My Beautiful Teacher - Bab 53 Diva Masa Depan
Satu kalimat yang diucapkan Tony ini membuatku dan Fela sangat terkejut.
Hatiku lebih terasa marah, bukan hanya tidak memandang orang lain, saat ini dia juga memaksaku dan Fela untuk berpisah.
“Mengapa kamu berkata seperti itu.” Aku mengerutkan alis, berkata dengan marah.
Tony mendengus, terlihat malas mempedulikanku.
Aku murka hingga hampir memecahkan gelas.
Fela segera menahanku dan berkata "Keledai, kamu jangan emosi dulu, Pak Tony pasti ada alasannya mengatakan ini.”
Kemudian, dia pun segera berkata kepada Tony "Maaf, Pak Tony, pacarku memiliki sifat yang seperti ini, tolong kamu jangan masukan ke dalam hati.”
Tony menggoyang gelas yang berisi anggur merah itu, dia menyesapnya singkat, sama sekali tidak peduli dan berkata “Dia bukan siapa-siapa, aku sama sekali tidak akan memasukkannya ke dalam hati. Kebalikannya kamu, jika kamu bisa menjadi salah satu bagian dari perusahaan kami, aku percaya kamu bisa menyesuaikan dan membuat lagu milikmu sendiri, ditambah dengan kemampuan perusahan kami yang bisa membuat menjadi bintang terkenal, aku percaya kamu adalah seorang diva besar yang selanjutnya.”
Ketika mengatakan ini, Tony pun menjadi bersemangat bahkan tangan dan kakinya mulai bergerak.
Fela menatap Tony dengan gembira, ada pandangan yang membara berkilau di dalam matanya, tidak bisa menahan diri dan mengepalkan tangan.
Tony meneruskan dan berkata "Kamu pikirkan saja, jika kamu bisa menjadi penyanyi bintang yang sesungguhnya, gerombolan wartawan akan berusaha sekuat tenaga membongkar berita ekslusif milikmu dan pengalaman masa lalumu, ketika mengetahui kamu memiliki pacar yang emosional, tidak berguna dan pecundang. Menurutmu bagaimana media akan melaporkannya, pada saat itu perjalanan karirmu akan langsung hancur sepenuhnya. Apakah kamu mengerti? Sehingga perusahan melarang artis yang menandatangani kontrak dengan perusahaan untuk tidak boleh berpacaran, jika tidak, maka akan dianggap melanggar kontrak. Bagi artis yang sebelum menandatangani kontrak sudah memiliki pasangan juga harus berpisah.”
Mendengar perkataan ini, Fela langsung terdiam.
Aku dengan marah berkata "Fel, jangan dengarkan perkataan omong kosong dari orang ini.”
Tony tersenyum dingin dan berkata "Bocah, kamu seharusnya tahu diri, kamu lihatlah dirimu sendiri, aku sangat percaya dengan Nona Fela, dia pasti bisa menjadi penyanyi bintang masa depan dan kamu hanyalah seorang pecundang yang emosinya masih meledak-ledak, hanya demi sifat posesif dirimu sendiri, sama sekali tidak peduli dengan perasaan pacarmu, saat ini kamu sama sekali tidak cocok untuk menjadi pacar dari Nona Fela, jika kamu tahu diri, aku sarankan lebih cepat meninggalkannya, dia sudah ditakdirkan menjadi orang yang berbeda dunia denganmu.”
“Aku adalah kekasih Fela, ketidakcocokan di antara kami, tidak perlu seorang asing untuk memicu pertengkaran di antara kami.” Aku berkata dengan marah.
Tony mendengus singkat, bangkit berdiri dan berkata "Nona Fela, aku rasa kamu membawa pacarmu ini malam ini ke bar adalah sebuah pilihan yang tidak bijaksana, aku tidak ingin mengobrol lebih lama lagi dengan seorang yang pecundang yang tidak ada harganya ini, hanya akan menghabiskan waktuku saja. Jika kamu benar-benar ingin menjadi penyanyi, telepon aku, kita bisa mencari waktu luang untuk bertemu dan mengobrol, hanya kita berdua saja, ini adalah kartu namaku. Sampai jumpa.”
Setelah mengatakannya, Tony meletakkan kartu nama, membalikkan badan dan pergi.
“Benar-benar maaf ya, Pak Tony” Fela mengambil kartu nama dan langsung meminta maaf.
Tony sudah pergi, namun emosiku masih belum hilang, aku pun berkata kepadanya "Aku lihat kamu sudah terpesona akan mimpimu menjadi penyanyi, semua perkataan yang dia katakan pun kamu percayai.”
“Apakah aku percaya, Wenas? Bisakah kamu tenang, kamu pulang saja terlebih dahulu, masalah ini untuk sementara sampai disini, aku harus melanjutkan pekerjaanku.”
Setelah mengatakannya, Fela bangkit berdiri dan pergi.
Dia tidak langsung pergi menyanyi di atas panggung, namun pergi ke belakang panggung.
Hatiku saat ini terasa sedikit sedih dan depresi, menghela nafas dan kemudian bangkit berdiri dan meninggalkan tempat ini.
Aku takut jika aku tidak pergi, Fela pun tidak akan keluar untuk beryanyi.
Aku tidak memanggil taksi untuk pulang, namun berjalan di pinggir jalan di malam yang gelap, dalam hatiku memikirkan perkataan yang Tony ucapkan di dalam bar.
Fela memang memiliki mimpinya dan karena itu dia terus berjuang dan berusaha keras, jika perusahan music Tony benar-benar berkeinginan untuk bekerja sama dan menandatangani kontrak dengannya, apakah aku bisa demi dia dan memilih untuk meninggalkannya.
Jika tidak menyerah, aku hanya akan menjadi sebuah batu sandungan di perjalanan menuju mimpinya, seorang pria yang egois dan hanya memperdulikan diri sendiri.
Hatiku terasa sedikit berantakan, di pinggir jalan menemukan sebuah kedai dan meminum banyak alkhohol.
Aku minum hingga pukul sepuluh malam, ketika sudah jelas sedikit mabuk, aku baru membayar dan pergi.
Ketika sedang minum alkohol, aku memikirkan banyak hal, tidak peduli apa yang dikatakan, ketika pulang nanti aku akan meminta maaf terlebih dahulu kepada Fela.
Tidak peduli apa yang akan dia pilih di kemudian hari, namun saat ini tidak bisa karena masalah ini dan mempengaruhi asmara kami berdua.
Dan pada pertengahan jalan, aku justru melihat tiga orang preman dengan rambut yang tidak biasa sedang menggoda dan menghentikan seorang wanita di sebuah pohon di samping jalan.
“Nona, temani kakak main ya, kami pasti akan membuatmu menjadi sangat puas.“
“Ya, memakai pakaian dengan sangat menggoda, pasti keluar untuk menggoda pria-pria kan.”
“Ayolah, jangan malu-malu.”
Ketiga orang itu memiliki aroma tubuh yang dipenuhi alkohol, dengan ekspresi yang mabuk, terlihat jelas mereka terlalu banyak minum dan berani menggoda seorang wanita baik-baik di pinggir jalan.
Aku terkejut, melihat kejadian ini, tentu saja tidak bisa tinggal diam dan langsung melangkah cepat mendekat, dengan suara yang kencang berteriak “Hei, apa yang kalian lakukan.”
Ketika aku mendekat, aku menemukan wanita yang mereka goda itu bukan hanya memiliki wajah yang cantik, namun ternyata adalah penghuni baru di kediamanku, Lastri Wahyuni.
Lastri mengenakan rok sutra hitam yang pas di tubuhnya, menyelimuti tubuhnya yang anggun dan indah, dua kaki yang panjang ditutupi oleh stocking berwarna hitam membuatnya sangat menggoda dan dia juga mengenakan sepatu hak dengan tinggi sepuluh centimeter, yang menunjukkan lekuk tubuhnya yang sempurna.
Untuk riasan, dia juga menggunakan riasan tebal yang glamor. Dengan bibir merah menyala yang menarik hati dan jiwa. Tampilannya sangat berbeda dengan biasanya, membuatku mengenal sisi Lastri yang tidak dikenal oleh orang lain.
Dia pada awalnya sudah sangat gugup, namun ketika melihatku, langsung terpancar kejutan yang menggembirakan di wajahnya "Tuan Rumah“
“Hei bocah, apa urusanmu, pergi dari sini.”
“Astaga, ternyata saling kenal, jika kenal pura-pura tidak mengenal, jika tidak kamu akan mendapat akibatnya.”
Seorang bajingan yang lain bahkan mengeluarkan sebuah pisau lipat, menggunakan pandangan yang dingin memelototiku.
Karena masalah Tony barusan, malam ini aku menyimpan kemarahan yang besar, tidak menyangka bisa bertemu dengan tiga orang bajingan yang matanya tidak terbuka.
Walaupun salah satu dari mereka memegang pisau lipat, namun aku yang meminum alkhohol, bergantung dengan alkohol, sama sekali tidak takut dan dengan dingin berkata "Lepaskan temanku, jika tidak aku akan melaporkan kepada polisi.”
“Sialan, masih berani melapor polisi, cari mati ya.”
Ketiga bajingan itu berteriak dan pada waktu yang hampir bersamaan maju ke depan.
Aku menaikkan kaki dan menendang bajingan yang berada di paling depan, menendang ke arah perutnya.
Bajingan itu berteriak dan terbang ke belakang.
Kemudian aku merasakan sebuah aura yang dingin yang menyerang ke arah sisi tubuhku.
Wajahku berubah, dengan tangan yang secepat kilat, dengan kecepatan yang paling cepat menggenggam pisau lipat yang mengarah ke pinggangku.
Pisau lipat itu terhenti dengan jarak lima centi dari tubuhku.
Bajingan itu masih ingin bergumul denganku dan kutinju mukanya, dia langsung menutupi hidungnya, tersandung dan jatuh ke belakang.
Seorang yang tersisa ingin menyerangku dari belakang, aku menghindar dengan menggerakkan pinggang, membalas dengan memberi pukulan dan memukul lehernya.
Pria itu langsung terhenti, menutupi lehernya dan terjatuh.
Dan Lastri yang bersandar di sisi pohon melihat aku yang dalam sekejap membereskan tiga orang bajingan, menatapku dengan tercengang, pandangannya berkilau.
Novel Terkait
Mendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniMy Enchanting Guy
Bryan WuSomeday Unexpected Love
AlexanderLelaki Greget
Rudy GoldMy Cute Wife
DessyPengantin Baruku
FebiTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang