The Richest man - Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
“heihei.”
Hanya melihat Mori tersenyum, bicara dengan mesum.
“penampilannya begitu.....”
“sialan.”
Alvero sih tidak peduli akan akibat yang akan ditimbulkan kalau dia turun tangan, lagipula paling parah ya mati bersama.
Tapi, sekarang dirinya jatuh ke tangan orang lain, mati tidak mati, juga tidak apa.
Hatinya berpikir seperti itu, jadi saat Alvero melakukan sesuatu juga tidak khawatir begitu banyak.
Yang disebut orang yang nyeker tidak takut dengan orang yang pakai sepatu, siapa yang mengepung siapa masih belum pasti.
Mori tampaknya juga tidak menyangka Alvero ternyata akan melakukan kesalahan, di situasi yang pasrah ternyata malah terdorong mundur beberapa langkah oleh Alvero.
Detik berikutnya, Beni berlari kesini.
Tidak di sangka, orang ini rupanya juga seorang yang berperan sebagai serigala.
Kalau bukan karena reflek Alvero cepat, mungkin selangkangannya sudah ditendang olehnya.
Wajah yang ketakutan setelahnya, wajah Alvero memerah.
Tadi demi menghindar dari serangan orang ini, tangannya bergesekan di tembok dengan keras, sekarang lengannya memerah.
Ini kalau tergesek keatas lagi, mungkin akan berdarah.
“sial, Beni kamu ngapain?”
Saat Alvero mengira dirinya hari ini sudah tidak ada jalan untuk mundur, terjadi hal yang tidak terduga.
Mori yang seharusnya sekomplotan dengan Beni, sekarang malah melayangkan tinju ke temannya sendiri.
Gila, padahal terlihat kecil, tidak disangka kekuatannya ternyata begitu besar.
Walau tinju yang dia layangkan kelihatannya tidak menggunakan begitu banyak tenaga, tapi malah sampai membuat dua gigi Beni copot.
“Mori, sialan, kamu ngapain sih?”
Tadinya ingin balas dendam demi temannya sendiri, tidak di sangka di tengah jalan malah dapat pembalasan seperti ini.
Kalau bukan karena tahu jelas kemampuan Mori, wajah Beni sudah terhantam oleh tinjunya sejak awal.
“aku balas dendam untukmu, kamu.....”
Beni masih ingin mengatakan sesuatu, tapi malah dipotong oleh Mori.
“aku tidak perlu kamu membantuku balas dendam.”
Setelah bicara kalimat ini dengan dingin, tatapan Mori tertuju pada Alvero sebentar, baru bicara dengan dingin.
“ada perempuan untuk dinikmati masih tidak puas? Urus orangmu dengan baik.”
Bisa dilihat, diantara tiga orang ini Mori adalah yang lebih punya hak untuk bicara, kalau tidak, setelah Beni mendengar ucapannya juga tidak akan langsung memalingkan wajah dan pergi.
“kamu ngapain?”
Tidak bisa tidak bilang, sekarang Alvero juga bisa melihatnya, Mori di depannya tertarik padanya.
Tidak perlu pedulikan tertarik yang mana, lagipula tadi dirinya menghajarnya, dia tidak hanya tidak membalas, bahkan meloncat keluar untuk membantu dirinya.
Hanya dengan hal kecil ini, Alvero sudah merasa, ini mungkin saja sebuah titik putar balik.
“hei kawan, walaupun aku.....”
Setelah melihat Alvero dengan tatapan sedih, Mori tidak mengucapkan kata kedua dan mengedipkan mata padanya.
Hanya dengan gerakan ini, dilihat bagaimanapun akan merasa Mori berbeda dengan kumpulan orang itu.
Dan lagi, mungkin saja masih ada identitas lainnya, atau mata-mata dan sebagainya.
Hatinya berpikir seperti itu, Alvero menutup mulut dan mengikuti Mori dari belakang dengan nurut, berjalan santai.
Setelah mereka berdua sampai di belokan, Mori baru menunjukkan wajah aslinya.
“hei hei hei, tuan muda Alvero.”
Aduh, melihat cubitan jarinya yang gemulai, kulit kepala Alvero gatal.
Tapi, orang ini mengenalinya, mungkinkah benar-benar.....
Seiring pikirannya berlalu di dalam otaknya, sangat cepat, Alvero mendengar perkenalan diri dari Mori.
“tuan muda, aku adalah orang yang diutus PamanYadi, sudah dua tiga bulan disini.”
Selesai bicara, berhenti sejenak, lalu mendengar Mori bicara lagi.
“oh, iya, disini adalah kandang orang bermarga Sun.”
“apa?”
Begitu mendengar ucapan Mori, Alvero agak terkejut.
Perasaan saat dirinya masih belum menjadi orang Keluarga He sudah berkonflik dengan Haro.
“Haro kah?”
Menegaskan sekali lagi, tidak disangka, Mori tetap menganggukan kepalanya.
Ya ampun, jadi saat dirinya masih belum menjadi anggota Keluarga He, Paman Yadi sudah mulai menyelidiki.
Pantas saat dulu dirinya bilang ingin membunuhnya, Paman Yadi bilang sangat cepat akan ada hasilnya.....
Alvero sedang bengong, Mori disampingnya malah terus mengoceh.
“eh, tuan muda, apa kita bisa tidak begitu buru-buru?”
“melakukan sesuatu harus dilakukan pelan-pelan, bagaimana?”
Heh, Alvero menunjukkan, dirinya sama sekali tidak jelas dengan maksud ucapan Mori ini.
Lalu, Alvero bertanya sedikit lagi, baru memahami mengapa Mori bisa punya wajah yang begitu sedih.
Orang ini sangat kasihan, juga hanya dibahas sedikit olehnya, Mori sudah mendapat tekanan yang begitu besar.
Kenapa dibilang demikian, sebenarnya begini masalahnya.
Mori sebagai seorang mata-mata, memang punya waktu enam bulan untuk pergi mengumpulkan bukti kriminal.
Tidak disangka, hanya karena singgungan Alvero itu, waktu enam bulan ini terpaksa berubah menjadi tiga bulan.
Alvero tidak bisa berkata apa-apa mengenai ini.
Hanya saja, masih ada sedikit poin yang membuat penasaran.
“oh ya, Mori, sebelumnya saat aku bukan tuan muda kecil He bukannya kamu juga pernah memantauku? Kenapa tidak menyerang?”
“untuk apa menyerang?”
Seiring ucapan Alvero itu, kali ini jadi Mori yang penasaran.
Lagian dirinya bukan orang jahat, juga buka sekongkolan dengan mereka.
Kalau bukan demi menyembunyikan identitasnya, dia mana mungkin melihat orang-orang tidak berdosa itu mati begitu saja di hadapannya.
Hatinya berpikir sampai sini, di dalam otak muncul sebuah gambaran pemandangan orang-orang tidak berdosa yang dibunuh, tiba-tiba auranya berubah.
Itu juga sebuah hal yang terpaksa, rasa gagal karena ingin membantu tapi tidak bisa.
Di saat ini jugalah, Alvero baru mengetahui seberapa memalukannya omongannya itu.
“Mori.”
Alvero menepuk- nepuk pundak Mori, baru ingin mengatakan sesuatu.
Tidak di sangka di saat ini Mori tiba-tiba memutar kepala, melihat dirinya dengan ganas.
Bisa dibayangkan, Mori hidup di lingkungan yang tertekan seperti ini dalam waktu panjang, sekarang disinggung olehnya, emosinya meledak.
“Mori Mori, kamu tenanglah.”
Di saat genting seperti ini, hanya Mori satu-satunya orang yang dia kenal disini.
Kalau Mori menggila sekarang, kalau begitu dirinya.....
Semakin dipikirkan semakin merasa takut, Alvero terus merasa di belakangnya ada hawa dingin.
Begitu memutar badan, tiba-tiba berhadapan dengan sebuah wajah yang diperbesar.
“ah.”
Alvero bukan orang yang punya kemampuan khusus, sebelum menjadi tuan muda Keluarga he, identitasnya bisa dibilang sangat sederhana.
Juga karena sederhana, jadi tidak diingat begitu banyak orang, seperti sekarang.
“hei hei hei.”
Orang pendatang itu tertawa aneh, langsung mengulurkan tangan untuk memegang leher Alvero.
“tuh kan, belakangan benda di dalam ruang gelap kenapa begitu aneh, ternyata ada orang yang menyentuhnya toh.”
“tuan muda Keluarga He ya?”
Orang ini terlalu dekat, mulutnya juga bau sekali, Alvero hampir dibuat pingsan olehnya.
“hei, kamu bisa tidak menjauh sedikit dariku?”
Dia memutar-mutar kepalanya, tidak disangka orang pendatang ini kekuatannya begitu besar, dirinya bahkan tidak bisa bergerak.
Tidak ada pilihan lain, jadi Alvero membuka mulut untuk mengomel.
Orang itu melihat Alvero marah, senyum di wajahnya semakin lebar.
“tidak disangka seorang tuan muda Keluarga He yang mulia ternyata begitu seru.”
Novel Terkait
Pria Misteriusku
LylyAsisten Bos Cantik
Boris DreyCinta Yang Terlarang
MinniePernikahan Kontrak
JennyStep by Step
LeksHidden Son-in-Law
Andy LeeThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat