The Richest man - Bab 15 Gesek Kartu
Alvero menganggukkan kepala. Awalnya ia tidak ingin membeli mobil, tetapi ia juga tidak bisa selalu membiarkan Nabila menjemputnya.
Apalagi, terkadang tempat yang beberapa lelaki ini pergi tidak pantas untuknya. Ia sebagai seorang wanita pergi kesana juga tidak nyaman untuk melakukan apapun.
Lebih baik beli mobil terlebih dahulu, lagipula Norbert selalu menginginkan sebuah mobil. Kebetulan bisa membiarkan ia untuk mengemudi terlebih dahulu dan mereka akan lebih mudah untuk pergi dalam melakukan sesuatu.
Norbert mereka juga tidak mengatakan apapun, karena Alvero telah membuat keputusan. Jika dapat membantu, mereka pasti akan berusaha sepenuhnya. Setelah difikir-fikir, lagipula hari ini perusahaan mereka juga tidak ada urusan. Setelah makan siang, mereka pun berencana untuk pergi kesana.
Mereka pun segera pergi ke dealer mobil terbesar, karena disana terdapat semua merk mobil, pilihan banyak dan harganya juga masuk akal.
"Mau mobil kecil atau besar?"
Berdiri didepan pintu, Norbert pun bertanya kepada Alvero, model mobil apa yang ingin ia gunakan. Jika menginginkan model yang cocok untuk keluarga, maka mobil SUV adalah pilihan yang cukup baik. Ukurannya yang besar, lalu nyaman juga untuk satu keluarga dalam bepergian.
Alvero tidak berfikir banyak, ia juga tidak begitu mengerti. Ia pun menyuruh Norbert membawanya untuk melihat mobil yang menurut ia bagus.
Lebih dari satu jam kemudian, hampir setiap mobil seharga tiga ratus juta hingga satu miliar enam ratus juta telah dilihat habis. Tetapi tidak ada satu pun mobil yang membuat Alvero tertarik. Beberapa orang darinya pun terengah-engah jongkok di pinggir jalan.
"Alvero, sebenarnya model mobil apa yang kamu inginkan? Lagipula semuanya dapat dikendarai diatas tanah, bisa sebesar apa perbedaannya."
Tentu ada perbedaannya. Beberapa mobil memang benar-benar sedikit kuno, tidak cocok digunakan untuk orang muda. Lalu ada juga beberapa mobil yang terlalu mencolok, seperti BMW dan Audi yang benar-benar sudah terlalu buruk untuk di jalan raya.
Saat melihat mobil Volkswagen disebelahnya, ia tiba-tiba teringat sebuah kalimat yang sedang tersebar luas, "Tidak takut BMW dan Land Rover, hanya takut adanya tulisan di bagian belakang Volkswagen!"
Sambil berfikir ia pun berjalan kearah toko Volkswagen. Norbert mereka pun mengikutinya, karena takut ia hilang.
"Mobil Volkswagen ini juga cukup bagus. Kinerjanya baik, boleh dilihat dulu."
Saat masuk ke dalam, Alvero pun melihat mobil yang paling menonjol di depan pintu, yaitu Phaeton.
Penampilan yang mengesankan dan berkualitas. Pada pandangan pertama, itu hanya terlihat sangat menyenangkan mata, tidak akan langsung menarik perhatian ketika ditempatkan di tempat dimana terdapat banyak mobil, bisa dibilang tidak begitu mencolok.
Tetapi mobil ini tidak sesederhana penampilan luarnya.
"Halo, apakah ada yang bisa menjelaskan mobil ini?"
Alvero mereka sudah masuk kesini cukup lama, tetapi tidak ada satu pun pramuniaga yang datang untuk menjelaskan mobil disini. Ia hanya bisa menghentikan orang yang lewat disampingnya.
Siapa tahu wanita tersebut memasang wajah yang tidak sabar, lalu melirik sinis sekilas kearah mereka, sambil menunjuk beberapa mobil di dalam sana.
"Aku hanya menjual mobil Phaeton, jika ingin membeli mobil kalian bisa ke dalam dan mencari orang lain. Aku peringatkan kalian, mobil yang dapat dijual disini, bukanlah sesuatu yang dapat dibeli dengan uang yang telah kalian kumpulkan. Lebih baik datang lagi saat ada acara penurunan harga!"
Setelah berkata, ia pun dengan sombong berjalan ke samping. Saat ini, kebetulan ada seorang wanita dengan setelan kerja datang. Hanya melihat bahannya saja, sudah langsung diketahui bahwa harganya sangatlah mahal. Sepatu hak tinggi putihnya mengeluarkan suara yang tajam dan jelas di lantai.
Kepala yang sedikit terangkat, bagaikan leher angsa. Ditambah dengan pakaiannya, temperamen darinya pun tertunjuk dengan jelas.
"Halo Nona, model mobil apa yang Anda butuhkan? Aku bisa bantu menjelaskannya kepada Anda."
Ketika pramuniaga melihat wanita tersebut, ia pun tahu bahwa wanita itu adalah orang kaya. Seketika ia pun berkata seperti seorang budak dan secara inisiatif berdiri dihadapannya.
"Bukankah ia bilang hanya menjual mobil Phaeton? Sungguh cepat juga perubahan ekspresi wajahnya."
Brian dengan benci berkata, tetapi ia juga benar-benar merasakan keuntungan sebagai orang kaya.
Difikir-fikir mereka telah berada disini cukup lama. Tetapi tidak ada satu orang pun yang datang untuk bertanya mengapa mereka datang. Semua ini karena pakaian mereka yang biasa dan terlihat seperti orang yang tidak mampu untuk membeli mobil.
Bagi para pramuniaga, mungkin saat sedang bayar, mereka akan ragu-ragu untuk memberi uang. Mungkin saja, tidak akan memberi uang dan hanya membuang-buang waktu.
“Tunggu punya uang, maka kamu juga dapat diperlakukan seperti ini!” Marko pun berkata sambil tersenyum.
"Akulah orang pertama yang menginginkan mobil ini.” Alvero pun mengabaikan mereka yang sedang bertengkar. Ia melirik sekilas ke wanita yang berada dibelakangnya sambil mengerutkan dahi, lalu langsung berkata kepada pramuniaga disampingnya.
Siapa sangka pramuniaga itu belum mengatakan apapun, wanita tersebut pun telah berkata terlebih dahulu.
"Apakah kamu tahu jenis mobil ini? Tanpa berkata hal lain, hanya bagian luar joknya saja semua dilapisi oleh kulit asli. Jika kamu masih menginginkan mobil ini, lihatlah dompetmu. Apakah mampu untuk membeli sebuah kursinya?"
Norbert mereka yang berdiri di belakang juga merasa terkejut dengan apa yang Alvero katakan. Setelah wanita itu berkata, mereka pun baru menyadarinya dan segera menahan Alvero.
"Aduh, mobil apa ini? Bagi orang biasa seperti kita tidak akan bisa membelinya. Janganlah kamu bercanda lagi. Mari kita keluar terlebih dahulu dan merokok sebentar untuk menenangkan diri. Aku akan membawamu untuk melihat mobil yang lain."
Melihat wanita tersebut yang mulai merasa tidak senang, pramuniaga di samping pun ikut membujuk Alvero.
"Dek, beli mobil adalah hal yang besar. Kamu tidak boleh begitu saja membuat keputusan. Lebih baik lain kali datanglah dengan orang tuamu!"
Jelas, mendengar apa yang pramuniaga tersebut katakan terhadap Alvero, wanita itu pun merasa sangat berguna. Ia melirik sekilas kearah Alvero dengan menggunakan tatapan menantang, lalu lanjut mendengarkan penjelasan dari pramuniaga.
Sedangkan mereka sudah diabaikan seperti udara.
Tentu, hati mereka pasti merasa sedikit tidak senang. Mereka pun hanya terdiam dan mengikuti Alvero berjalan ke arah tempat istirahat.
Baru saja duduk, seorang wanita yang terlihat tidak begitu tua datang kemari dan berpakaian satu setelan seragam hitam. Jelas, ia juga merupakan pramuniaga disini.
"Halo, apakah kalian ingin membeli mobil?"
Suaranya terdengar lebih manis dan lebih baik dari wanita yang berpura-pura tadi.
Alvero yang awalnya merasa kesal, suasana hatinya pun berubah menjadi lebih baik, lalu menunjuk mobil yang sebelumnya ia lihat.
"Iya, mobil itu, sekali bayar dengan kartu."
Hanya tujuh kata, tetapi membuat orang disekelilingnya merasa tercengang. Bahkan orang yang lewat saja tidak tahan untuk melirik kearahnya.
Norbert mereka bahkan merasa sangat bingung. Betapa kayanya keluarga Alvero hingga bisa membeli mobil Phaeton tanpa berfikir banyak.
Pramuniaganya juga tercengang, lalu dengan cepat kembali merespon. Ia pun menunjuk mobil Phaeton lagi ke Alvero untuk memastikannya.
"Tuan, apakah Anda sudah pasti dengan mobil Phaeton?"
Alvero pun mengangguk kepala lagi. Kemudian mengeluarkan kartu dari dompetnya dan langsung meletakkannya di atas meja.
Setelah menggesekkan kartu dan menyerahkan struk kepada Alvero. Tatapan pramuniaga tersebut pun masih terlihat sedikit kosong.
Hari ini adalah hari pertama kali ia kerja. Karena masih tidak begitu mengerti tentang bisnis. Jadi ia hanya bisa membawakan minum dan memberi penjelasan kepada pelanggan yang ingin membuat referensi. Tak sangka hanya pergi membawakan beberapa gelas air, ia malah menjual mobil Volkswagen termahal di dealer mobil.
Dari berhubungan hingga pembayaran, ia hanya menggunakan waktu tidak lebih dari sepuluh menit.
Awalnya ketika mendengar ada seseorang yang membeli Phaeton, manajer toko masih tidak dapat mempercayainya, lalu saat mendapatkan uang, ia pun menjadi semangat dan segera lari keluar dari kantor.
"Halo, apakah Anda adalah Tuan Alvero? Aku adalah manajer dari toko ini. Apakah Anda ingin langsung menggunakannya untuk rapat atau nanti kita suruh orang untuk mengantarnya ke tempat Anda?"
"Aku langsung bawa hari ini."
Novel Terkait
Meet By Chance
Lena TanAfter The End
Selena BeePenyucian Pernikahan
Glen ValoraUangku Ya Milikku
Raditya DikaUntouchable Love
Devil BuddyMr. Ceo's Woman
Rebecca WangThe Great Guy
Vivi HuangThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat