The Richest man - Bab 85 Tidak Bisa Menunggu

“haha.”

Brian yang berdiri di samping Marko tidak bisa menahan ketawa, bicara sambil menepuk bahunya.

“sudahlah, adik kecil, tidak perlu lepas, kakakmu ini ada.”

Di asrama, Norbert adalah bos, Brian adalah yang tertinggi kedua, lalu baru Alvero dan Marko dua adik kecil ini.

“hmph.”

Marko memonyongkan mulutnya dan memasang rupa yang sombong, dan bergumam.

“bagus ya Marko, melihatku malu begini, ada baju kenapa tidak dikeluarin sejak awal.”

Omelannya keluar dari mulut, Brian tertawa sambil menggelengkan kepala, memakaikan baju pada Alvero.

Untungnya bajunya adalah sebuah jaket, mudah untuk dikenakan.

Brian membantu menyelesaikan Alvero dengan cepat, baru bicara.

“apa kamu bisa jalan sendiri?”

Saat membicarakan ini, tangan Brian masih memegang Alvero dengan kencang.

Perasaan diperhatikan oeang seperti ini, sangat menyenangkan.

Lalu memutar kepala lagi untuk melihat Coco, Alvero merasa dia sangat kasihan.

Dibandingkan dengan dirinya yang dikelilingi oleh kehangatan bertahun-tahun, nasib Coco terlalu keras.

Tapi, walaupun lebih sulit lagi, Alvero malah melihat kebaikan yang paling tulus dari Coco.

“bopong aku, Norbert, kamu gendong dia.”

Tangannya menunjuk Coco, Alvero sengaja mengingatkan lagi.

Dengan kalimat ini, Norbert yang tadinya berencana memberikan Coco ke orang yang dibawa Paman Yadi, terpaksa membatalkannya.

Orang-orang ini sudah dikurung satu hari satu malam secara besar-besaran, tidak ada tempat untuk bebas sedikitpun.

Seketika kepalanya masuk ke udara segar, Alvero tidak bisa menahan untuk menghirupnya berkali-kali.

Bagus sekali, perasaan sesak di dadanya menghilang.

“Paman Yadi mana?”

Dasar orang tua ini, aku sudah menunggumu semalaman.

Mengorek hidungnya, Alvero mengelap tangannya tanpa ada moral.

Di sisinya, bawahan Paman Yadi yang melihatnya sampai matanya mau copot ke lantai.

“kalian ngapain sih? Apa sebegitu sulitnya ditanya?”

Aura tubuhnya keluar, Alvero juga terhitung punya sedikit kekuatan.

Dan kelompok orang-orang yang terbengong itu, seketika baru merespon.

“tuan muda, Paman Yadi sedang mengurus para bawahan Keluarga Sun itu.”

“oh, apa buktinya sudah didapatkan?”

Tidak tahu juga Mori bagaimana? Apakah dihajar oleh Fino dan orangnya.

Ada juga Beni yang rese, tidak tahu sudah mati atau belum.

“bawa aku pergi menemui Paman Yadi.”

“em.”

Rupa Alvero yang tidak bisa menunggu, membuat orang disampingnya agak kebingungan.

“anu, tuan muda, tadi Paman Yadi sudah pergi melihatmu.”

“untuk menghindari kamu jadi canggung, dia sengaja tidak kemari juga.”

“oh, begitukah?”

“iya.”

Alvero sangat jelas, para bawahan tidak berani bohong, hanya saja.....

“hanya bawa aku pergi menemuinya, sebegitu susahnya kah?”

“kami.....”

Beberapa orang saling bertatapan satu sama lain, baru ada orang yang berjalan keluar, bicara dengan wajah takut.

“tuan muda, Paman Yadi tahu kondisi tubuhmu, sengaja menyuruh kami untuk cepat mengantarmu pulang.”

“oh.”

Alvero menganggukan kepala mengenai ini.

Para bawahan di sekitar melihatnya, hatinya langsung merasa lega.

Mau bagaimana lagi, kalau tuan muda He ngotot ingin pergi, dia dan yang lainnya tidak boleh menolak, tapi Paman Yadi sudah memberi perintah duluan, itu juga bukan hal yang bisa ditolak oleh dia dan yang lainnya.

Saat semuanya baru merasa lega, Alvero bicara sambil seperti tersenyum namun tidak tersenyum juga.

“lalu kalau aku ngotot ingin pergi?”

“tuan muda.”

Seiring Alvero selesai bicara, langsung ada bawahan yang tidak tahan untuk berteriak.

Ya ampun, ini semua apa dengan apa sih?

Baru saja merasa lega, tapi akhirnya.....

“kenapa?”

Alvero tidak peduli bagaimana ekspresi orang ini, langsung bicara demikian sambil memegang rahang bawahnya.

Rupanya yang meremehkan, seketika membuat para bawahan meningkatkan pertahanan.

“itu itu.....”

Ada yang lebih pintar, langsung melompat keluar untuk menolong orang ini.

“tuan muda, Paman Yadi yang.....”

Tidak disangka, ucapannya ini masih belum selesai, Alvero tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.

Dia juga tidak peduli betapa anehnya ekspresinya sekarang, langsung melepaskan tangan Brian dua orang yang membopongnya, lalu maju kedepan dan menginterogasi.

“kenapa? Apakah ucapanku yang seorang tuan muda Keluarga He tidak bisa dibandingi dengan Paman Yadi.”

“ini, ini juga bukan.....”

Semuanya bilang emosi tuan muda Keluarga He lembut, sangat baik terhadap orang, kenapa sekarang.....

Apakah karena dikurung semalaman, jadi sifatnya berubah?

Wajah orang ini memucat, Alvero mana mungkin tidak bisa melihatnya dengan jelas.

Jujur saja, kalau bukan karena beberapa brengsek yang dibodohi orang untul menjual nyawa, Alvero juga tidak akan begini.

Lagipula, keamanan hidupnya berikutnya berharap pada beberapa orang itu.

Hatinya berpikir sampai sini, Alvero juga tidak ragu, langsung berkata.

“pimpin jalannya, cepat.”

“ini.....”

Orang yang keluar pertama kali masih ingin mengatakan sesuatu, tapi dipotong oleh yang pintar itu.

“tuan muda, silahkan.”

Selesai bicara, orang ini bahkan mengeluarkan pose untuk mempersilahkan.

“hm, lumayan, pintar juga.”

Karena orang ini memberi martabat padanya, dan begitu pintar pula, Alvero juga tidak segan untuk memberi pujian.

Mungkin saja suatu hari nanti, dirinya masih bisa membantunya.

Orang ini tidak tahu apa yang dipikirkan hati Alvero, tapi bisa dipuji oleh tuan muda Keluarga He, dia juga sudah sangat senang.

Sekarang siapa yang tidak paham, tuan muda yang baru dikenal kembali adalah harta karun Keluarga He.

Bahkan tuan besar He lumayan menghormatinya, apalagi bawahan yang begitu kecil.

Tapi, orang ini juga tahu, jadi orang tidak boleh melupakan akarnya.

“semuanya karena diajar dengan baik oleh Paman Yadi.”

Ya, Alvero sangat suka mendengar kalimat ini.

Hanya dengan ucapan orang ini, Alvero sudah bisa melihat kualitas dirinya.

Setia, dermawan, merupakan tunas yang bagus, kalau bisa digali.....

Mulutnya memasang ekspresi yang enak dilihat, Alvero yang punya ide buruk di hatinya, bertanya nama bawahan ini dengan senang.

“siapa namamu?”

“Soba.”

Orang di sekitar semuanya tahu, sebagian kepala atasan menanyakan namanya, mungkin melihat kebaikan dirinya.

Ini adalah sebuah kesempatan bagus untuk berkembang, Soba mana mungkin melewatinya.

“Soba ya? Mudah diingat, nama yang bagus.”

Perasaannya bahagia, kelihatannya temanku ini dikirimkan oleh langit untuknya.

Kalau tidak, kenapa dia yang tidak terlalu pandai mengingat nama, malah bertemu dengan seorang Soba.

Tidak boleh, sudah susah payah bertemu orang yang begitu berjodoh dengannya, nanti pokoknya harus menjilat Paman Yadi.

Tapi, sebelum itu, harus menanyakannya pada orang ini dulu.

“Soba, kalau menyuruhmu mengikutiku, apa kamu bersedia?”

Alvero tidak melakukan pemaksaan pada orang, selama Soba mengatakan tidak bersedia, atau wajahnya menunjukkan ekspresi yang tidak senang, Alvero akan langsung menghilangkan idenya.

Tapi, melihat Soba di hadapannya sekarang, di wajahnya selalin ragu, tampaknya tidak ada ekspresi lainnya.

“ada apa? tidak bersedia atau ada kesulitan lainnya? Coba katakan.”

Novel Terkait

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu