The Richest man - Bab 23 Menghasut Hati Orang
Stephanie setengah tengkurep di ranjang, selimutnya entah bagaimana jatuh ke bawah, seluruh wajah kecilnya memerah.
Tubuh rampingnya, tidak tertutup sama sekali tertunjukkan di depan Alvero, karena dia selalu bergerak-gerak, roknya terangkat sampai ke paha, stoking putihnya juga menurun sampai lutut.
Selama adalah pria normal, melihat pemandangan ini di depan mata pasti akan goyah.
Alvero sedikit tidak berdaya dan meremas puntung rokok ditangannya, ingin pergi menutupinya dengan selimut, tangannya belum meraih selimut, dia tiba-tiba mengulurkan kakinya, kebetulan menahan tangannku.
“Ssh......” Pada saat ini otak Alvero sedikit panas, memanfaatkan kesempatan dan langsung meraihnya.
Selanjutnya untuk waktu yang lama, Alvero mengumpat di dalam villa, mengambil cuti sakit selama sepuluh hari dari perusahaan.
Alvero begitu mengingat kejadian hari itu, tidak tahu harus bagaimana menghadapi Stephanie, setiap ada panggilan dari nomor tidak dikenal, Alvero tidak mengangkat satupun telepon dari mereka.
“Kamu ini menyinggung siapa, jika ada masalah yang tidak bisa kamu selesaikan aku bisa bantu kamu beritahu nyonya.”
Nabila melihat Alvero berbaring di ranjang sudah menjadi mayat hampir sepuluh hari, tidak tahan untuk bertanya.
“Tidak usah, aku besok langsung pergi kerja, hanya saja beberapa hari ini sedikit lelah!”
Nabila terhadap alasan ini, walaupun tidak percaya, tetapi masalah yang tidak ingin dikatakan Alvero, dia juga tidak akan banyak bertanya, sudah bagus selama tidak terus diam di rumah.
Keesokannya, jarang-jarang Alvero bangun pagi, dari saat makan sampai pergi ke perusahaan semuanya sangat normal, akhirnya begitu sampai di depan gerbang perusahaan, seluruh wajahnya berkerut.
Nabila melihat dia seperti ini, ragu-ragu apakah harus memberitahu keluarganya.
“Aku pergi kerja, hari ini tidak usah menungguku di rumah!”
Setelah Alvero mengatakannya, dia merasa seperti akan mati, dengan sangat sulit keluar dari mobil, hari ini perusahaan ada rapat besar, kemunculannya tidak akan terlalu menarik perhatian orang, paling penting adalah peluang bertemu dengan Stephanie kecil.
“Alvero!”
Terlihat dia sudah akan memasuki perusahaan, dari belakang tiba-tiba terdengar suara yang familier, pada saat itu dia ragu lebih baik langsung lari ke dalam, atau melihat ke belakang.
Sebelum Alvero memutuskan, orang itu langsung jalan ke hadapannya.
Dia Quin! Setelah Alvero melihat wajah ini dia menghela nafas lega, melihat sekeliling dengan tidak tenang, tidak melihat orang yang dikenal hatinya yang tegang baru sedikit tenang.
“Apakah ada masalah?”
Melihat Quin yang berdiri di hadapannya, Alvero merasa jauh lebih tenang, tidak sengaja melihat kalung yang ada di lehernya, itu adalah hadiah yang diberikan Alvero saat ulang tahun pertamanya.
Tetapi kemudian Argus juga memberinya kalung, Alvero mengira kalung ini sudah sejak lama dibuang olehnya!
Pandangan Quin terhadapnya hari ini, sedikit berbeda dengan sebelumnya, bahkan lebih lembut daripada saat sedang berpacaran dengannya.
“Apakah harus ada urusan baru boleh mencarimu? Bagaimanapun kita juga pernah melalui banyak hal, tidak perlu dibuat sampai begitu asing kali!”
Saat Quin mengatakan ini wajahnya dipenuhi kepolosan, nada bicaranya seperti sedikit manja, ditambah lagi dengan wajahnya yang cantik, benar-benar menghasut hati orang.
Tetapi Alvero yang sekarang sudah tidak berharap apa-apa padanya, walaupun sekarang dia adalah wanita paling cantik di dunia, itu juga sudah tidak ada hubungannya dengan Alvero.
“Aku masih ada urusan, aku duluan.”
Setelah mengatakan dia langsung melangkah ke arah perusahaan, ekspresi di wajahnya dari awal sampai akhir tidak ada perubahan.
“Alvero, coba saja kamu berjalan satu langkah lagi!” Walaupun Quin sudah sengaja mengontrol volume suaranya, tetapi tetap menarik perhatian orang disekitar.
Beberapa orang yang mengenalnya semuanya langsung berhenti, berdiri tidak jauh dari mereka dan memandang dia dan Alvero.
Quin yang berpura-pura semuanya sudah dibongkar olehnya, wajah yang awalnya terlihat baik juga tampak ganas karena kemarahannya. Dia sekarang mengambil inisiatif menemui Alvero, sudah cukup memberinya harga diri, pria ini malah berani meninggalkan dirinya di sini, Quin kesal sampai ingin merobeknya di tempat.
“Huh, apakah kamu melupakan sesuatu?”
Alvero tidak bisa tidak mencibir, suasana hatinya sekarang awalnya sudah sangat resah, tinggal satu menit lebih lama di depan gerbang perusahaan mungkin akan bertemu Stephanie.
Terlebih lagi dia dan Quin sudah tidak ada hubungan sama sekali, siapa yang memberinya kemampuan untuk mengancamnya.
“Kamu bertanya padaku apa yang aku lupakan? Kamu bertanyalah pada dirimu sendiri apa yang telah kamu perbuat, aku tidak peduli kamu kaya atau tidak, terus bersama disampingmu, semua hari-hari sulit semuanya aku yang menemanimu melaluinya, tetapi apa yang kamu perbuat?”
Quin tiba-tiba menaikkan volumenya, orang-orang yang tadinya sudah hendak pergi, berhenti lagi.
“Aku hamil, aku mau menikah, tetapi kamu malah menyuruhku aborsi, aku mendengarkan kata-katamu pergi ke sebuah klinik kecil sendirian, hampir berbaring di ruang operasi dan hampir tidak bisa bangun, kamu tidak pernah mempedulikan aku, akhirnya lebih baik menghilang, apakah sekarang aku hanya ingin berbicara denganmu saja sesulit itu?”
Quin sambil menangis sambil berbicara, akhirnya langsung jongkok di lantai, tubuhnya yang kurus sedikit gemetar, tampak sangat tak berdaya, melihat pandangan Alvero yang penuh rasa sakit.
Untuk sesaat, semakin banyak orang yang mengelilingi mereka, semuanya menggosip tentang Alvero, bahkan ada pria yang melihat wajah Quin yang cantik sampai tidak tahan untuk maju dan membelanya.
Saat keadaannya semakin kacau, seorang perempuan yang mengenakan kaus putih tiba-tiba berlari keluar dari kerumunan, langsung menampar Quin dengan tangannya, semua orang langsung terdiam.
“Ingin menikah? Pertama bersihkan dulu pria yang ada dibelakang bokongmu baru bicara, lalu aborsi, benar atau tidak aku tidak tahu, tetapi kita bisa ke rumah sakit untuk memeriksanya, walaupun benar-benar aborsi, masih tidak tahu punya bajingan yang mana, apakah Alvero pernah menyentuhmu? Apakah sudah melakukan tes DNA? Kemampuan omong kosongmu ini benar-benar sangat sempurna!”
Stephanie tidak hanya memukulnya dengan keras, dia juga berbicara dengan kata-kata yang sangat pedas, Alvero berdiri di belakangnya, tidak bisa tidak gemetar, dia sedang memikirkan benar atau salah dia datang ke perusahaan hari ini.
“Stephanie, siapa yang memberimu nyali untuk menyentuh wanitaku? Jangan-jangan pria yang mensponsori kamu dari perusahaan ini? Apakah dia tahu kamu mensponsori seorang pria lemah lagi?”
Saat Argus baru mau masuk ke perusahaan, tiba-tiba melihat ada kerumunan di sana, begitu datang langsung melihat Stephanie menampar Quin, buru-buru menghampirinya, mengangkatnya dari lantai.
Stephanie masih ingin bicara, tiba-tiba ditarik Alvero masuk ke dalam perusahaan.
“Aku akan membalaskan untukmu, masuk dulu!”
Suara Alvero terdengar di telinga Stephanie, membuat dia tidak fokus untuk sesaat, entah kenapa merasa nyaman.
“Sudah dengar belum, kali ini perusahaan secara khusus mengundang Bella, katanya akan memanggil salah satu penonton di tempat untuk bernyanyi bersama!”
“Beruntung bisa melihat dewi secara langsung di tempat saja sudah lumayan, katanya sebelum ini Argus secara khusus mengundang dewi untuk makan, kemungkinan dia akan mendapat kesempatannya!”
Walaupun Alvero dan Stephanie duduk bersama, tetapi mereka berdua tidak mengatakan apa-apa, hanya mendengarkan omongan orang lain.
Novel Terkait
I'm Rich Man
HartantoCinta Yang Tak Biasa
WennieMenantu Hebat
Alwi GoKing Of Red Sea
Hideo TakashiGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangMy Secret Love
Fang FangAku bukan menantu sampah
Stiw boyThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat