The Richest man - Bab 54 Anggota Keluarga He
"Kau..."
Benar-benar tak disangka Argus sungguh bertindak. Ketakutaan memenuhi wajah Quin. Ia tiba-tiba mengerti sesuatu….
"Apa yang kamu pikirkan?"
"Aku ini orang seperti apa? Harus menepati apa yang dikatakan?
Dengan satu dorongan tangan, Argus menatap Quin yang terpojok di tanah dan katanya dingin.
"Aku berbeda dengan anak gembel itu, dia bodoh dan aku tidak ."
"Dasar jalang, jangan pikir aku tak tahu apa yang kamu utamakan dalam hatimu."
"Jangan khawatir, setelah aku selesai, nanti aku akan mengirimmu ke pertunjukkan opera. Banyak laki-laki akan mengerumunimu ."
Wajahnya penuh kebencian, Argus berbicara dengan penuh gretakan, dan langsung membuat wajah Quin pucat.
Dan saat itulah ia mengerti.
Sejak awal, Argus tidak berniat melepaskan dirinya, jika tidak, ia tidak akan melakukan yang sangat menyakitkan padanya.
Ia sedang memanfaatkan dirinya.
Sebuah ide melintas di pikirannya. Orang yang selalu berpikir dirinya pintar, saat ini tak bisa berbuat apa-apa.
Argus tidak peduli apa yang dipikirkan Quin, sekarang ia memusatkan seluruh pikirannya pada Alvero.
Jangan bilang saat membuat Quin menderita tadi ia tidak melihat situasi di sini.
Sekarang, Alvero masih berani memberontak, Argus menjadi marah.
"Omong kosong."
Tatapannya jatuh pada anak buah yang dirobohkan Alvero ke tanah, Argus sangat marah.
"Alvero, habislah kau."
“Omong kosong."
Tanpa segan kembali membalas, kata Alvero sangat memprovokasi.
"Belum tentu siapa yang habis."
Menurut perkiraannya sendiri, saat Argus mencari masalah dengan Quin, paman Yadi harusnya hampir sampai.
Asalkan paman Yadi sampai, akhir hayat Argus akan tiba.
Alvero senang ketika ia memikirkan tentang baik atau buruk orang itu harus tinggal di tempat tanpa matahari.
Sayangnya, Argus tidak mengerti.
"Gembel, banyak cakap."
Berteriak marah, tangan Argus melayang, dan dengan seuara lantang.
"Bersama..."
"Menuju" Kata-kata belum usai diucapkan, sosok di kejauhan berlari dengan terburu-buru, suaranya gemetar.
"Bos, mobil polisi, 3 5 4 buah."
Orang yang datang itu gemetar dan kata-kata yang keluar sulit dimengerti.
"Kamu, bicara yang jelas."
Alis nya berkerut, menyadari sesuatu yang buruk, Argus menerjang orang yang datang itu dengan suara lantang.
Untuk sejenak ia sungguh bisa membuat orang menjadi tenang, dan katanya cemas.
"Bos, empat mobil polisi datang ke sini…..”
"Apa?"
Curiga melihat Alvero, Argus merenggut pakaian orang yang baru datang itu.
"Langsung ke sini?"
"Sepertinya..."
"Apanya yang sepertinya, jelaskan dengan iya."
Sebelum pria itu selesai berbicara, Alvero memotong pembicaraan
Menurut cara bicaranya, ia yang ikut dalam pertarungan ini, akan sangat kawatir karena mendengar perkataan ini.
Namun, ketika Argus melihat kebelakang, wajahnya tenang.
Tidak, saat ini tampaknya masih ada sedikit senyum.
Kepalanya tiba-tiba berdengung, Argus terpaku.
Seharusnya tidak mungkin, Alvero benar-benar…….
Semakin dipikirkan ia semakin merasa takut. Argus menarik Quin yang bersembunyi di sisi lain.
Selama ini Quin mengurangi rasa keberadaannya, tapi sekarang ia malah tertangkap, seketika ia berteriak.
“Jalang, kau membuat ku sangat kesulitan.”
Asal memaki, Argus menunjuk Alvero dan berkata dengan suara dingin.
"Bantu aku berpikir, Selain mendengar bahwa dia adalah tuan muda dari keluarga He, kabar penting lainnya apa yang kamu ketahui?"
"Kabar penting?"
Awalnya, ia berpikir Argus sedang mencari masalah, dan sekarang tampaknya…….
"Aku sudah bilang, bisakah kau bebaskan aku?"
Jika saja ia orang yang berguna, saat ini tidak akan lupa membicarakan situasinya.
Tapi bagaimana dengan ini? Orang ini bisa saja menarik perkataannya.
Menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa bisa berbuat apa-apa.
Dahulu Quin adalah sesuatu yang berharga, tapi sekarang tampaknya selain cantik, tidak ada yang bagus darinya, IQ-nya nol.
"Baiklah, apa masalah ini tidak seharusnya ditanyakan pada orang yang bersangkutan?"
Berkacak pinggang, Alvero menunjukkan senyum, santai.
Paman Yadi sudah datang, yang gugup seharusnya bukan dirinya.
"Bertanya padamu?"
Mengangkat alisnya, Argus berpikir sejenak, dan langsung meninggalkan Quin.
Tidak salah lagi
Lebih baik bertanya pada gembel ini daripada padanya.
"Oke, kalau begitu aku bertanya padamu."
Masih dalam sikap sombong, Alvero yang melihatnya ingin memukulinya.
Sebenarnya ia memiliki niat ini, bahkan membuka mulutnya.
"Kamu bisa bertanya padaku, tetapi kamu harus memperbolehkan aku memukulmu."
"Apa?"
Sungguh tak disangka Alvero memiliki permintaan seperti itu. Argus terpaku.
"Mengajukan satu pertanyaan memukul sekali..."
Alvero tampaknya belum melihat ekspresinya yang seperti akan memakan orang, dan masih berbicara dengan hanya memikirkan dirinya sendiri.
Akhirnya, ia bahkan mengancam.
"Jangan khawatir, belum tentu akan dihabisi olehku hingga terluka parah, dan polisi akan mengelilingimu."
Ini…….
Sejujurnya, saat ini Argus benar-benar tidak yakin.
Jika Alvero sungguh tuan muda dari keluarga He, itu akan menjadi kesempatan yang baik.
Tapi bagaimana jika tidak?
Lupakan, nanti akan ku urus lagi.
Setelah menganalisis pro dan kontra, Argus memang orang yang cerdas, dan ia langsung memenuhi persyaratan Alvero.
"Oke, tanyalah."
Satu tarikan nafas untuk pukulannya, Alvero bersiap untuk menyerang.
"Kau..."
"Pikirkan baik-baik dulu baru ajukan pertanyaan, jangan bilang aku yang melawan."
Membuka mulut mengingatkan Argus, menyuruhnya untuk tidak berbicara sembarangan.
Atau, pukulannya akan berlangsung dengan baik.
Apapun itu Argus adalah manusia? Bagaimana bisa ia tidak mengerti pikiran Alvero.
"Bagaimana kamu bisa membuktikan bahwa kamu adalah tuan muda dari keluarga He?"
Pada saat ini, Argus paling mengkhawatir tentang masalah ini.
Jika ia menyerang keluarga He, tidak ada gunanya untuk melarikan diri.
Sebaliknya, jika ia tidak menyerang keluarga He, tidak masalah jika tidak melarikan diri.
Setelah memikirkan hal ini dengan jelas, Argus sangat tenang.
Pada saat ini, kesempatan hidupnya ada di depan orang ini, jika ia salah, ia masih memiliki kehidupan.
Jika ia benar, itu adalah akhir hidupnya.
"Hardi, Kenal?"
Tanpa member Argus kepercayaan akan keberuntungan, Alvero membuka mulutnya dan mengatakan ini.
Hanya seorang dokter, uang yang ada bisa digunakan, apa yang bisa dibuktikan dari ini.
Melihat Argus menggelengkan kepalanya, Alvero mengerti bahwa jawabannya mudah.
"Salomo, Bupati He."
Sekarang, Wajah Argus berubah.
"Apa kamu benar-benar anggota keluarga He?"
Sebuah tinju menghantam, Wajah Alvero puas.
"Kau..."
Tak disangka Alvero sungguh akan bertindak, Argus terbakar amarah.
Benar-benar mengabaikan apa yang Alvero tadi katakan, ia siap untuk melawan.
"Satu pukulan untuk setiap pertanyaan."
Tanpa menunggu Argus bertindak, Alvero menghentikannya.
Detik berikutnya, saat Argus belum bereaksi, dengan suara “Hm” dari Alvero, satu pukulan sapaan menyerang.
Setelah diserang tiga sampai empat kali, kemarahannya membutakan Argus.
"Jangan bergerak, aku anggota keluarga He."
Sangat berguna jika punya identitas, kira-kira malam ini identitasnya diberitahukan pada dunia, maka digunakan terlebih dahulu.
Sejalan dengan pemikiran ini, Alvero juga tidak segan-segan, satu pukulan demi satu pukulan, ia memukuli Argus habis-habisan.
Novel Terkait
Hidden Son-in-Law
Andy LeeLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyBaby, You are so cute
Callie WangCEO Daddy
TantoThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat