The Richest man - Bab 88 Menyindir
“Hngg, benar. Kak Tasya sekarang memang tidak begitu baik, tapi....”
Orang ini masih ingin mengatakan sesuatu, tapi Soba tidak dapat menahannya.
“Sudahlah. Apakah kamu tahu bahwa orang di depanmu ini adalah Tuan Muda Kecil Keluarga He yang kamu katakan itu?”
Bayangan tubuh melintas cepat, Soba pun langsung bersembunyi di belakang Alvero, membongkar ia sepenuhnya.
“Ia?”
Tangan orang itu menunjuk Alvero sambil memasang wajah yang tidak dapat percaya.
Apa daya Alvero yang kemarin malam mengalami kejadian begitu parah, bahkan pakaian yang sekarang ia pakai dipinjam dari Brian.
Melihat tampang dirinya yang buruk, tentu orang lain tidak dapat percaya.
“Hahaha.”
Ternyata benar. Detik selanjutnya pun langsung terdengar suara tawa orang itu yang meledak.
Selanjutnya melihat ia menunjuk Alvero dan berkata dengan tidak peduli.
“Sebenarnya jika ada salah satu dari kalian yang keluar dan menyebut diri sebagai Tuan Muda Kecil, aku mungkin saja bisa memikir ulang. Tapi ia....”
Setelah ucapannya dikatakan hingga kini, seketika sudut bibirnya membentuk senyuman yang sinis.
“Benar. Jika Tuan Muda adalah ia, maka sama sekali tidak mungkin.”
“Kamu.....”
Soba tak sangka ia sudah jujur dan orang itu tidak memercayainya, sehingga ia sendiri sangat kesal.
Ia baru saja bersiap mendekatinya untuk memberi hukum, tapi langsung dihalangi Alvero dengan cepat.
“Sudahlah, ia tidak bermaksud jahat.”
Setelah selesai mengatakan itu, Alvero langsung berkata kepada orang itu.
“Kamu segera bawakan Pak Hardi datang, bilang Alvero membutuhkan sesuatu yang sangat buru-buru.”
“Kamu siapa? Demi....”
Selanjutnya tanpa menunggu orang ini selesai berkata, Alvero langsung memotong perkataannya.
“Sudahlah, jangan-jangan kamu ingin menunggu kita membuat onar disini? Segera pergi sana.”
Sekali auranya keluar, orang itu pun langsung terkejut.
Rasa tekanan ini bagai ia terlahir untuk menjadi seorang penguasa.
Orang itu tidak dapat menanggung rasa tekanan itu, lalu buru-buru pergi meninggalkan tempat.
Tapi sebelum pergi, ia masih mengeluarkan kata-kata kejam.
“Apakah kamu sedang menunggu? Tunggu Kepala Rumah Sakit kita datang, akan ketahuan asli atau palsu. Terus berakting sana.”
“Hahaha.”
Jika ia mengatakan hal-hal yang seperti itu dengan penampilan sekarang yang menyedihkan, sungguh dapat membuat semua orang terbahak-bahak.
Alvero menggelengkan kepala tak berdaya dan berkata kepada mereka semua dengan geram.
“Kalian semua itu temanku, aku tidak akan banyak berkata. Orang ini sungguh tidak punya mata yang baik.”
Sebuah kalimat langsung menghibur semua orang, sehingga ketidakpuasan sebelumnya juga menghilang.
Orang itu pun dengan cepat memanggil Pak Hardi datang. Awalnya ia kira bisa memberi pelajaran kepada Alvero.
Tapi siapa sangka saat melihat Alvero, Pak Hardi pun buru-buru berlari mendekatinya.
“Aduh, Tuan Muda Kecil. Mengapa Anda menjadi seperti ini lagi?”
Apa daya saat Alvero diakui kembali, ia pun tinggal selama beberapa saat di rumah sakit. Pantas juga Kepala Rumah Sakit berkata seperti itu.
“Tuan Muda Kecil? I-ia benar-benar Tuan Muda Kecil?”
Seseorang yang awalnya masih tidak percaya berdiri di belakang Kepala Rumah Sakit.
Saat ini melihat Kepala Rumah Sakit begitu hormat kepada orang itu, ia pun langsung berteriak dengan terkejut.
Untuk hal itu, Alvero tidak menunjukkan reaksi apapun.
Hanyalah seorang badut, ia tidak perlu melakukan apapun.
Memang siapakah Kepala Rumah Sakit ini? Bagaimana mungkin ia tidak mengetahui bahwa orang di depannya itu telah bersalah kepada Alvero.
Benar. Saat mengatakan hal tersebut, ia terus bilang bahwa orang itu datang membuat onar.
Setelah bertemu dengan Alvero, ia pun mengetahui semuanya tanpa diperjelas masalahnya.
Hanya saja, jika Tuan Muda Kecil Keluarga He tidak berencana untuk memberi hukuman, maka ia....
“Sudahlah, kamu pergi dulu. Lain kali pakai otakmu dengan baik.”
Kepala Rumah Sakit pun membuka mulut memberi perintah dan tidak peduli lagi kepadanya. Ia langsung mengulur tangannya, menopang tubuh Alvero berjalan menuju kamar rawat inapnya.
“Tuan Muda Kecil, Anda kali ini terlalu banyak bekerja. Istirahat sebentar akan membaik, tidak bermasalah.”
Kepala Rumah Sakit memang hebat, mengetahui jelas kondisi tubuh Alvero dengan merasakan nadi.
Tapi....
“Kalau begitu, apakah aku belum minum minuman keras?”
“Tidak boleh.”
Kepala Rumah Sakit tidak sangka Alvero akan menanyakan hal itu, seketika ia gugup, sehingga desibelnya meninggi beberapa tingkat.
Dengan kondisi tubuhnya sekarang, Alvero seharusnya langsung rebahan di ranjang istirahat, bagaimana mungkin bisa pergi minum.
Jika ada sesuatu yang terjadi padanya, satu rumah sakit ini juga tidak cukup dihancurkan nyonya he.
Kepala Rumah Sakit menggelengkan kepalanya tak berdaya. Melihat Alvero yang tidak menganggap penting perkataannya, ia pun mulai panik.
“Tuan Muda Kecil, kita....”
“Periksa ia terlebih dahulu.”
Ia sudah menanyakan yang seharusnya ditanya, jadi jangan lanjut menghabiskan waktu pada dirinya sendiri.
Jarinya menunjuk, pandangan Alvero pun mendarat pada orang yang berada di dalam pelukan Soba.
Coco telah demam semalaman, apakah ia akan berbahaya?
Saat pikiran tersebut melihat pada kepalanya, Alvero pun melihat Kepala Rumah Sakit tergesa-gesa mendekati.
“Oh Tuhan, kondisi gadis ini sangat serius.”
Sembari ucapan ini selesai dikatakan, tanpa menunggu Alvero berkata, Kepala Rumah Sakit pun tiba di hadapan Soba dengan cepat.
Tangannya menyentuh kening Coco, raut wajah Kepala Rumah Sakit pun langsung berubah.
“Ini masih demam.”
Tangannya pelan-pelan mundur, raut wajah Kepala Rumah Sakit tampak sangat serius.
“Ada apa? Apakah sangat serius?”
“Hmm.”
Untuk ucapan Alvero, Kepala Rumah Sakit memberikan kepastian.
“Benar. Jika demam terlalu lama, tidak baik untuk otak. Bahkan kalau tidak segera diobati, ia mungkin saja menjadi pasien vegetatif.”
Pasien vegetatif, lagi-lagi pasien vegetatif. Aku tidak memperbolehkan hal itu terjadi.
Wajah Alvero pun menunjukkan raut yang menggila. Alvero menggenggam tangan Kepala Rumah Sakit, bermohon berkata.
“Pak Hardi, entah bagaimanapun kamu harus menolongnya. Kalau tidak, aku....”
Seketika Kepala Rumah Sakit pun menjadi bingung.
Bisa dikatakan peduli jika Tuan Muda Kecil Keluarga He seperti itu demi menolong Tasya, tapi sekarang....
“Aku tidak memperbolehkan nyawa yang masih begitu muda menghilang dari hadapanku.”
Setelah menyelesaikan kebingungan Kepala Rumah Sakit, Alvero pun langsung berkata.
“Seberapa pastinya dirimu?”
“Tujuh puluh persen.”
Bagus sekali, lebih baik dari kondisi Tasya kemarin.
Alvero mengangguk dan berkata dengan ekspresi yang tegas.
“Menyelamatkan ia dan dua miliar untuk tiap orang.”
Masih nominal yang sama, tapi masalahnya lebih ringan dari sebelumnya.
Meskipun ringan, tapi masih bisa bermasalah juga.
Alvero mengetahui jelas poin itu, jadi ia pun tidak menurunkan harga.
Sekarang juga hanya bisa lihat Kepala Rumah Sakit mau atau tidak.
“Tuan Muda Kecil, kemarin sekelompok orang itu menjadi kaya karena mendapat dua miliar dan tidak kekurangan sejumlah uang itu.”
“Tapi bekerja demi Tuan Muda Kecil, mereka juga merasa senang hati. Kali ini tidak memerlukan uang.”
Demi mencari perhatian Alvero, Kepala Rumah Sakit juga sangat berusaha.
Tapi Alvero tidak perlu. Ia tidak ingin berhutang budi dengan siapapun.
“Lakukan apa yang kukatakan. Terima kasih, Pak Hardi.”
Mata Alvero agak memerah, sambil menggenggam erat tangan Kepala Rumah Sakit.
Melihat ini, Kepala Rumah Sakit juga sangat terharu. Ia pun langsung memanggil orang untuk membawa Coco pergi.
Selanjutnya ia membicarakan kondisi rumah sakit sekarang, lalu baru membuka mulut bertanya.
“Tuan Muda Kecil, jika bisa membiarkan Jerman sana....”
“Aku akan memberi tahu Ibuku, agar mereka segera datang kesini.”
“Baik.”
Entah mengapa, Alvero selalu merasa Kepala Rumah Sakit memiliki tujuan lain.
Jangan-jangan ia ingin mempelajari kemampuan dokter Jerman sana? Tapi ia bahkan tidak membiarkan orangnya masuk ruang operasi, lalu apa yang bisa dipelajari?
Novel Terkait
After Met You
AmardaJalan Kembali Hidupku
Devan HardiDark Love
Angel VeronicaThe Winner Of Your Heart
ShintaLove and Trouble
Mimi XuThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat