My Beautiful Teacher - Bab 13 Orang Aneh
Ramya berbaring diatas ranjang dengan membelakangi suaminya, hampir saja membuat Awang terbangun, maka dari itu gerakannya pun melambat, masihlah dengan sekuat tenaga ia menggigit bibir merahnya itu, menampilkan ekspresi wajah yang kesakitan namun juga menikmatinya.
Roknya tersingkap juga karena dirinya sendiri yang tak berhenti bergerak dan tubuhnya yang menggeliat perlahan-lahan bergerak naik.
Akan tetapi dia masih berusaha keras menutupi bokongnya, hanya dapat terlihat tangan yang halus dan lembut sedang bergerak dengan beraturan.
Tangannya yang lainnya pun menjulur masuk ke dalam bagian leher bajunya, dengan nakal ia memainkan buah dadanya sendiri, di bawah baju tidurnya ia mengubah-ngubah berbagai macam gaya.
Aku pun menelan air liur dengan sekuat tenaga, tanpa dapat ditahan aku pun melepaskan celana, milikku pun sudah mengeras bagaikan besi.
Aku tak dapat menahan untuk mengambil ponsel, kemudian mengirimkan sebuah pesan untuk Ramya : "Kamu sedang apa?"
Yang dimana pesan itu sama sekali tidak di balas oleh Ramya, seolah-olah telah tenggelam di dalam dunianya sendiri dan tidak dapat melepaskan diri.
Awalnya aku ingin menggoda dia, karena dia tidak membalas maka aku pun meletakkan ponselku, akhirnya karena tidak dapat mengendalikan diri lagi aku pun di depan laptop sambil memandangi monitor juga mulai memuaskan diri sendiri.
Ramya mengigit bibirnya, tubuhnya pun tergulung secara bersamaan, sambil sedikit menggeliat, gerakan tangannya yang berada di bawah roknya pun semakin cepat.
Sementara tanganku juga mengikuti gerakan Ramya dan terus-menerus menambah kecepatan, sambil berimajinasi aku sedang menindih tubuhnya dan dengan cepat bergerak keluar masuk pada bagian bawah tubuhnya.
Kami berdua meskipun terbatas pada sebuah monitor, akan tetapi pada saat itu di dalam hatiku sebaliknya malah seperti dapat merasakan perasaannya.
"Aku mencintaimu, Ramya." aku pun mengatakan hal tersebut di depan monitor.
Akhirnya Ramya sudah tidak dapat menahannya lagi, kedua kakinya tiba-tiba terbuka, ia mengangkat bokongnya untuk mengencangkan tubuhnya, gerakan tangannya pun terhenti, air pun menyembur keluar dari bawah roknya.
Pemandangan itu, membuat hati dan pikiran orang menjadi bergetar.
Aku juga sudah hampir tidak dapat menahannya lagi, kemudian melakukan serangan terakhir.
Siapa yang menyangka pada saat itu, dari luar pintu terdengar suara ketukan pintu, kemudian masih diiringi dengan suara Fela : " Wenas, apakah kamu sudah tidur?"
Sekujur tubuhnya tersentak sejenak, gerakannya pun segera terhenti.
Tak disangka Fela ternyata sudah pulang, kemudian masih mengetuk pintu kamar pula!
Akan tetapi juga karena rangsangan yang seperti ini, membuatku dalam sekejap mencapai puncak kesenangan.
Tubuhku pun mengeras, dengan erat aku menggenggamnya, bagaikan pistol air yang meledak keluar.
Tepat pada saat itu, yang terdengar hanyalah suara "Krekk", pintunya ternyata telah dibuka oleh Fela !
Hal ini barulah aku sadari, aku biasanya hanya seorang diri dirumah maka dari itu aku tidak mengunci pintu, tidak disangka ternyata aku membiarkan perempuan yang baru saja pindah itu menerobos masuk.
Menutupi perasaan canggung dan malunya adalah hal yang kedua, gambaran yang ada di monitor laptopnya jangan sampai terlihat oleh Fela !
Menghadapi waktu yang sangat terbatas ini aku juga tidak dapat melakukan banyak hal, bokongnya yang tidak tertutup apa-apa dengan cepat ia melangkah maju, mematikan gambaran yang ada di monitor dan menutup laptopnya.
Pada detik berikutnya, pintu pun telah terbuka seluruhnya, Fela yang mengenakan baju berwarna kulit dan rok pendek pun muncul di pandangan aku.
Aku pun meletakkan tangan di atas laptop dan berdiri di depan meja laptop, kemudian terdiam menatapnya.
Karena baru saja aku melampiaskan nafsu, maka masih belum sadar sepenuhnya, sementara milikku masih belum menunjukkan tanda lelah, masih berdiri dengan tegak disana, tepat menghadap dia, sambil berpikir dan sudah mengetahui saat ini akan terjadi peristiwa yang seperti apa.
Sementara Fela pun tercengang, dengan matanya yang melotot dan mulutnya yang terbuka ia melihat tubuhku yang tanpa sehelai pakaian pun, arah pandangnya terus-menerus memandangi benda milikku, setelah beberapa saat ia barulah bereaksi kembali, dengan wajahnya yang memerah dia bertanya : "Kamu... kamu sedang melakukan apa?"
Respon yang aku berikan kepadanya benar-benar sangat canggung, dengan segera aku pun menutupinya dengan kedua tangan, kemudian masih dapat memegang cairan lengket yang ada disana, dengan tidak senang aku berkata : "Menurutmu aku sedang melakukan apa?"
Melihat sikap maluku, tak disangka Fela yang awalnya terlihat sangat malu pun tertawa terbahak-bahak : " Wenas, Kamu benar-benar sedang masturbasi kah, hihihi, aku masuk disaat yang benar-benar tidak tepat dan menganggung kamu melakukan hal baikmu."
"Karena sudah mengetahuinya mengapa masih tidak keluar!" Aku agak kehilangan kata-kata, perempuan yang seperti ini barulah pertama kali ia jumpai.
Sebenarnya, bertumbuh demikian dewasa, aku juga hanya pernah berhubungan dengan dua orang perempuan, saat SMA sekali, saat masuk universitas sekali.
Akan tetapi pada saat itu semuanya masihlah sangat polos, ketika menyentuh tangan orang yang berbeda jenis kelamin saja pasti akan merasa begitu gembira selama beberapa hari, terlebih lagi jangankan membicarakan tinggal bersama, maka dari itu sangat disayangkan aku sampai saat ini masihlah lelaki perjaka.
Setelah lulus dari universitas, sewaktu aku dan kekasihku berpisah ia memaki aku adalah seorang yang bodoh, pada saat itu aku merasa marah dan membantah perkataannya.
Saat ini jika diingat kembali, aku memang adalah seorang yang bodoh.
Sementara itu pada saat itu, Fela tidak hanya tidak berniat untuk pergi, melainkan ia masih tertawa melihat aku, kemudian ia berkata : "Kamu seorang pria dewasa apanya yang merasa malu, cepat singkirkan tanganmu dan biarkan aku melihatnya, aku sebelumnya tidak pernah melihat yang sebesar itu!"
Di dalam hatiku dalam sekejap terlintas sebuah kata : orang aneh.
"Ini adalah kamu yang mengatakannya, kamu ingin lihat maka aku akan biarkan kamu melihatnya!" Benar-benar sangat canggung, dengan merasa sedikit tidak senang aku pun membuka kedua tangannya, dengan tenang menghadapi Fela.
Karena dia yang merupakan seorang perempuan saja tidak keberatan, maka aku seorang pria dewasa merasa malu apa lagi?
Kira-kira Fela pastinya juga hanya bercanda, tak disangka aku benar-benar menyingkirkan tangan aku untuk membiarkannya melihat, dia menatap benda milikku dan terdiam selama beberapa saat, wajah cantiknya pun dalam sekejap berubah menjadi sangat merah.
"Ihh, sungguh menjijikan...." Dia pun melihat cairan yang lengket itu, dengan wajah dan telinganya yang memerah dia pun membalikkan badannya dan berjalan keluar dari kamarku.
Aku pun menarik nafas panjang, kemudian mengambil tisu untuk membersihkannya, di dalam hati berpikir dikemudian hari dia pasti akan mengunci kamarnya sendiri.
Kemudian aku, barulah berjalan keluar kamar dengan mengenakan celana pendek yang kelonggaran.
Di dalam ruang tamu, Fela duduk diatas sofa menundukkan kepalanya sambil bermain ponselnya, wajah cantiknya masih terlihat agak merah.
"Kamu ada masalah apa mencariku?" Fela yang terlihat malu membuatku merasakan semacam perasaan berhasil, pada saat itu juga aku sudah tidak begitu canggung dan bertanya dengan datar.
Fela pun mengangkat kepalanya melihat ke arahku, kemudian memutarkan bola matanya kepada aku : "Kamu seorang pria dewasa, melakukan hal seperti itu mengapa tidak tahu untuk mengunci pintu ya?"
"Dulu aku tinggal sendiri, maka dari itu tidak terbiasa." Aku pun tersenyum, "Kamu sedang mengirim pesan dengan guru Ramya?"
Karena di hadapannya, aku melihat profil wechat Ramya pada ponselnya, kedua orang ini sepertinya sudah mengobrol selama beberapa waktu.
"Benar, aku memberitahukannya tentang hal yang kamu lakukan, huhhh, lihat saja apakah kamu masih akan mengangguku." Fela pun tersenyum dengan bangga.
"Untuk apa kamu memberitahu dia?" aku pun bertanya dengan bingung.
"Agar dia melihat dengan jelas wajah aslimu, dikemudian hari jika bertemu orang mesum sepertimu maka dia akan menjauh."
Aku pun tidak tahu harus melakukan apa : “Kalau begitu apa yang dia katakan?"
"Aku merasa aneh, dia ternyata malah membantumu untuk berbicara, dia mengatakan bahwa ini adalah kebutuhan tubuh pria, karena tidak mendapatkan cara untuk menyelesaikannya maka hanya dapat menggunakan cara semacam ini untuk memuaskan diri, selain itu perempuan juga sama."
Tanpa disadari aku pun tersenyum tipis, memang benar, Ramya tadi juga melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan, menunjukkan bahwa dia bisa memahami perasaanku.
"Tadi kamu telah mengejutkanku, menurutmu bagaimana kamu dapat ganti rugi kepadaku?" Fela pun memutar bola matanya, tiba-tiba ia mengganti topik pembicaraan.
"Aku mengagetkanmu? Bukankah Itu adalah kamu sendiri yang ingin melihatnya?"
"Aku hanya bercanda, mana aku tahu kamu seorang pria ini menganggapnya sungguhan, tidak bisa, harus ganti rugi kepadaku."
"Kamu ingin aku bagaimana ganti rugi kepadamu?" aku bertanya.
Novel Terkait
Cinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaStep by Step
LeksLove Is A War Zone
Qing QingBlooming at that time
White RoseHanya Kamu Hidupku
RenataMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang