesuatu menjadi lebih mudah."
Iya benar memang menjadi lebih mudah.
Di mata orang sekitarnya diriku bukanlah jentelmen jadi dia tidak perlu mempedulikan soal reputasi. Alvero tidak sungkan lagi langsung bicarakan duluan.
" Aku dan kakak saling menyayangi, saat Bibi melontarkan kata-kata yang tidak pantas dibicarakan, apakah pernah berpikir nama baik kami, apakah pernah memikirkan bahwa kami ini adalah keponokanmu?
" Kamu…"
Mita tahu dia tidak bisa menang debat dengan alvero. jadi dia tidak lagi mencari masalah sama Alvero, dia langsung bergegas ke sisi Nyonya He dan berkata: " Kakak coba lah kamu lihat"
" Tutup mulut kamu, apa yang di katakan oleh Alvero itu benar".
Nyonya he tersenyum dengan Alvero kemudian beebalik raut wajahnya langsung menjadi kusam.
"Adik ku, hari ini adalah perjamuan keluarga, kalau kamu bukan adik kandungku mungkinkah kamu datang kesini?
" Aku…"
kasih kamu dua pilihan " hentikan pembicaraan kamu atau keluar dari sini"
Bisa berada di posisi dan menjadi Nyonya di keluarga He bagaimana mungkin dia bisa diintimidasi.
Sebelumnya itu hanya nostalgia tetapi sekarang suasana terbuka dengan sepenuhnya Mita benar-benar kalah untuk membandingkannya.
" Baik lah kalau kakak ingin memanjakannya tidak bermasalah dan harus waspadai suatu hari nanti ini akan menjadi bencana".
Pembicaraannya dengan kemarahan Mita membalikan tubuhnya dan pergi.
" Terimakasih banyak atas peringatan Bibi".
Alvero adalah orang yang bersifat keterlaluan apalagi ketemu orang seperti Mita yang begitu menyebalkan.
Pada saat Mita ingin pergi dia masih ingin menyindirkannya.
Pada saat perkataannya Alvero keluar Mita berjalan dengan baik tiba-tiba kakinya tidak stabil kemudian dia bergegas pergi tanpa menoleh ke belakang pun.
Alvero bepikir Bibi ini pasti sangat marah karena gara-gara dia merasa malu dan pergi.
" Hahaha…"
Dengan senyuman yang puas muncul di wajahnya Alvero dan merasa sangat bahagia.
" Bagus lah sekarang sudah menyinggung perasaannya dan kamu harus berhati-hati jangan sampai dia mendapakan kesempatan untuk berbuat jahat".
Sebagai kakaknya Alvero, Jesko merasa harus mengingatkan Alvero kalau tidak dia akan semakin kelewatan.
"Bukannya dia sudah ingin pulang?"
Namanya juga bocah kecil memang sulit untuk dihadapi, Alvero mengerutkan kening.
" Pergi…?"
jesko tesenyum sinis dan berkata: Perjamuan keluarga He dengan banyak makanan yang enak mana mungkin dia bersedia untuk pergi".
" Hmm…"
Pada saat mendengar kata-kata Jesko yang mengeluarkannya, Alvero merasa sakit kepala.
Orang yang seperti apa ini, mengapa tidak mengingatkan aku sebelumnya.
Mungkin bisa menebak pikiran di benaknya Alvero, Jesko berkata dengan niat buruk.
" Barusan saja melihat kamu mengejekannya dengan bagus"
Mengikuti di belakang Nyonya He sepanjang jalan dia mengenali orang-orang yang di keluarga He dan kemudian baru perlahan-lahan menyapa sama pembisnis lainnya.
Tetapi kebanyakan dari mereka adalah buat salaman dari Jesko dan Alvero hanya bersenyum saja.
sedangkan Nyonya He hanya muncul disaat mulainya perjamuan setelah itu menghilang entah kemana.
" Kakak, hari ini bukan perjamuan keluarga saja? Kenapa masih datang banyak… …"
Tangannya menunjuk ke bos bisnis besar... kata-katanya yang lanjut untuk bertanya dia sudah merasa malas untuk dibicarakan lagi.
" Oh , kamu bilang mereka semua".
Seolah-olah seperti baru mengingat bahwa ini adalah perjamuan keluarga, Jesko menggelengkan kepalanya dan sambil menebak.
" Mungkin Ibumu ingin mengekpos identitasmu ke semua orang dan mengundang orang-orang ini datang untuk mengenalmu.
Novel Terkait
Si Menantu Buta
DeddyBehind The Lie
Fiona LeeIstri kontrakku
RasudinBack To You
CC LennyAfter Met You
AmardaThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat