My Beautiful Teacher - Bab 100 Mencapai Ketenangan
Akhirnya aku kembali sadar dari keadaan tenang dan indah itu, dan bahkan diriku juga merasa tidak berani percaya.
Aku tidak tahu apa yang telah aku lakukan, berapa banyak kekuatan yang telah aku gunakan, atau seberapa cepat gerakanku, sehingga benar-benar memenangkan Ziga, dan mengejutkan semua orang.
Aku melihat ke arah penonton, tidak peduli itu rekan Ziga atau orang-orang di pihak kami, semuanya sangat terkejut, sampai sekarang baru bereaksi dan bersorak.
Ekspresi Bobby sangat luar biasa, seolah-olah telah melihat hantu, dia tertegun di tempat seperti sebuah patung.
Bahkan Instruktur Louis yang selalu tenang, juga penuh kejutan.
Butuh waktu lama bagi Ziga untuk menerima kenyataan ini, dia menghela nafas dan berkata padaku: "Aku kalah, Wenas, aku berharap masih punya kesempatan untuk bertarung denganmu."
Dia berbalik dan berjalan keluar dari lapangan, rekannya mulai berisik dan tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya.
Mereka mungkin tidak menyangka dia akan tersingkir di putaran kedua.
Melihat punggung Ziga, hatiku memiliki perasaan rumit.
Dari segi kekuatan sebenarnya aku pasti tidak bisa mengalahkannya, dan setelah menendangnya, dia bisa langsung berdiri tanpa terpengaruh sama sekali, aku bisa membayangkan kekuatannya yang kuat, tapi untungnya dia jatuh keluar dari lapangan, kalau tidak, hasilnya benar-benar sulit diketahui.
Setelah keluar dari lapangan, semua orang bersorak, bahkan Instruktur Louis juga menunjukkan jempolnya untukku.
Beberapa ronde berikutnya adalah giliran Arif dan lainnya.
Arif dan Armin tidak bisa menahan lawan mereka yang kuat, akhirnya tersingkir.
Ketika berkompetisi, awalnya Bobby juga dalam keadaan buruk, tapi dia menggunakan trik Taekwondo pada saat kritis.
Kelihatannya seperti Taekwondo, tapi ada beberapa bayangan Sanda, dan ada beberapa gaya seperti gaya pedang yang pernah kami latih sebelumnya.
Instruktur Louis berada di sebelahku, dan berkata: "Benar-benar tidak menyangka Bobby akan mengintegrasikan beberapa trik, semua ini dia mempelajarinya sendiri, Wenas, bakatnya tidak lebih buruk darimu, tapi anehnya, aku belum pernah melihatnya sekuat ini sebelumnya, apa mungkin karena terstimulasi olehmu?"
"Terstimulasi olehku?" Aku berkata dengan terkejut.
"Bobby memang merupakan bibit yang bagus, tapi sebelumnya dia tidak pernah begitu rajin latihan, kecepatannya belajar seni bela diri lebih cepat dari lainnya, setelah menjadi peringkat pertama di kelas tiga, dia sangat sombong dan tidak lagi bekerja keras, tapi tanpa terduga dia akan dikalahkan oleh kamu sebagai siswa baru, aku merasa kamu menjadi motivasi terbesar untuk merangsang potensinya." Instruktur Louis berkata.
Aku juga mengagumi gerakan yang dikeluarkan Bobby, dan tidak menahan diri mengangguk, hatiku merasa sangat terkejut.
Kemudian Instruktur Louis menganalisa bahwa lawannya di lapangan tidak sekuat Ruli di babak sebelumnya, kalau ini terus berlanjut, Bobby seharusnya akan menang.
Seperti yang diduga Instruktur Louis, sekitar lima menit kemudian, Bobby menemukan kesempatan untuk mengangkat lawannya ke bahu, dan membanting ke tanah dengan kuat, lawannya tidak bisa bangun untuk waktu yang lama.
Wasit menghitung sepuluh detik dan menyatakan bahwa Bobby menang.
Sejauh ini, Organisasi Wushu hanya tersisa aku dan Bobby yang berhasil masuk ke babak ketiga.
Setelah makan siang, Instruktur Louis memanggilku untuk mengatakan sesuatu: "Tahukah kamu bagaimana kamu mengalahkan lawan di pagi tadi?"
Aku menggelengkan kepalaku, kemudian memberitahu Instruktur Louis tentang keadaan luar biasa yang aku alami.
Instruktur Louis sangat terkejut dan tidak menahan diri mengagumi: "Tanpa terduga, aku baru mengajarimu meditasi tadi malam, hari ini kamu langsung memasuki keadaan meditasi, memasuki keadaan ketenangan, pikirannya bisa menjadi jernih, mampu mengerahkan potensi terbesar seseorang, dan juga bisa menangkap langkah lawan selanjutnya berdasarkan tindakan lawan, Keadaanmu juga terangsang saat dalam krisis, dengan kekuatanmu saat ini, meskipun sangat beruntung telah memasuki keadaan ketenangan, tapi ini merupakan fenomena tanpa peringatan, tanpa pelatihan jangka panjang, aku khawatir kamu tidak dapat mengendalikan dirimu sendiri."
Setelah mendengar, aku sangat senang bisa memasuki keadaan seperti ini, dan di sisi lain aku juga merasa khawatir dengan masalah yang dikatakan Instruktur Louis.
Musuh di babak selanjutnya akan lebih kuat, kalau kamu tidak dapat mengendalikan dirimu, bukankah itu sangat bahaya?
Instruktur Louis menyuruhku duduk dan mencoba lagi, dapatkah aku mencapai keadaan ketenangan.
Aku mengikuti kata-kata Instruktur Louis dan duduk selama satu jam, tetap tidak merasakan perasaan yang luar biasa seperti yang aku rasakan tadi pagi.
Instruktur Louis menghela nafas: "Kamu sudah sangat hebat, dulu aku butuh dua bulan untuk memasuki keadaan ketenangan untuk pertama kalinya, terlalu sedikit waktu yang tersisa untukmu, kalau aku mengajarimu sebelumnya, mungkin kamu sudah bisa menguasainya."
“Lalu apa yang harus aku lakukan, lawan berikutnya pasti akan lebih kuat.” Aku berkata dengan cemas.
“Aku sangat puas kamu bisa masuk ke babak ketiga, Jangan terlalu membebani dirimu, cukup lakukan yang terbaik, Bagaimanapun juga, kali ini kita datang hanya untuk melatih diri, untuk menyerap pengalaman dan mengupayakan hasil yang baik dalam kompetisi pencak silat nasional tiga tahun yang akan datang."
Kata-kata Instruktur Louis membuat hatiku merasa lebih lega.
Ya, aku baru belajar seni bela diri kurang dari tiga bulan, bisa menembus babak ketiga di antara lebih dari 1.000 peserta, dan menjadi salah satu dari 300 pemain tingkat lanjut.
Kompetisi tingkat Nasional memang kuat seperti naga, aku benar-benar tidak berani bayangkan seberapa kuat lawan di dua babak berikutnya.
Mungkin hanya master seperti Diego yang bisa menerobos pengepungan dan memasuki pertandingan
Babak ketiga dimulai pada sore hari, tanpa terduga Bobby akan ketemu Jack.
Jack berdiri dengan ekspresi percaya diri dan tenang di wajahnya, sementara penonton di bawah panggung adalah siswa dari Dojo Sangha dan bersorak untuknya.
Mikasa juga berdiri di antara mereka.
Mikasa tersenyum dan berkata: "Kebetulan sekali, aku tidak menyangka temanmu akan bsrtemu dengan Jack."
Aku tersenyum dan mengangguk: "Benar-benar kebetulan sekali."
"Jack terkenal dengan kecepatan serangan, rekanmu harus hati-hati."
Ladira datang, tersenyum menyapa Mikasa, dan bertanya: "Apakah Jack sangat hebat?"
Mikasa tidak menjawab secara langsung: "Diperkirakan masuk sepuluh besar finalis tidak akan menjadi masalah."
Wajah teman-teman di sebelah terlihat buruk ketika mendengar ini.
Tapi Rizal tersenyum dan tidak menyetujuinya: "Nona, kamu cukup yakin terhadap temanmu, tapi dalam sebuah kompetisi harus membuktikannya dengan kekuatan, Tuan muda Santoso juga merupakan seorang pejuang yang sangat kuat."
Mikasa melirik Rizal dan tidak melayaninya, dia memilih untuk mengabaikannya, dan malah berbicara denganku dan Ladira, Rizal sangat kesal.
Bobby dan Jack sudah mulai membuat persiapan.
Jack berkata dengan tenang, "Tidak terduga akan bertemu dengan siswa dari Organisasi Wushu, awalnya aku berharap bisa bersaing dengan Wenas, tapi tanpa terduga akan bertemu orang lain, Sayang sekali."
"Bocah kecil, jangan terlalu sombong, Wenas bahkan tidak memenuhi syarat untuk mengangkat sepatuku, aku akan menghajarmu hari ini." Bobby mendengus berkata.
"Hehe, kalau begitu harus melihat apakah kamu memiliki kemampuan ini." Jack tersenyum berkata.
Seiring peluit wasit, keduanya bergerak dalam waktu bersamaan.
Novel Terkait
Sang Pendosa
DoniLove Is A War Zone
Qing QingSi Menantu Dokter
Hendy ZhangAdieu
Shi QiMenaklukkan Suami CEO
Red MapleMr Huo’s Sweetpie
EllyaLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyHusband Deeply Love
NaomiMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang