The Richest man - Bab 47 Anjing

Kata-kata Alvero tidak salah, dia mengambil tanah Nabila dari tangan keluarga Sun tapi yang muncul di rumah Nabila pada hari itu adalah Argus dan Quin.

Maka Argus jelas merupakan anjing peliharaan Haro.

Tapi Norbert tidak tahu arti kata ini karena dia tidak tahu masalah ini.

"Mari pergi, kebetulan di sini dekat dengan asrama, kita antar Marko pulang dulu sebelum mengantar Selin."

Setelah Marko dan lainnya turun, Selin yang duduk di belakang tanpa sadar ketiduran dan kepalanya bersandar di bahu Alvero dan Norbert yang ada di depan diam-diam tertawa melihatnya.

"Kemudikan mobilnya dengan hati-hati, kenapa kamu tertawa?"

Karena bahunya disandar seorang gadis maka Alvero tidak berani bergerak dan dia harus memperhatikan kepalanya setiap saat sehingga badannya merasa sakit ketika tiba di bawah rumah Selin.

Selin masih belum bangun setelah dipanggil beberapa kali. Alvero melihat wajahnya dan tidak tahan untuk menyentuh pipinya, Norbert turun untuk merokok sehingga hanya ada mereka berdua di dalam mobil.

Alvero menyentuh wajahnya yang lembut lagi.

Tapi ini membuat Selin merasa geli dan dia mendorong tangan Alvero lalu perlahan-lahan bangun.

"Sudah sampai ya?" Selin mengusap matanya dengan bingung.

Bibirnya yang merah membuat orang ingin menciumnya serta rambut panjangnya yang sedikit berantakan memperlihatkan kecantikan wanita seusianya.

"Sudah sampai beberapa lama, tapi aku tidak membangunkanmu karena melihatmu tidur dengan nyenyak."

Rasa kantuk Selin hilang setelah dia mendengar ini dan dia segera menegakkan badannya serta tertawa karena merasa tidak enak.

"Kamu lebih baik membangunkanku karena ini membuatku merasa tidak enak, hei, bukankah ada Norbert? Di mana dia?"

"Dia turun untuk merokok."

Selin melihat Alvero dengan bingung, tidak tahu karena minum terlalu banyak atau karena jarak mereka terlalu dekat sehingga membuatnya merasa tidak enak dan wajahnya memerah.

Alvero bukan tidak tertarik kepada Selin karena mereka setiap malam melakukan panggilan video, banyak wanita yang bertubuh seksi di sekitarnya tapi jarang yang punya pikiran terbuka seperti Selin.

Mereka duduk diam di dalam mobil untuk waktu yang lama, sampai ketika Norbert masuk ke dalam mobil dan dia terkejut ketika melihat Selin masih ada di dalam.

"Apakah mau minum teh di rumahku?"

Selin bertanya dan Norbert melihat ke arah Alvero, dia tidak berani menjawabnya karena wanita ini dipanggil oleh Alvero.

Alvero bersiap menolaknya tapi Norbet selangkah lebih cepat darinya.

"Kebetulan aku makan lumayan banyak sehingga ingin jalan-jalan sebentar, kalian naik saja! Aku akan menunggu Alvero di bawah."

Alvero melirik Norbert yang sedang tersenyum licik dan dia segera sadar, apa yang dia rencanakan sebenarnya tapi karena dia tidak enak mengatakan di depan Selin maka dia memelototinya sewaktu Selin tidak melihatnya.

Norbert menyalakan sebatang rokok lagi setelah mereka berdua naik, dia diam-diam merasa sayang untuk adik sepupunya Stephanie karena pria sebaik Alvero sudah sangat jarang.

Dia merasa sakit kepala begitu teringat kesalahpahaman Stephanie kepada Alvero.

Rumah Selin sangat feminin yang kebanyakan berwarna merah muda, di atas sofa penuh boneka dan lantainya dilapisi karpet berwarna abu-abu, ini bisa dilihat jika standar Selin lumayan tinggi.

Awalnya Alvero berpikir jika seorang sales sepertinya akan bersikap keras dan seharusnya rumahnya juga berwarna netral.

"Kamu duduk sebentar, aku akan pergi memasak air untuk menyeduh teh."

Setelah itu Selin berjalan ke arah dapur dan tidak lama kemudian terdengar suara air mendidih.

Alvero berjalan ke arah dapur sambil melihat Selin sibuk di sana, hatinya merasa ingin pergi memeluknya.

"Kenapa kamu berdiri di sini?"

Setelah Selin selesai menyeduh tehnya, dia berbalik dan melihat Alvero yang berdiri diam dan dia merasa pria ini lumayan ganteng.

Alvero sedang melamun tadi dan dia tidak sadar jika Selin sudah selesai menyeduh teh, dia merasa canggung sambil menggaruk rambutnya.

"Aku datang melihat apa ada yang bisa aku bantu."

Selin tertawa setelah melihat tampangnya dan menyodorkan teh kepadanya.

"Ini adalah teh madu jeruk bali yang bisa untuk menghilangkan mabuk, kamu makan sedikit tapi minum lumayan banyak dan marah karena beberapa orang itu, ini sekalian bisa meredakan amarahmu."

Selin mengatakannya dengan santai, tidak tahu disengaja atau tidak sewaktu dia melewati Alvero, dia mengenai dadanya.

Ini membuat Alvero merasa ada sengatan listrik dan tanpa sadar dia mundur ke belakang.

Selin seperti tidak merasakan apa-apa, dia berjalan ke arah meja sambil menunggu Alvero datang.

Dia melihat Alvero berjalan mendekat sambil duduk di atas sofa tunggal.

Sebelum menyeduh teh, Selin pergi ke kamar untuk ganti baju dulu, bajunya saat ini sepertinya terbuat dari sutra yang tipis.

"Ada apa denganmu? Kamu terlihat seperti tidak sehat!" Selin bertanya dengan polos.

Apa yang bisa dikatakan oleh Alvero? Badannya memang merasa tidak nyaman saat ini karena Selin melewatinya badannya tadi.

Perasaan saat itu hampir membuatnya berhenti bernapas dan sekarang dia baru sadar baju yang dipakai oleh Selin, setiap tempat yang memanggil orang untuk melakukan kejahatan hanya dilapisi kain tipis.

"Tidak, aku merasa agak emosi hari ini, akan baik-baik saja setelah minum."

Gelas ini berisi teh madu jeruk bali, Alvero membungkukkan badannya untuk menutupi bagian badannya yang mulai bereaksi sambil melihat jeruk bali yang ada di dalam gelasnya, dia tidak tahu harus mengatakan apa.

Untungnya, ponselnya tiba-tiba berbunyi pada saat ini, itu adalah telepon Norbert yang bertanya dia kapan akan turun.

Sewaktu dia menutup ponselnya dan bersiap pamit kepada Selin, Selin sudah berada di depannya sewaktu dia mengangkat kepalanya sambil menatapnya.

Dia menunjuk ke arah kening Alvero dan menekannya ke arah sofa dan dia duduk di atas pahanya.

"Apa yang kamu lakukan?" Alvero bertanya dan berpura-pura tenang.

Selin tertawa sambil mencium keningnya dan dia segera melompat dari paha Alvero sebelum dia sadar.

"Apakah temanmu sedang mencarimu?"

"Ya, maka aku sudah harus pergi dan lain kali kita akan main bersama lagi!"

Setelah selesai, Alvero seperti ingin segera melarikan diri.

Novel Terkait

Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu