The Richest man - Bab 12 Andalan
di dalam kantor polisi, Alvero memegang kepalanya sendiri dan merasakan beberapa luka di sana. dia terlihat sedikit kesakitan karena kepalanya terluka sebanyak dua kali hanya dalam kurun waktu satu hari. dia juga tidak tahu apakah dia akan mengalami geger otak atau tidak.
"Pak, beberapa temanku itu tidak bermasalah kan?"
tanya Alvero ketika melihat polisi yang datang untuk mengintrogasi dia. ketika para polisi itu tiba di tempat kejadian, beberapa dari mereka yang terluka sudah diantar ke rumah sakit. setelah memastikan luka pada Alvero tidak begitu parah, Alvero pun dibawa kembali ke kantor polisi.
"seberapa hebat kamu? kenapa kamu bertindak sesukamu? silahkan katakan kebenaran yang ada tentang siapa yang duluan memulai semua ini. siapa yang sebenarnya memukul perutnya hingga hancur? kenapa kalian bertidak begitu keras di usia muda seperti ini?"
setelah mendengar perkataannya, Alvero tahu kalau tuan ke empatlah yang mengalami luka paling parah. kalau tidak, pertanyaan itu tidak akan ditujukan kepadanya.
setelah mendapat pertanyaan siapa yang duluan memukul, Alvero langsung menanggung semua hal itu dengan tanpa ragu. namun ketika dia baru saja mengatakan itu, jawaban Pak polisi membuatnya terbengong.
selain Brian yang ada di rumah sakit, kedua orang lainnya juga berkata demikian. ketika polisi mendapatkan jawaban yang sama darinya, polisi tersebut pun membuang pulpen yang ada pada tangannya.
"kalau kalian tidak bersikap jujur, aku akan melaporkan kasus ini dan kalian tetap harus menjalani hukum yang bersangkutan."
Alvero lalu menatapnya dengan datar dan berpikir bagaimanapun dirinya harus bertemu dengan mereka berdua terlebih dahulu. lagipula dia sekarang memiliki seorang ayah yang kaya dan ayahnya tidak mungkin tidak memperdulikannya. hal ini akan lebih mudah diurus nantinya.
hanay saja dia tidak tahu kedua orang tua yang baru saja mengenal anaknya dalam jangka satu hari itu akan berpikir seperti apa jika melihat kondisi anaknya yang seperti ini.
"Pak polisi , apakah kalian menangkap seorang pria bernama Alvero?"
ketika Alvero sedang menghayal, ponsel milik Pak polisi pun berbunyi dan Pak polisi langsung menjelaskan kondisi yanga da. setelah hening beberapa saat, terdengar sebuah suara yang sangat datar.
"bawalah dia ke sini!" setelah itu, panggilan tersebut pun ditutup.
Pak polisi sedikit terbengong dan dia merasa kalau suara atasannya sedikit tidak beres. terdengar seperti marah. dia lalu menatap Alvero dan tidak berani untuk bertanya lebih lagi. dia pun segera membawa Alvero pergi ke kantor atasannya.
setelah mengantarkan Alvero, atasannya pun melambaikan tangan agar Pak polisi keluar. Alvero lalu menatap dua orang yang ada di dalam ruangan dengan wajah yang kebingungan.
orang yang tadinya melambaikan tangan tentunya adalah direktur pada kantor polisi tersebut. penampilannya begitu menyeramkan dan dia memakai seragam kepolisian serba putih dan duduk dengan tenang di sana. sangat jelas kalau dia sudah bekerja dalam jangka waktu yang lama di posisi tersebut.
namun wajahnya terlihat tidaklah begitu asing.
"ketua He, aku sudah membawa orangnya ke sini. bagaimana menurutmu?"
setelah mendengar kata ketua itu, Alvero sedikit terbengong. sejak kapan dia menjadi begitu dihormati hingga bisa dipanggil oleh seorang ketua untuk datang ke ruangan ini.
"keluarlah!"
nada suaranya terdengar begitu rendah dan tegas. direktur pada kantor polisi tersebut pun menghela nafas ketika mendengar ini. dia lalu segera keluar dari ruangan tersebut dan sekarang ruangan ini hanya tersisa mereka berdua saja. Alvero pun mengedipkan matanya beberapa kali.
dia hanya saja menghajar sekelompok preman, kenapa sekarang terlihat seperti melanggar hukum yang berat?
"keponakanku, apa yang sebenarnya kamu pikirkan? apakah kamu belum merasa cukup?"
mendengar itu, Alvero sedikit gemetaran. dia terpikir kembali akan direktur kepolisian yang memanggil orang tersebut dengan sebutan ketua He. wajah orang tersebut juga terlihat sedikit mirip dengan Thanos yang ia lihat tadi pagi.
tidak heran juga kalau ayahnya yang kaya itu bisa mengenal orang yang memiliki kekuasaan besar seperti ini.
"sebentar, aku tidak tahu bagaimana memanggil kamu." kata Alvero dengan tegas.
"aku adalah adik ayahmu."
setelah perkataan itu terucap, Alvero langsung memanggilnya dengan penuh hormat "paman ketiga".
oleh karena itu, wajah Salomo He yang terlihat seram itu menjadi tersenyum ketika mendengar panggilan "paman ketiga". dia lalu menunjuk ke arah kursi yang ada di sampingnya agar Alvero duduk di sana.
"akhirnya semua keluarga bisa telah kembali bersatu. beberapa tahun ini, setiap aku pulang ke rumah, aku selalu mendengar ayahmu berkata kalau dia masih belum mendapatkan informasi tentangmu."
setelah mendengar perkataan Salomo He, Alvero pun terdiam selama beberapa saat. sejak awal, dia tidak bisa menerima munculnya orangtua kandungnya secara tiba-tiba. namun sekarang dia tahu kalau kedua orangtuanya telah merindukannya selama dua puluh tahun. Alvero pun mulai mengakui keberadaan orangtuanya secara tulus.
melihat Alvero yang tidak berbciara, Salomo juga tidak lagi memaksanya dan hanya membahas hal yang baru saja terjadi.
"hm, beberapa preman itu tidak melakukan hal baik setiap harinya. mereka bahkan berani memukul keponakanku sendiri. jikalau aku tidak menghajar mereka, mungkin aku akan merasa bersalah kepada masyarakat setempat."
setelah perkataan terucap, dia langsung menyuruh direktur kepolisian itu untuk kembali masuk.
"kasus kali ini telah aku telusuri dan aku tidak akan melepaskan setiap orang yang terlibat. jikalau ada yang berani melakukan hal yang tidak sesuai hukum, maka aku akan menyidlipinkan mereka."
perkataan Salomo terdengar tidak seramah perkataannya kepada Alvero tadi. setiap perkataannya terdengar begitu penuh ancaman.
direktur kepolisian itu terlihat begitu panik dan dia bahkan tidak berani menyapu keringat pada keningnya. dia lalu menganggukkan kepala dan dia khawatir kalau melakukan kesalahan kepada orang penting seperti ini.
setelah mendengar perkataan Salomo, direktur kepolisian itu kembali berjaga di depan pintu.
Alvero kali ini bisa merasakan seorang yang berkuasa bisa menekan orang lain. meskipun pangkatnya bukanlah pangkatan tertinggi.
setelah duduk beberapa saat, Salomo pun hendak pergi setelah menerima sebuah panggilan. namun sebelum pergi, dia memberi nomor teleponnya kepada Alvero dan menyuruhnya untuk pergi mencarinya jika memiliki waktu luang. dia juga menyuruh supir pribadinya untuk mengantar Alvero ke rumah sakit.
setelah keluar dari pintu kantor polisi, dia melihat Norbert dan beberpa orang lainnya saling bertopangan dan pakaian mereka juga terlihat begitu hancur. kondisi mereka sekarang tidak terlihat seperti baru saja keluar dari KTV.
"dengar-dengar kamu dibawa oleh mereka secara pribadi, apakah mereka melakukan sesuatu padamu?"
sambil mengatakan ini, Norbert pun menarik tangan Alvero. dia pun merasa tenang ketika melihat Alvero dalam kondisi yang aman.
"baguslah kalau tidak terjadi sesuatu padamu, kali ini kamu harus berterimakasih kepada Stephanie. kalau bukan karena dia yang menelepon pamanmu, mungkin kita harus dikurung selama beberapa hari di sini."
Alvero lalu mengerutkan keningnya sambil menatap ke arah Stephanie, dia lalu menganggukan kepala. namun Nikita yang berdiri di belakangnya malah berkata dengan nada yang buruk.
"aku bahkan mengira betapa hebatnya kamu, ternyata kamu hanya bisa bergantung pada seorang wanita saja."
"sudahlah , janganlah berbicara lagi. apakah kamu sangat betah untuk tinggal di kantor polisi ini? Alvero, masalah ini akan selesai jika kamu meminta maaf kepada Viola."
Alvero lalu menatapnya dengan datar tanpa berkata apapun.
Stephanie lalu menghela nafas dan melempar setumpuk uang ke arahnya.
"untungnya kamu adalah seorang pria."
ketika Norbert hendak marah, dia malah di halangi oleh Alvero. dia sedikit tersenyum sambil mengambil uang itu dari atas lantai. dia tidak menatap Stephanie dan langsung memberi uang tersebut kepada Norbert.
"jika ada yang ingin memberi, aku juga tidak akan bersikap segan lagi. aku akan pergi dahulu karena ada hal lain yang ingin aku selesaikan. hubungi saja aku jika ada hal penting."
Novel Terkait
See You Next Time
Cherry BlossomMy Lifetime
DevinaMr Huo’s Sweetpie
EllyaPernikahan Kontrak
JennyIstri kontrakku
RasudinYou're My Savior
Shella NaviLoving The Pain
AmardaThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat