The Richest man - Bab 45 Hubungan Yang Baik
Dia baru pulang ke asrama tapi sudah dihadang di sudut ruangan untuk ditanyai dan baru dilepas setelah hampir setengah jam, Alvero baru bisa lolos setelah dia sembarang membuat cerita karena ada anggota keluarganya yang sakit.
Suasana hatinya yang tegang selama beberapa hari menjadi tenang setelah melihat ketiga saudaranya.
"Aku pikir kamu sudah jadi sombong setelah menjadi kaya sampai tidak mau kerja lagi."
Marko berkata sambil memukul punggungnya.
Alvero sengaja lari ke depan dua langkah dan jatuh telungkup di atas meja sehingga membuat saudara-saudaranya tertawa.
"Mari kita keluar minum karena sudah tidak bertemu selama beberapa hari."
Melihat suasana sudah menjadi hangat maka Norbert merangkul leher dan membawa Alvero keluar ke tempat waktu itu, mereka memesan beberapa barbekyu tapi kali ini Norbert dan lainnya tidak memanggil para wanita datang menemani karena sudah mendapat pelajaran waktu itu.
Tapi ponsel Alvero yang ada di atas meja tidak berhenti berkedip karena ada yang terus mengirimkan pesan untuknya, Marko merebutnya dan Norbert menekan badan Alvero dengan badannya yang besar.
Karena hubungan mereka berempat sangat baik maka mereka semua tahu kata sandi ponsel masing-masing dan Marko langsung berteriak kencang melihat pesan itu dikirim oleh seorang wanita.
"Gila, Alvero, kamu begitu cepat dapat pacar lagi? Apakah kamu tidak mempedulikan perasaan kami? Kami bahkan sama sekali belum pernah pacaran, kamu bahkan sudah kedua kalinya."
Mereka bertiga segera memeriksa riwayat obrolannya yang membuat Alvero terkejut sehingga menyembunyikan ponselnya dalam badannya dan tidak mau melepaskannya, mereka berdua bahkan sudah melakukan panggilan video sebelumnya. Jika mereka bertiga melihatnya maka mungkin saja mereka bertiga akan mengulitinya!
Mereka bertiga yang tidak mendapatkan ponselnya maka tentu saja tahu jika ada sesuatu yang tidak ingin dia kasih tahu kepada mereka sehingga mereka duduk kembali dengan wajah serius.
"Alvero, kamu tahu jika Quin telah melukaimu sangat dalam sebelumnya tapi ini bukan alasan kamu menyakiti hati para wanita."
Norbert teringat masalah Stephanie terakhir kali tapi sepertinya wanita ini bukan Stephanie maka hatinya merasa tidak nyaman karena bagaimanapun juga itu adalah adik sepupunya meskipun itu saudaranya sendiri tapi tetap tidak boleh menyakiti hatinya.
"Apakah kalian berpikir aku orang seperti itu? Aku mengenal wanita ini sewaktu membeli ponsel dan dia suka mengobrol denganku jika sedang ada waktu, aku bisa mengajaknya ke sini jika kalian khawatir dan lihat apakah aku menindasnya atau tidak!"
Alvero langsung menelepon Selin dan dia mengajaknya datang makan barbekyu serta akan mengganti ongkos pulang dan perginya.
Orangnya sudah datang dalam waktu kurang dari setengah jam, karakter Selin sangat ceria dan langsung memeluk Alvero ketika dia melihatnya yang membuat Alvero merasa sedikit malu.
"Duduk saja, di sini masih ada banyak orang!"
"Haha, perubahanmu besar sekali!" Selin berkata sambil tertawa tapi dia duduk dengan patuh.
Tentu saja Alvero tahu apa yang dia maksud, dia bisa mengatakan apa saja ketika mengobrol di dunia maya tapi dia agak berhati-hati ketika bertemu langsung.
Begitu Norbert dan beberapa orang lainnya melihat Selin yang begitu terbuka maka mereka juga bisa mengobrol dengan santai.
Selin lumayan kuat minum, dia masih belum mabuk setelah menemani mereka minum sampai tengah malam.
"Alvero?"
Ada sebuah suara yang tidak terlalu jelas dan memecahkan suasana mereka yang meriah.
Itu Quin lagi.
Dulu, Alvero selalu mengikuti Quin tapi sekarang dia mulai merasakan perasaan merasa jijik kepada orang.
Alvero malas bicara setelah melihat Quin sedangkan Selin langsung minum lagi.
Quin merasa kesal melihat dirinya sendiri diabaikan, dia langsung mendekat dan merebut gelas Alvero.
"Aku sedang memanggilmu, apakah kamu tidak mendengarnya?"
Quin berteriak mengatakan ini sehingga membuat kelima orang langsung melihat ke arahnya.
Norbert adalah orang pertama yang memukul mejanya dan berteriak sambil menunjuk Quin, "Apakah kamu sudah selesai? Apakah kamu masih belum cukup menyiksa saudara kami, kamu ingin melakukan apa lagi."
Jika ini adalah situasi pada biasanya maka dia pasti akan marah ketika Norbert berteriak seperti ini kepadanya, tapi sekarang dia harus mengandalkan mereka untuk membujuk Alvero maka dia hanya bisa menahan semua ini dalam hatinya.
Tanpa berpikir, dia menyiram anggur yang ada di tangannya ke arah Selin.
Selin sudah penuh anggur setelah Alvero sadar.
"Siapa kamu? Kamu makan bersama pacarku, siapa yang memberikanmu keberanian? Apakah menjadi selingkuhan sudah merajalela saat ini?"
Karena sudah malam maka sangat banyak orang di kios barbekyu ini sehingga membuat mata orang melihat ke arah mereka setelah Quin berkata seperti itu.
Alvero tidak bicara dan dia langsung mengambil tisu untuk menyeka wajah Selin dan dia melihat air matanya sudah terkumpul di matanya tapi dia menahannya supaya tidak jatuh, ini membuat hatinya merasa sedih.
"Sudahlah, menangis saja jika kamu ingin menangis, tidak nyaman jika ditahan." Suara Alvero sangat lembut.
Selin tidak bisa menahannya lagi dan air matanya akhirnya jatuh.
Quin merasa lebih kesal lagi melihat semua ini, dia mengangkat gelas Alvero dan ingin menyiram Selin lagi tapi dihadang oleh Alvero sehingga anggurnya membasahi badan Alvero.
Norbert tidak bisa menahannya lagi, dia langsung berdiri dan mendorong Quin.
"Apakah kamu gila? Kamu yang selingkuh dengan pria lain sebelumnya, kamu juga yang mengajak putus, apakah harus berbaikan lagi setelah kamu mau berbaikan, kamu anggap saudaraku ini apa?"
Kata-kata ini langsung menjelaskan hubungan ketiga orang ini, orang-orang sekitar langsung melihat ke arah Quin setelah mendengarnya.
Seluruh badan Quin gemetaran tapi dia tidak berani melakukan apa-apa, mungkin Alvero tidak akan memukulnya tapi tidak dengan yang lainnya.
"Aku terpaksa melakukan itu tapi sekarang aku sudah tahu salah, semua orang pernah berbuat kesalahan, apakah tidak bisa memaafkanku?"
Alvero merasa sangat sayang jika Quin tidak menjadi seorang artis, dia bahkan bisa langsung menangis yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang.
"Oh, begitu ramai, kenapa bisa tanpa diriku?"
Tidak tahu sejak kapan Argus datang dan dia langsung memeluk Quin ketika melihatnya menangis dengan begitu sedih.
Dia telah menghabiskan banyak uang untuk wanita ini tapi tidak diduga dia langsung pergi begitu saja.
Novel Terkait
The Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat