The Richest man - Bab 28 Rumah Sakit Swasta

Nabila menjadi begitu panik saat dirinya diperhatikan oleh semua orang, dia menatap Alvero, tetapi Alvero terlihat masih menunjukkan sikap acuh tak acuh.

Nabila tiba tiba mengepalkan kedua tangannya seperti sudah memutuskan sesuatu, melangkahkan kaki nya dengan cepat mendekati Alvero, menjinjit, kemudian mencium pipi Alvero, setelah itu dia pergi meninggalkan tempat ini secepat kilat.

Seketika clubhouse ini menjadi tenang bahkan suara nafas seseorang saja tidak sanggup terdengar.

Sentuhan lembut seperti itu membuat Alvero malayang, rasanya enggan sekali untuk melepaskan sentuhan itu begitu aja.

Dalam hatinya dia membayangkan akan bagaimana jika ciuman yang sebenarnya benar benar terjadi?

“Nabila, apa kamu gila? Kita semua dipermalukan olehmu seperti ini, kamu benar benar mempermalukan Direktur Haro , kamu ingin mati, kenapa harus membawa bawa kita semua? Jika tidak ingin berpacaran katakan saja secara langsung, kenapa harus menggunakan cara seperti ini untuk memperalukan kita.”

Listy seperti ular yang habis diinjak buntutnya, terkejut dan berteriak panik.

Tatapan kedua matanya itu seperti akan memakan orang saja, dia bisa tahu dengan jelas jika Nabila melakukannya dengan sengaja, bagaimana mungkin Nabila bisa bersama dengan orang rendahan seperti itu, jelas sekali jika sikapnya yang seperti ini sedang mempermalukan mereka bertiga.

Nabila sedang mencoba menenangkan detak jantung yang berdetak sangat kencang sejak ciuman itu, dia tidak sempat untuk mempedulikan kemarahan Listy, hanya menatapnya sekilas.

Tatapan sekilas itu sudah menandakan kekecewaannya yang sangat dalam kepada kedua sahabatnya itu.

Karena ciuman Nabila kepada Alvero, semua orang yang berada di ruangan itu langsung bereaksi.

Pada awalnya mereka semua mulai menyudutkan Alvero dan merendahkannya, karena tidak ingin semua menargetkan Alvero, jadi Nabila menciumnya.

Listy yang menyadari jika Nabila tidak melakukan reaksi apapun setelah mendengar perkataannya seketika kembali teringat ekspresi Nabila saat melihat Alvero, dia terlihat begitu panik, dan hal itu membuatnya memiliki satu kemungkinan dalam benaknya.

“Nabila, kamu melakukan ini karena kamu mengalami kesulitan kan? Orang mesum dan rumah sakit bobrok itu mengancammu kan, tenang saja, asal kamu bersedia keluar dari tempat itu, Direktur Haro pasti akan membantumu.”

Nabila melihat Listy sekilas, tiba tiba dia menyadari jika dia tidak pernah melihat sifat asli kedua orang yang mengaku sebagai sahabatnya itu, jika mengiyakan apa yang diinginkan oleh Haro, maka semua nya pasti tidak akan berakhir menjadi seperti ini.

Mereka berdua selalu menjadi sahabatnya, tentu saja mereka akan memanfaatkan Haro untuk mendapatkan keuntungan, dan setelah Nabila tidak berguna lagi, dia pasti akan ditendang begitu saja.

Yang bisa menyebutkan rumah sakit milik Keluarga Shen sebagai rumah sakit bobrok mungkin hanya Listy seorang saja, jangan kan Haro , mungkin dia bahkan tidak memiliki hak untuk sekedar melewati pintu rumah sakit.

Jika Haro sadar akan hal ini dan memilih untuk menjalin hubungan dengan Alvero, mungkin dia masih memiliki kemungkinan untuk bisa menginjak rumah sakit itu.

“Entah hubungan apa yang aku miliki dengan Alvero, yang tidak berubah adalah kenyataan jika dia adalah pacarku, tidak perlu kalian untuk mencampuri hubunganku dengannya, aku juga tidak akan merubah pekerjaanku, lebih baik kita tidak usah berhubungan lagi saja setelah ini!”

Setelah mengatakan itu dia langsung menggandeng tangan Alvero, melangkahkan kakinya keluar, sedangkan Alvero hanya nurut saja membiarkan Nabila menggandeng tangannya.

Haro geram hingga geratan giginya terdengar jelas, saat melihat Nabila dan Alvero berniat untuk pergi, Haro langsung beranjak dari kursi yang dia duduki.

“Nabila, kamu boleh saja bersikap jual mahal, tapi waktu tidak akan menunggu seseorang, jika aku tidak salah dengar sepertinya masih tersisa 5 hari lagi kan?”

Langkah kaki Nabila terhenti, genggaman tangan yang menggenggam Alvero semakin kuat, dia menarik nafasnya dalam dalam, menatap Haro .

“Apa yang kamu inginkan?”

“Aku kekurangan teman perempuan di acara perjamuan, jika besok sebelum pukul 6 sore kamu bisa muncul di depan kantor, maka aku bisa membicarakan semuanya kepada ayahku, tapi kamu juga bisa memilih untuk tidak datang, tapi tanggung saja sendiri akibatnya.” Haro mengatakan hal ini jelas sekali jika dia sedang memprovokasi Alvero.

Nabila tersenyum karena saking kesalnya, senyumannya ini membuat semua laki laki ditempat itu mematung.

“Tidak perlu, aku tidak memiliki waktu untuk menghadiri acara seperti itu, lebih baik tuan minta orang lain saja!”

Kali ini, entah siapa yang memanggil dan berusaha menghentikannya, Nabila tidak menghentikan langkah kakinya sedetikpun.

Saat mereka kembali ke parkiran, disana sudah kosong melompong, mereka keluar terlalu lama, jadi mobil sudah di derek pergi.

“Maaf, masalah ini....”

“Ah, kelihatannya kita harus kembali dengan menggunakan cara lain, besok saja aku akan membawa mobilnya kembali!”

Alvero langsung menghentikan perkataan Nabila, dia tidak tega saat melihat kedua mata Nabila yang sudah memerah, mengenai perkataan yang baru saja dia katakan, Alvero lebih memilih untuk tidak menggubrisnya.

Jika mereka tidak ada yang membahas mengenai masalah ini, mungkin bisa dianggap seperti tidak pernah terjadi saja.

“Apa kamu mau menemaniku berjalan sebentar?”

Nabila mengatakan itu dengan sangat hati hati, sebenarnya dia tidak memiliki hak untuk memohon kepada Alvero, tetapi perasaannya saat ini benar benar sangat kemalut, satu-satunya cara yang bisa dia gunakan untuk meluapkannya adalah dengan berjalan jalan sebentar. Alvero yang mendengar perkataannya itu langsung tersenyum, menganggukan kepala, kemudian melangkah kan kaki nya berjalan di depan, panggilan video yang biasa dia lakukan bersama Selin Setiap malam mungkin harus tertunda untuk satu hari.

“Kenapa masih belum jalan? Apa kamu ingin aku kembali dan menggandeng tanganmu?”

Alvero yang tidak mendengar langkah kaki di belakangnya langsung memalingkan kepalanya menatap Nabila, terlihat jika dia masih berdiri ditempatnya tidak bergeming, kemudian kembali ke tempat Nabila berdiri.

“Jika suatu saat nanti aku tidak bisa melihat, tidak apa jika aku hanya bisa menggandeng bajumu!”

Kepala Nabila yang sejak tadi tertunduk langsung kembali terangkat, senyumnya juga mulai terlihat lagi di wajahnya.

Langit malam di musim panas kali ini sangat terang, hembusan sejuknya angin yang menerpa tubuh mereka tidak membuat mereka merasa kepanasan walaupun di cuaca sepanas ini.

Jika dipikir pikir Nabila adalah sosok perempuan yang cantik dan memiliki tubuh yang bagus, seharusnya ada begitu banyak laki laki yang menginginkan dirinya.

Jika bukan karena kecelakaan beberapa tahun lalu, Alvero mungkin selama hidupnya tidak akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengan perempuan secantik dirinya.

Mereka berdua melangkah kan kaki ke depan dengan tenang, saat mendengar perempuan yang disampingnya bersenandung lirih, Alvero tiba tiba teringat akan ciuman yang terjadi di clubhouse sebelumnya, mungkin selama hidupnya dia tidak akan melupakan ciuman itu.

Alvero bertanya pelan, “apa kamu sering jalan jalan malam seperti? Seorang perempuan tidak aman jika berjalan sendirian saat malam malam!”

“Dulu saat aku memiliki sesuatu hal yang mengganjal di hatiku dan tidak bisa untuk melampiaskannya, aku hanya bisa berjalan sendirian di jalanan, entah kenapa jika aku melakukan itu rasanya semua bebanku seperti terangkat saja, membuatku lebih enteng.” Suara Nabila pada malam hari ini benar benar sangat lembut.

Dalam benak Nabila seketika muncul gambaran di mana ketiga orang menyulitkannya di dalam clubhouse, kemudian tiba tiba ada satu tangan yang menggenggam tangannya, seketika memberinya rasa aman untuknya.

Saat mereka sedang berjalan, tiba tiba Alvero menghentikan langkah kakinya, melihat deretan rumah di depan sana yang tidak jauh dari mereka berdiri.

Ada sosok dua orang yang begitu mencolok keluar dari dalam, dan sosok itu terlihat sangat akrab baginya, mereka adalah Quin dan Argus.

Alvero hanya melihatnya sekilas, tidak terlihat jika kedua matanya bergetar, dia sudah melangkah kan kakinya ke jalan yang lain, tetapi tiba tiba Nabila juga menghentikan langkah kakinya.

Dia menatap satu-satunya rumah yang terang di deretan rumah itu, bibirnya bergetar, dan air mata sudah berputar putar di kedua Kelopak matanya.

Novel Terkait

You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu