My Beautiful Teacher - Bab 99 Shao Lin Chang Quan
Instruktur Louis menatapku dan berkata: “Tenanglah, tunggu sampai waktu yang tepat, aku akan mengajarimu trik-trik ini.”
Hatiku merasa senang, hari ini melihat Bobby menggunakan trik seperti itu mengubah kekalahan menjadi kemenangan, ini membuatku sangat terkejut.
Meskipun gerakan seperti itu tidak dapat dilakukan dalam kompetisi, tapi bagi seorang seniman bela diri sangat tertarik dengan trik yang mematikan ini.
Setelah makan, para siswa yang sudah tersingkir bisa beraktivitas secara bebas.
Instruktur Louis tidak mengizinkan mereka pulang, katanya dapat menggunakan kesempatan ini untuk menonton lebih banyak pertandingan, lagi pula, masih ada ratusan kontestan yang tersisa, semuanya adalah peserta yang luar biasa, acara ini adalah kesempatan belajar yang sangat langka,
Sedangkan kami berempat yang telah masuk ke babak berikutnya, instruktur Louis mengumpulkan kami untuk latihan.
Materi yang diajarkan Instruktur Louis malam ini sangat berbeda dengan biasanya, dia tidak meminta kami melatih gerakan, tapi meminta kami duduk bermeditasi.
Ya, ini adalah praktik meditasi dalam agama Buddha.
Instruktur Louis menjelaskan bahwa hanya dengan menenangkan diri dan tidak terganggu oleh dunia luar, baru dapat menunjukkan kekuatan terbaik.
Tapi sangat sulit untuk menenangkan diri, duduk diam di sana, hatimu tidak akan tenang sama sekali, meskipun hanya ada sedikit suara, juga akan terganggu dan hatimu akan melayang pergi.
Kami berlatih selama tiga jam, aku merasa sangat rileks, tapi Arif yang duduk di sebelahku hampir tertidur.
Dia ditegur oleh Instruktur Louis, dan menundukkan kepalanya, tidak berani mengucapkan sepatah kata pun.
"Oke, kita berhenti di sini hari ini, rasakanlah dengan hati kalian sendiri, hati tenang tidak hanya akan membantu dalam pertandingan, tapi juga dapat memainkan peran besar dalam hidup sehari-hari, di saat mencapai keadaan di mana kamu tidak merasa senang ataupun kecewa terhadap sesuatu, maka tidak ada alasan gagal dalam melakukan apapun." Instruktur Louis berkata.
Setelah kembali ke kamar, Arif mandi dan tidur.
Aku duduk bersila di ranjang dan lanjut meditasi duduk menurut cara yang diajarkan Instruktur Louis.
Perlahan-lahan pikiranku bersatu, dan mencapai ketenangan.
Aku duduk selama tiga jam, saat itu sudah jam dua pagi, dan aku merasa sangat semangat, aku sendiri juga merasa luar biasa.
Suara dengkuran Arif sangat berisik.
Lalu aku pergi mandi dan tidur.
Keesokan paginya, di bawah pimpinan Instruktur Louis, semua orang bergegas ke tempat pertandingan.
Sama seperti hari pertama, kami harus mengambil undian dulu, baru memulai duel resmi, aku tidak menyangka begitu naik langsung terdengar namaku.
Lawanku adalah murid dari Dojo Rikudo di Kota D, bernama Ziga, terkenal dengan Shaolin Chang Quan.
Instruktur Louis mengatakan pemilik Dojo Rikudo adalah seorang murid awam Shaolin, dan siswanya telah menembus perlombaan utama selama tiga tahun berturut-turut.
Dan lawanku Ziga sudah pernah memasuki babak final tiga tahun lalu dan hampir masuk ke pertandingan utama.
Tiga tahun telah berlalu, kekuatan Ziga tentu telah meningkat, bukanlah seseorang yang dapat dibandingkan dengan siswa baru yang baru berlatih selama beberapa bulan seperti diriku.
Mengenai pertandingan kali ini, bahkan Instruktur Louis juga tidak terlalu optimis, dia memintaku cukup menggunakan kekuatan seperti biasanya, menang atau kalah tidaklah penting.
Bobby, Arif, dan Armin yang telah maju bersama kami, menonton dari pinggir lapangan.
Kali ini, banyak siswa kelas dua dan tiga bersorak untukku, membuatku merasakan persatuan kolektif.
Sebelum masuk ke lapangan, Ladira berkata, "Wenas, hati-hati, jangan terlalu memaksa dirimu."
Aku mengangguk dan melangkah maju.
Dan Ziga juga naik ke atas.
Dia adalah seorang pemuda berpenampilan biasa, tidak terlalu tinggi, terlihat tidak mencolok, sangat berbeda dengan sosok Drake.
Tapi semakin begini hatiku semakin waspada.
Karena mereka yang maju melalui ronde pertama sangat kuat, dan dia juga sebagai peserta yang hampir memasuki pertandingan utama tiga tahun yang lalu.
Dia menyapa dengan sopan: "Halo, namaku Ziga, berasal dari Dojo Rikudo di Kota D."
"Halo, namaku Wenas, aku berasal dari Organisasi Wushu di Kota C."
Keduanya saling menyapa, dan saling hormat setelah mendengar peluit wasit.
Keduanya waspada dan tidak segera bertindak, tapi berputar dan mengamati lawan.
Beberapa detik kemudian, Ziga bergegas maju dengan kedua tinju dan menyerang bersama, gerakannya yakin dan tegas.
Aku terkejut, tidak berani menangkis, dan buru-buru mundur, lalu mengangkat kaki untuk melawan dan menendang perutnya.
Tidak menyangka Ziga tidak hanya menghindarinya, tapi malah mempersempit jarak denganku, dan memukul dadaku,
Kecepatan Ziga sangat cepat, aku segera menangkis, kedua tanganku menyilang, kemudian menerima tinjuan yang kuat.
Tanganku tiba-tiba terasa kebal dan pegal, lalu mundur dua langkah di bawah pengaruh kekuatannya yang luar biasa.
Tidak menungguku bereaksi, Ziga tiba-tiba melompat dan menendang dengan kedua kaki, aku merasakan tendangan di dadaku dan tiba-tiba jatuh, membentur batas lapangan dengan keras, dan hampir jatuh keluar lapangan.
Sebelum aku bangun, Ziga terus bergegas dan menendangku.
Aku terkejut dan merasakan krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya, dia ingin mengeluarkanku dari lapangan.
Pada saat kritis, aku mengertakkan gigi, menahan rasa sakit, dan tiba-tiba berguling ke samping, Secara kebetulan, aku lolos dari tendangannya, Pada saat yang sama, aku juga berguling masuk ke lapangan.
Ziga terus bergegas ke arahku.
Aku berguling beberapa kali di tanah, melihatnya tidak menyerah, hatiku tiba-tiba tersentuh, tubuhku tiba-tiba bergerak di tanah, dan menendang kakinya yang mengarah ke arahku.
Ketika kedua kaki bertendangan, ekspresi Ziga sedikit berubah, dia terhuyung dan mundur beberapa langkah, mungkin dia tidak terduga aku memiliki kemampuan untuk melawan, dia menunjukkan sedikit kejutan.
Dan aku mengambil kesempatan ini untuk berdiri.
“Hey, kemampuanmu lumayan bagus.” Ekspresi Ziga tenang, dan penuh percaya diri.
Teman-teman di luar lapangan bersorak untukku.
Bobby berkata: "Hanya dengan kemampuanmu itu, cepatlah mengalah dan pergi."
Jejak kemarahan muncul di hatiku, aku tidak melihat Bobby, tapi berusaha menenangkan pikiranku, kemudian memejamkan mata, dan mengingat metode meditasi duduk yang diajarkan Instruktur Louis tadi malam, berusaha menjaga diriku tetap tenang dan tidak terganggu oleh apapun di luar.
Perlahan-lahan, suara di sekitar sepertinya tidak terdengar, semuanya menjadi sangat sunyi, dan aku bisa merasakan napasku sendiri.
Sepertinya aku mendengar suara menerobos udara.
Ketika membuka mata, tinjuan Ziga ada di depanku, hanya berjarak beberapa sentimeter dariku.
Pada saat ini, aku tidak hanya tidak merasakan ketegangan atau ketakutan, malah merasa tenang di hatiku, seolah-olah semuanya punya jawaban.
Ini semacam pencerahan jiwa, dan rasanya sangat luar biasa yang tidak dapat dijelaskan.
Aku mengulurkan tanganku, mengeluarkan tinjuan yang sangat biasa, tidak terlalu cepat, tapi aku malah menangkis tinjuan Ziga ke samping dan menghilangkan kekuatan dari tinjuannya.
Aku mengambil satu langkah, menarik dekat jarak dengannya, dan meninju wajahnya.
Wajah Ziga tiba-tiba berubah, dan terburu-buru mundur.
Aku sepertinya memiliki wawasan tentang langkah selanjutnya, saat dia mundur, aku melompat dan menendang dadanya dua kali dengan kakiku.
Dia tidak bereaksi sama sekali, merasakan tendanganku yang kuat, dan terjatuh dengan dengusan.
Ketika jatuh ke tanah, wajahnya memerah, dia mengertakkan gigi dan bangun, ekspresinya terkejut dan marah, dia ingin bergegas untuk melanjutkan pertandingan, tapi wasit meniup peluit dan berteriak: "Peserta Ziga jatuh ke luar lapangan, babak ini dimenangkan oleh Wenas."
Wajah Ziga menjadi pucat, dia menundukkan kepala melihat ke bawah, dia benar-benar berada beberapa sentimeter dari garis lapangan.
Dia membuka lebar matanya, dan tertegun berdiri di tempat, lalu menatapku dengan tatapan kesal.
Novel Terkait
Cinta Seorang CEO Arogan
MedellineMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniMy Lady Boss
GeorgeGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraKisah Si Dewa Perang
Daron JayMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang