The Richest man - Bab 44 Bahaya
Alvero tentu saja bisa mendengar ketidaksenangan dalam nada bicara Maria, sikapnya menjadi keras lagi dan dia langsung menarik lengannya dari tangan Quin.
“Jika ada masalah, telepon saja aku nanti! Aku masih ada urusan, jadi aku tidak mengantarmu.”
Setelah berbicara, Alvero langsung keluar, membuka pintu ruangan pribadi dan berdiri di sana menunggu Quin keluar.
Quin tertegun oleh sikap Alvero dan dia berhenti menangis untuk sesaat, tetapi dia tidak punya alasan untuk tinggal di sini lagi, jadi dia hanya bisa keluar dengan enggan dan menutupi wajahnya.
"Baik, kamu bisa terus bicara."
Mata Alvero tertuju pada sosok seksi Maria sambil mendengarkan informasi terkait dengan Group He.
Keluarga He menempati sebagian besar kekuatan hitam dan putih, ruang lingkup bisnis perusahaan juga sangat luas, mulai dari pengembangan real estat hingga pasokan militer, katering, hiburan, obat-obatan dan industri lainnya.
Bahkan ada beberapa perusahaan khusus secara pribadi. Maria tidak mengatakan dengan tepat apa yang dilakukan, Kedua orang itu duduk di ruangan pribadi selama hampir tiga jam setelah bertanya dan menjawab.
Sejauh yang diketahui Alvero saat ini, itu benar-benar di luar bayangannya. Dia awalnya berpikir bahwa orang kaya yang sebenarnya adalah orang-orang yang berada di peringkat keuangan dunia dan dia tidak menyangka ada begitu banyak orang kaya yang tersembunyi.
Keluarga He adalah salah satunya. Jika ingin membandingkan aset dan perkembangan keluarga maka jauh lebih kuat daripada yang ada di daftar.
Kedua orang itu berhenti berbicara dan ponsel Alvero berbunyi saat ini, itu adalah panggilan telepon dari Hardi.
“Aku keluar untuk menjawab telepon dulu, permisi sebentar.”
Operasi Nabila akan segera dimulai, Hardi bertanya apakah dia ingin ke sana, karena kali ini operasinya sangat kritis yang akan menentukan apakah Nabila akan bangun atau tidak nantinya.
Alvero duduk di depan Maria dengan wajah yang berat.
“Tuan Muda, jika kamu memiliki urusan, kamu bisa menyelesaikannya terlebih dahulu. Jika masih ada hal lain yang ingin kamu ketahui atau ada urusan apapun, kamu bisa meneleponku langsung. Ini kartu namaku, ponselku selalu hidup selama 24 jam.”
Maria memandang Alvero dengan ekspresi serius, mungkin dia sudah menebak apa yang sedang terjadi. Pada waktu yang tepat, dia mengeluarkan kartu namanya dan meletakkannya di depan Alvero yang membuat Alvero memandangnya sedikit lebih tinggi lagi.
Alvero tersenyum, mengambil kartu nama di tangannya, melihatnya dan menelepon nomor di atasnya.
“Aku tidak punya kartu nama, ini adalah nomor teleponku. Kamu bisa menyimpannya, lain kali kamu bisa memberitahuku lewat telepon jika ada masalah. Jangan gegabah seperti hari ini dan mengabaikan nyawamu sendiri.”
Maria ingat dia hampir tertabrak di jalan sebelumnya dan tersenyum malu, Dia hendak keluar untuk membayar, tetapi Alvero yang membayarnya terlebih dahulu.
Bagaimanapun juga uang yang dihabiskan hari ini untuk urusan pekerjaan, belum lagi, Maria adalah seorang gadis, bagaimana dia bisa keluar dan membiarkan wanita yang membayar.
Begitu keduanya berpisah, Alvero bergegas ke rumah sakit, operasi sudah dimulai dan Hardi sedang menunggu Alvero di pintu ruang operasi.
"Tuan Muda, ada ruangan yang didedikasikan untuk mengamati operasi, apakah kita akan masuk dan menunggu?"
Saat dia datang, Hardi buru-buru memberikan rencana operasi kepada Alvero, serta beberapa tenaga medis yang turut serta dalam operasi kali ini. Sejak seorang dokter Jerman datang untuk melakukan operasi tersebut, Alvero tidak pernah membiarkan dokter lain di rumah sakit untuk ikut campur.
Hal ini bukan berarti dia tidak percaya dengan keterampilan dokter dalam negeri, hanya saja setiap dokter memiliki kebiasaannya sendiri. Jika mengganti orang dengan gegabah, mungkin akan menyebabkan kesalahan dalam operasi.
Jika itu operasi bagian lain, mungkin dapat mempertimbangkannya, tetapi untuk operasi otak, jika terjadi sedikit kesalahan maka dapat menyebabkan bahaya yang tidak dapat diperbaiki.
“Kamu cukup mengawasinya saja. Jika ada masalah apapun, segera minta orang untuk memberitahuku, aku akan menunggu di bangsal."
Dia bukan seorang dokter, tidak dapat dengan tenang menghadapi saat tubuh manusia dibedah, apalagi orang yang terbaring di ruang operasi adalah Nabila.
Alvero yang kembali ke bangsal tidak bisa tidur sama sekali dan otaknya penuh dengan hal-hal yang berantakan. Di satu sisi karena percakapannya dengan Maria barusan yang membuatnya memiliki pemahaman baru tentang Keluarga He.
Yang lainnya adalah Quin dan tidak sulit untuk menilai apa yang ingin dia lakukan sekarang dari perilakunya setelah putus dengan Argus.
Alvero mau tidak mau mencurigai apakah Quin sudah mengetahui sesuatu? Tetapi selain orang tua kandung dan orang tua angkatnya yang mengetahui identitasnya, siapa lagi yang bisa memberitahunya kabar tersebut?
Jika menempatkannya di masa lalu, dia tidak sabar untuk menerkamnya saat wanita seperti Quin mengambil inisiatif untuk mendekatinya, tetapi sekarang dia merasa jijik saat melihat penampilan wanita-wanita ini untuk mendapatkan uang.
Ponsel Alvero terus berbunyi, ada pesan dari Quin dan juga dari teman sekamarnya.
“Ada apa denganmu? Kamu tidak masuk kerja setelah menghilang selama beberapa hari, jika kamu tidak menelepon kembali maka kami akan lapor polisi bahwa kamu hilang." Ini adalah pesan dari Norbert.
Kalau bukan karena mendengar berita tentang Alvero dari Stephanie sebelumnya, Norbert mungkin mengatakan hal itu sejak lama.
Alvero sangat percaya bahwa Norbert dapat melakukan hal semacam ini, dia dengan cepat meneleponnya. Begitu terhubung, dia langsung mendengar suara tiga orang dari sisi lain, sangat kacau dan tidak dapat mendengar apapun.
“Kalian semua mengatakannya sekaligus, aku bahkan tidak bisa mengerti sedikit pun.” Alvero sedikit tidak berdaya, tetapi juga sangat tersentuh. Ternyata beberapa orang akan khawatir ketika dia menghilang.
“Sudahlah, jika kamu punya waktu, cepat kembalilah. Quin seperti orang gila akhir-akhir ini, terus mengganggu kami. Jika bukan karena dia mantan pacarmu, kami sudah tidak bisa menahannya.”
Kata-kata Norbert membuat Alvero mengerutkan kening. Awalnya dia mengira Quin hanya mencarinya, tetapi dia tidak menyangka dia bahkan mengganggu teman sekamarnya untuk menemukannya.
Saat ini, Hardi meneleponnya dan Alvero dengan cepat meminta Norbert untuk mematikan telepon.
Suara Hardi datang dari sisi lain, "Tuan Muda, operasi Nabila sangat sukses. Jika tidak ada masalah lain maka dia bisa siuman dalam tiga hari."
Akhirnya tekanan di hati Alvero menghilang setelah mendengar berita tersebut. Kemudian dia lari dari bangsal ke pintu ruang operasi, tetapi Nabila telah dibawa ke unit perawatan intensif.
Awalnya dia ingin masuk bangsal untuk melihat Nabila, tapi dihentikan oleh seorang dokter Jerman.
"Dokter berkata bahwa luka Nabila masih belum sembuh dan dia harus tinggal di kamar steril sampai dia siuman untuk menghindari kemungkinan infeksi. Jadi selama jangka waktu ini akan menyusahkan tuan muda."
Suara Hardi datang dari jauh.
Semua ini untuk kebaikan Nabila. Alvero tentu saja tidak akan mengatakan apa-apa Setelah melihat Nabila sebentar di luar bangsal, dia meminta Hardi mengatur seorang sopir untuk mengantarnya kembali ke asrama.
Mobilnya berada di Nortbert, Alvero juga tidak bisa mengemudi dan setiap kali keluar juga menjadi masalah.
Novel Terkait
Pria Misteriusku
LylyBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesLove In Sunset
ElinaThe Great Guy
Vivi HuangYou're My Savior
Shella NaviEternal Love
Regina WangLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat