The Richest man - Bab 29 Hubungan
Alvero kembali menyadari jika Nabila tidak mengikuti langkahnya lagi, dia kemudian memalingkan kepalanya dan berjalan mendekat kepada Nabila, menutupi pandangan matanya, dan pada saat itu juga dia menyadari jika ada binar binar air mata di kedua mata Nabila.
“Kamu masih memikirkan masalah yang tadi?” Alvero tidak begitu bisa menenangkan perempuan yang sedang menangis, yang bisa dilakukan saat ini adalah mencari tahu alasan kenapa dia sampai menangis.
Nabila hanya menggelengkan kepalanya tanpa melihat Alvero, tatapannya masih tertuju pada dimana sosok Quin dan Argus tidak terlihat lagi, bahkan di bibir bagian bawahnya sudah terlihat bekas deretan giginya karena menahan geram.
Alvero memiliki pemikirannya sendiri dalam benaknya, menatap deretan rumah di depannya, ternyata tempat ini sudah akan digusur, tapi masih saja terlihat ada satu rumah yang bersinar, kelihatannya masih tersimpan cerita lain di balik rumah itu.
Hanya saja apa hubungannya hal itu dengan Nabila?
“Tuan, aku ingin menenangkan diriku sendirian, kesehatanmu baru saja membaik, harus cepat kembali dan beristirahat, maaf karena sudah membawamu sampai ke tempat ini dan sampai semalam ini.” Wajah Nabila sudah merah, dia begitu tidak enak hati sampai tidak berani menatap kedua mata Alvero.
“Tidak apa, di depan pasti ada taksi yang bisa aku naiki nanti, aku bisa kembali sendiri, lebih baik kamu segera kembali ke rumah, tidak baik anak perempuan berjalan jalan sendirian di saat malam.”
Setelah mengatakan itu Alvero langsung melambaikan tangannya, menghentikan Nabila yang masih ingin mengikutinya, Alvero hanya berlari semakin menjauh darinya.
Bagaimana mungkin Alvero bersungguh sungguh meninggalkan seorang gadis sendirian ditengah jalan, ditambah lagi keadaan emosi Nabila sedang tidak stabil, hanya saja dia merasa takut jika keberadaannya akan membuat Nabila tertekan, jadi dia bersembunyi di belakang pohon yang berada tidak jauh dari Nabila berdiri.
Saat melihat langkah kaki Nabila berjalan menuju ke deretan rumah itu, Alvero mengikuti di belakangnya tanpa menimbulkan suara apapun.
Tempat ini seharusnya adalah tempat paling tua di kota, berdasarkan perkembangan di era jaman seperti ini, pembongkaran dan pembangunan ulang memang tidak mudah untuk dihindari.
Karena akan dilakukan pembongkaran, jadi semua listrik di tempat ini dipadamkan, bahkan di jalanan tidak ada satu lampu pun yang menyala, Alvero dengan sangat hati hati mengikuti di belakang Nabila, takut takut akan menimbulkan satu suara yang bisa membuat Nabila menyadari keberadaannya.
Dalam pengawasan Alvero dia melihat jika Nabila masuk ke dalam salah satu rumah yang masih menyala, kemudian pada saat itu juga terdengar suara yang sangat nyaring, sampai sampai dibarengi oleh suara pecahan gelas.
“Hebat sekali kamu baru kembali pada saat seperti ini, kamu bersembunyi menunggu mereka pergi kan baru berani kembali ke rumah? Apa kamu datang kemari untuk membersihkan mayat kita!”
Pintu rumah tidak tertutup, Alvero yang berdiri di kegelapan kebetulan bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi di dalam, dia melihat ada seorang perempuan tengah baya yang duduk di atas kursi, sosoknya terlihat sangat mirip dengan Nabila.
Apa jangan jangan perempuan itu adalah ibunya Nabila?
Tapi berdasarkan apa yang diketahui oleh Alvero, Nabila baru saja kembali dari pendidikanya di luar negeri, saat berada di dalam negeri dia juga masuk ke sekolah para bangsawan, jika tidak bagaimana mungkin dia bisa mengenal Haro ?
Sebuah keluarga yang bisa menanggung biaya sekolah semahal itu pastinya bukan keluarga biasa!
Perabotan di dalam ruangan itu terlihat sudah usang, dan perabotan di dalamnya juga sudah tidak lengkap, terlihat ada selembar kertas di meja, dan juga ada sebatang lilin yang sudah terbakar hingga setengah, yang menjadi alasan kenapa seluruh ruangan menyala terang.
“Aku juga baru datang, jika mereka datang kenapa tidak melapor polisi saja?” Suara Nabila terdengar gemetaran.
“Lapor polisi, jika lapor polisi pasti mereka sudah mengusir kita pergi dari sini, semua ini karena kamu, aku dan ayahmu bisa sampai berada di situasi semacam ini semua gara gara kamu!” Setelah mengatakan itu tari, ibu kandung Nabila mengangkat tangannya dan mengayunkannya ke wajah Nabila.
Nabila juga tidak terlihat menghindar, membiarkan perempuan itu memukul nya, Alvero yang bersembunyi di kegelapan hampir saja tidak tahan dan akan berhambur keluar, tapi bagaimanapun juga itu adalah masalah pribadi Nabila, dan Nabila juga tidak memiliki keinginan untuk membiarkannya mengetahui akan hal ini, terlihat jika perempuan itu memukulinya beberapa kali baru berhenti, Alvero juga hanya bisa berdiri di tempatnya dan melihat pemandangan itu begitu saja tanpa bisa berbuat apapun.
“Kenapa masih diam? Pergi dapatkan uangnya, apa kamu ingin melihat aku dan ayahmu lebih menderita dari ini!”
Tari menatap Nabila yang masih saja mematung ditempatnya berdiri, berteriak dengan sangat keras.
Kerutan dikening Nabila pun terlihat bergetar, sepertinya dia baru menyadari sesuatu setelah beberapa saat, mengangkat kepalanya dan menatap Tari yang berdiri di depannya.
“Dua hari yang lalu aku baru saja memberikan uang 10 juta yang aku miliki kepadamu, kenapa secepat ini sudah habis?” Nabila mencoba sekaras mungkin agar membuat suaranya bisa tenang, jika perempuan yang berdiri di depannya itu bukan ibunya, maka dia tidak akan berbuat sesegan ini.
“Kamu masih berani membahas hal ini, kamu tahu jelas berapa banyak uang yang dipinjam oleh ayahmu, semuanya sudah diberikan untuk melunasi hutangnya, jika tidak maka mereka sudah mematahkan kedua kaki ayahmu, kamu lihat dirimu sendiri, apa baiknya kehidupan dengan menghabiskan waktu untuk menjaga seseorang? Kenapa kamu tidak bersedia menikah dengan Haro dan membuat kita menikmati kehidupan yang baik, mengirimkanmu belajar keluar negeri tanpa biaya sepeserpun!”
Tari semakin kesal saat dia semakin berkata kata, dia kembali mengulurkan tangannya dan mendorong Nabila hingga Nabila mundur kebelakang karena tidak mencoba melawan serangan nya.
“Apa ibu pikir jika aku bisa menikah dengan Haro maka aku akan mendapatkan kehidupan yang bahagia? Apa ibu tidak tahu jika dia orang yang seperti apa? Apa ibu ingin aku kehilangan kebahagiaan seumur hidupku!” Nabila langsung terpancing saat tari menyebut Keluarga Sun, nada bicaranya juga terdengar lebih keras dibandingkan sebelumnya, kali ini Alvero baru menyadari alasan kenapa bisa terjadi hal seperti yang terjadi di clubhouse sebenarnya.
“Tidak usah membicarakan bagaimana kamu ketika sudah menikah terlebih dahulu, lihat saja sekarang ini, jika kamu selalu menunjukkan penolakan seperti ini entah bagaimana lagi mereka akan memperlakukan kita, biaya ganti rugi atas penggusuran rumah yang kita terima juga tidak sebanyak yang orang lain terima, bahkan sampai sekarang kita masih saja meringkuk di tempat yang penuh penderitaan ini, apa kamu tidak bisa berkorban untuk orang tuamu ini?”
Nabila menatap Tari dengan tatapan penuh tidak kepercayaan, apakah dia benar benar ibu kandung yang telah melahirkan nya dulu? Ternyata dia setega itu mengorbankan kebahagiaan seluruh hidupnya untuk kehidupan yang dia miliki, apakah mereka melahirkan nya hanya untuk menunggu hari hari seperti ini datang?
Tari melihat Nabila berani menatapnya seperti itu menjadi semakin geram.
“Kamu masih berani menatapku dengan tatapan seperti itu, jika bukan karena aku dan ayahmu apa kamu akan bisa sampai seperti ini hari ini? Berapa yang kamu dapatkan dengan pekerjaanmu yang merawat pasienmu itu? Jika kamu bisa mendapatkan uang untuk membeli rumah, maka kita tidak akan direndahkan oleh mereka yang melihat kita, dan kita tidak akan diancam oleh mereka, bagaimana mungkin kita sampai memiliki anak yang tidak tahu diri sepertimu ini!”
Tari langsung terduduk di atas lantai menangis tersedu sedu, yang tidak tahu mungkin akan beranggapan jika Nabila sudah memperlakukannya dengan sangat kejam!
Alvero yang melihat pemandangan seperti ini hanya bisa mendesah pelan, jika wajah Nabila tidak terlihat mirip dengan perempuan itu, dan memastikan jika mereka adalah ibu dan anak kandung, mungkin Alvero akan curiga jika perempuan itu hanyalah Ibu tirinya, bahkan orang tua angkatnya saja tidak pernah memperlakukannya dengan sikap seburuk ini.
Alvero benar benar memandang rendah sepasang orang tua yang menukar kebahagiaan putrinya demi kehidupan mereka sendiri.
Tapi sekarang dia seketika mengerti benang merah dari keseluruhan cerita ini.
Penggusuran perumahan ini sepertinya menjadi tanggung jawab dari Keluarga Sun, Alvero juga tau sedikit terhadap Keluarga Sun, mereka adalah pengembang Real Estat terkemuka di kota, dan hampir bertanggung jawab atas sebagian besar Real Estat di kota ini.
Seseorang bernama Haro itu mungkin memanfaatkan kekuasaan yang dimiliki oleh ayahnya untuk menekan Nabila, dan memaksanya agar bisa menikah dengannya.
Dia bahkan sampai melakukan hal serendah ini agar bisa mendapatkan Nabila.
Nabila yang melihat ibunya sendiri menangis seperti itu membuat dirinya melunak.
“Apa maksud ibu hanya ingin agar aku berhubungan dengan Haro dan membuat kalian memiliki hari hari yang baik, bukankah dengan seperti itu aku masih menjadi putri kalian, iya kan?”
Mendengar Nabila yang berkata seperti itu, isak tangisan Tari seketika langsung berhenti.
Pada saat ini tidak tahu apa yang sudah Alvero injak sampai menimbulkan sedikit suara di keadaan setenang ini.
Novel Terkait
My Enchanting Guy
Bryan WuMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeMy Charming Wife
Diana AndrikaGet Back To You
LexyLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaYour Ignorance
YayaEternal Love
Regina WangThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat