The Richest man - Bab 35 Acuh tak acuh
Alvero dengan acuh tak acuh mengikuti Mia dari belakang berjalan menuju toko LV. Untungnya, toko itu sangat besar, Mia berjalan dari sebelah kiri di baris pertama, terpisah cukup jauh dari Quin yang baru saja bicara, di tengah juga terdapat sebaris rak display.
Tapi suara Quin membanjiri seluruh toko, bahkan Mia melirik ke sana dengan sedikit kesal.
Argus berdiri dengan canggung, ekspresi wajahnya tidak terlalu senang, namun dia dengan sabar membujuk Quin.
Bagaimanapun, begitu banyak orang yang melihat, Quin bisa saja berbuat sesuatu, namun itu mustahil, jika dia dilihat orang, lain kali akan sulit baginya untuk menghadapi lingkaran ini.
“Kamu juga bukan tidak tahu apa yang terjadi semalam, jika sekarang kamu ingin melampiaskannya kepadaku, bisakah sedikit menggunakan akal?” Argus merendahkan suaranya, tetapi itu masih jelas terdengar oleh Alvero.
Argus bahkan sampai sekarang masih tidak mengerti, tanah yang sudah ia dapatkan, bagaimana bisa dipaksa jual kepada orang lain, bahkan ayahnya pun tertawa melihat harga jual nya.
Dia bertanggung jawab atas masalah ini. Meskipun dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, namun pasti ada alasan bagi orang itu untuk membeli tanah ini tanpa berpikir. Ayah Argus langsung memperhitungkan masalah ini.
Jika mereka sedikit lebih cepat, maka semuanya berakhir, dan tanah itu pasti sudah menjadi milik keluarga Xu.
Uang jajan Argus sudah habis, bahkan kartu kreditnya pun sudah ditarik, selain sedikit sisa uang di kantongnya, jangankan tas LV, untuk makan di restoran pun sudah sulit.
"Aku tidak peduli, kamu jelas-jelas telah berjanji kepadaku, dan aku akan pergi keluar untuk makan dengan teman baikku nanti. Jika ia bertanya, maka aku akan kehilangan muka!"
Quin memeluk lengan Argus dan berlaku centil, suara itu membuat Alvero merinding.
Jika berbicara tentang masa lalu, Argus masih sangat berguna. Tanpa pikir panjang ia akan langsung membeli tas itu, namun sekarang ia sedang dipukul oleh kenyataan, bahkan jika dia sangat ingin membelinya, ia pun tidak punya uang. Melihat ekspresi Quin yang seperti ini, Argus serasa benar-benar ingin menamparnya.
"Quin, sekarang waktunya kurang tepat, tunggu sampai suasana hati ayahku membaik, apa yang kamu inginkan aku akan belikan, mengapa kamu memaksa untuk membelinya sekarang?"
"Jika kamu tidak membelikan untukku hari ini, bagaimana kamu mau membelikannya untuk ku di masa depan? Aku tidak peduli. Jika kamu tidak membelikan tas ini untukku hari ini, tidak ada dari kita yang akan pergi!"
Quin tampaknya tidak terkendali. Dia duduk di kursi di toko dan enggan berdiri.
Alvero dan lainnya otomatis melihat kejadian ini. Bella melambaikan tangannya di depan Alvero, mengganggu pandangannya.
"Kenapa, itu mantan pacarmu? Tidak heran kakimu sulit bisa bergerak dari sini." Lalu dia mengambil lengan Alvero dan berjalan menuju konter, memegang tas LV terbaru di tangannya.
Mia juga berada tidak jauh di belakang dua orang itu, dan memandang Quin dengan jijik dari tempat yang tidak dilihat oleh keduanya.
Ketika melewati Quin, Bella meletakkan tas itu di tangan Alvero dan langsung mengambil tas yang disukai Quin.
“Mungkin kamu suka tas ini, apakah kamu ingin membawanya sekaligus?” pertanyaan ini diajukan pada Alvero.
Saat ini, otak Alvero kosong, ia tidak mengerti apa yang sedang dia lakukan, jadi dia hanya mengangguk dengan tenang.
Saat itu Quin baru sadar bahwa tasnya telah dibawa pergi oleh orang lain, ia dengan cepat bergegas dan berhenti di depan Sales Assistant.
"Aku tertarik dengan tas ini. Mengapa kamu menjualnya pada orang lain?"
Nada bicara Quin sangat tidak sopan, tapi bagaimanapun, Ini adalah toko merek LV. Kualitas karyawan disana sangat tinggi, status mereka setara dengan pekerja kantoran.
Tapi setelah mendengar kata-kata Quin, ia hanya bisa mengerutkan kening.
"kamu daritadi berbicara dengan pacar kamu, dan juga, kamu tidak bilang bahwa kamu ingin membeli tas ini."
Quin mengehentakkan kaki dengan gelisah dan langsung mengambil tas itu dari tangan Sales Assistant dengan kasar.
Begitu dia berbalik, dia melihat Alvero, wajahnya terkejut, namun dengan cepat ekspresinya berubah menjadi ingin menyindir.
"Apa yang kamu lakukan di sini?"
“Apa ada hubungannya denganmu?” Alvero berkata dengan ringan, melirik tas di tangannya.
"Apakah kamu menginginkan tas ini?"
Bella mengerutkan mulut kecilnya dan terlihat serius. Akhirnya, dia mengangguk dengan serius, terlihat sangat lucu. Seperti sedang merengek pada Alvero dan membuat orang-orang di sekitarnya tampak panas melihatnya.
Meskipun dia mengenakan kacamata hitam di wajahnya, itu tidak menghalangi temperamennya sama sekali, Argus melirik ke arah Alvero dan menaruh perhatiannya pada Bella. Dia merasa bahwa ia pernah bertemu dengan wanita ini.
"Ya, aku mau, katakan pada Sales asisten!
Quin kemudian memperhatikan wanita di sebelahnya: "Alvero, kamu tidak mengambil balik uang yang telah kamu berikan pada ayahmu bukan?"
Alvero mengabaikannya, tetapi kejadian ini tampak seperti apa yang dipikirkan Quin, dan hatinya sulit menerima. Dari awal ia sudah tahu bahwa uang itu masih bisa kembali, dan ia pun tidak bisa membalikkan keadaan.
"Argus, cepat pergi bayar, mengapa kamu masih berdiri bodoh disini?"
Argus mengambil napas dalam-dalam dan menekan amarah di dalam hatinya, Quin benar-benar selalu membuatnya di posisi tertekan.
Jika dia tidak bertemu dengan Alvero, dia tidak akan membeli tas ini, namun sekarang untuk harga dirinya sendiri, tas ini mau tidak mau harus dibelinya.
Dia hanya bisa menggertakkan giginya dan mengeluarkan uang sejumlah 20juta yang akan ia berikan pada ayahnya dari tas. Meskipun ia akan dimarahi saat pulang, itu setimpal.
"Maaf, Tuan, tas ini harganya 32juta."
Argus sekali lagi merasakan kejamnya hidup, uang sudah ia keluarkan, dia mungkin bilang kalau uangnya tidak cukup dan meminta uangnya kembali! Setelah berpikir lama, aku hanya bisa melirik kearah Quin, dan tidak langsung bicara, tetapi ekspresi di matanya sangat jelas.
Quin menolehkan kepalanya lurus, seolah dia tidak melihatnya.
Tujuan Bella telah tercapai, dan otomatis ia tidak ingin terus membuang waktunya dengan mereka di sini, ia menganggukkan kepala pada Sales Assistant.
Quin dengan ekspresi sombong berkata bahwa ia tidak akan memberikan tasnya.
Untuk sementara waktu, ketiganya berdiri di tempat yang sama, suasana mulai canggung, Sales Assistant itu sungkan untuk mengambil tas itu, dan hanya bisa terus membujuk, tetapi Quin seperti tikus, memeluk tas itu erat-erat di dadanya, berkata bahwa ia tidak mau melepasnya.
"Jika kamu benar-benar ingin membelinya, maka kamu harus pergi mengisi rekening mu sekarang, aku tidak akan bertanya lagi, tetapi jika tidak, tolong kembalikan, jika tidak kami akan memanggil petugas keamanan!"
Quin emosi mendengar kata-kata Bella, dan menunjuk Alvero untuk berjalan di depannya.
"Aku beritahu kamu, keluarga mereka kehilangan sejumlah uang, tetapi mereka malah membelanjakan uang yang tak seberapa, paling-paling dengan membeli tas hari ini, besok atau lusa kamu akan menderita, keluarga mereka adalah petani ,mau bagaimanapun kalian hanyalah orang biasa. "
Novel Terkait
My Charming Wife
Diana AndrikaSomeday Unexpected Love
AlexanderHis Soft Side
RisePernikahan Kontrak
JennyMy Charming Lady Boss
AndikaThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat