The Richest man - Bab 7 Topi Berwarna Hijau

setelah berpikir beberapa saat, Marko pun mengeluarkan sebuah topi dari dalam lemari dan langsung memakai topi itu pada kepalanya tanpa sepengetahuan Alvero.

topi hijau!

meskipun dia sudah melakukan hingga tahap ini, namun dia masih tidak mengerti apa yang beberapa orang itu bicarakan. Alvero hanya khawatir kalau dirinya harus kembali lagi ke rumah sakit.

"aku sudah memutuskan hubunganku dengan Quin!"

nada suaranya begitu datar dan tidak terdapat perasaan sedih dari dalam perkataan tersebut. terlihat seperti hal ini tidak ada hubungan apapun dengannya.

sikapnya membuat tiga orang lainnya kebingungan. setelah beberapa saat kemudian, Norbert pun tersadar dan langsung menepuk pundaknya.

"adikku, kalau kamu merasa tidak nyaman, kamu boleh menceritakannya kepada beberapa abangmu ini. kamu tidak perlu menahannya karena itu akan mendatangkan penyakit bagimu. lebih baik kalau kami yang menjagamu!"

"benar, semua orang bisa melihat kebaikan yang kamu beri kepadanya. meskipun dia menganggap kamu seperti seekor anjing, kamu juga tidak pantas untuk dibuang. kamu seketika bersikap hening seperti ini, janganlah menakuti kami!"

ketiga orang tersebut merasa takut akan sikapnya. Norbert lalu menawarkan sebatang rokok padanya.

Norbert tidak mengatakan semua hal, Argus hanya mengandalkan kekayaan keluarganya dan selalu menggoda para wanita di perusahaannya. ini merupakan wanita ke 12 yang telah ia goda di dalam perusahaan.

namun sebenarnya Alvero juga merupakan orang yang sangatlah royal. mungkin ini sedikit disayangkan sebelum dirinya bertemu dengan Nabila. meskipun Quin terlihat sedikit cuek, namun dia memiliki sifat yang baik.

namun setelah dia bertemu dengan Nabila, ia harus berusaha semaksimal mungkin untuk menjadikan dirinya sebagai pacarnya.

oleh karena itu, Alvero mengerti kalau pria yang kesulitan untuk melepas sebuah hubungan bukanlah karena ia tidak mampu untuk mendapatkan yang lebih baik lagi.

apalagi jika dibandingkan dengan Argus, dirinya memiliki lebih banyak harta.

dia juga bisa memamerkan semua ini kepada orang lain dan ini bahkan lebih mengejutkan lagi.

hanya saja, dia tidak berminat untuk membandingkan dirinya dengan bocah tersebut.

"biarlah masalah ini berlalu saja. beberapa hari ini aku akan meminta izin untuk liburan dan aku akan memberi kalian hadiah nantinya. selama aku tidak di sini beberapa hari, biarlah dia yang menemani kalian!"

setelah mengatakan itu, dia lalu meletakkan sebuah tas warna hitam di atas meja.

Brian menghempaskan tangannya yang terkena air ketika menyiram tanaman tadi, dia lalu berjalan ke arah meja dan tersenyum menatap Alvero.

"jagung di rumah kita sudah matang, apakah cukup untuk jatah 4 orang? jangan katakan lagi kalau kamu hanya melihat kami yang sedang memakan jagung tersebut!"

Norbert pun menepuk kepalanya: "tidak usah perdulikan cukup atau tidak, kali ini kamulah yang harus melihat kami yang makan. memakan jagung belum cukup untuk menyumbat mulutmu. kenapa kamu begitu berisik! sama seperti waktu itu, satu orang akan mengurusi makan malammu per minggunya."

Marko lalu menyimpan topinya berwarna hijau tersebut seperti kesayangannya dan berjalan keluar dengan perasaan yang senang.

ketiga orang tersebut duduk di sebelah meja, Norbert lalu merebut tas itu dengan cepat dan ia mendengar suara teriakan Brian: "janganlah mengambil semua yang berukuran besar, sisakanlah sedikit untuk kami."

melihat ketiga orang itu, Alvero merasa sedikit damai pada hatinya. siang tadi, dia merasa sedikit tidak nyaman karena masalahnya dengan Quin.

nasib setiap keluarga tidaklah sama, sebenarnya mereka bertiga tidak begitu memiliki uang. kalau tidak, mereka juga tidak akan tinggal di perusahaan ini bersamanya.

apalagi ketika dia membicarakan masalah tentang pacarnya, dia mengeluh dengan sesedih mungkin. meskipun beberapa saudaranya terlihat tidak begitu senang, namun mereka juga tidak pernah membiarkannya kelaparan.

sejak hal itu terjadi, Alvero pun bersumpah, jikalau suatu hari nanti dia berhasil, jangankan wanita biasa, biarpun artis yang ada di dalam televisi, dia pastilah akan mendapatkannya untuk mereka.

"brengsek!"

Norbert pun berteriak dan melemparkan semua barang itu keluar. kebetulan barang itu bisa ditangkap oleh Alvero.

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu