My Beautiful Teacher - Bab 69 Listrik Putus
Hanya dibatasi oleh sebuah baju tidur tipis, sentuhan itu tentu saja sangat indah.
Sangat aneh, malam itu aku dan Lastri sudah terjadi sesuatu, tapi memegang dadanya tanpa sengaja, masih membuat aku memiliki perasaan sangat canggung.
Mungkin karena malam itu aku minum terlalu banyak, tidak memiliki perasaan spesial apapun terhadap tubuhnya.
Sama seperti kemarin malam, dia duduk di atas kakiku berinisiatif menggodaku, juga membuat jantungku berdetak kencang, adrenalinku juga keluar.
Aku buru-buru memapah dia, melepaskan tangan dan meminta maaf.
“Tidak masalah.” Lasti tertawa dengan tidak keberatan “Aku yang seharusnya berterima kasih.”
Mata indahnya menatapku lama, dalam pantulan mata hitamnya, hanya ada cahaya senter, suasananya sedikit aneh.
Aku buru-buru berkata “Aku sudah memeriksa kompor listrikmu, tidak ada masalah. Aku akan memeriksa sakelar rumahmu, mungkin sakelarnya mati.
Sakelar rumah berada di ruang tamu, berada di dinding dekat dapur, karena ini adalah rumahku, aku tahu lebih jelas dari siapapun.
Tapi kotak sakelar sedikit tinggi, membutuhkan sebuah kursi.
Hanya saja dirumah Lastri semuanya adalah bangku plastik biru seperti di warung pinggir jalan, Lastri mencari cari sebuah kursi plastik dan menyodorkan kepadaku.
Dia ingin membantu aku memegang.
Aku berkata sambil tertawa “Tidak apa-apa, kamu tidak perlu pegang.”
Aku menyodorkan ponsel padanya, supaya dia menyinari cahaya ke kotak sakelar.
Aku berdiri di kursi plastik, membuka kotak, mencari sebentar, ternyata memang sakelar listrik mati.
Aku memberitahu Lastri, lalu ingin menaikkan sakelar ke atas.
Siapa sangka setelah dua kali gagal mencoba untuk menaikkan, saat ketiga kalinya, tiba-tiba muncul percikan api, di saat bersamaan, tanganku tiba-tiba terasa mati rasa.
Tanganku terkena sengatan listrik, tubuhku tidak berdiri dengan stabil, bergoyang di atas kursi plastik, lalu aku terjatuh.
Lastri terkejut, langsung membuang ponsel dan ingin menangkap aku.
Lalu aku dan dia jatuh bersamaan ke atas lantai.
Dan masih menekan dia dibawah tubuhku, kebetulan wajah kami bertemu, bibir kami bertemu.
Aku merasakan bibir merah lembut dan licin dan juga tubuh lembut yang ditekan olehku, masih memiliki aroma wangi.
Ponsel dilempar ke sisi lain dan cahaya menyinari tempat lain, juga tidak tahu apakah ada rusak atau tidak.
Tapi aku tidak bisa mempedulikannya lagi, secara tidak sadar mengangkat kepalaku dan mendengar suara erangan “aduh aduh” Lastri.
Lastri mejadi bantalan untukku saat terjatuh tadi, aku tidak terluka, tapi dia yang kesakitan.
Aku buru-buru memapah dia untuk bangun, memapah dia untuk duduk di sofa, bertanya dengan perhatian "Apakah kamu tidak apa-apa?”
Ekspresi wajah Lastri berubah, satu tangannya memegang pinggulnya, terlihat sangat kesakitan, mungkin jatuh terkena pantatnya.
Aku mengambil ponselku yang di atas lantai, untung saja tidak ada masalah.
“Apa perlu aku bawa kamu ke rumah sakit untuk diperiksa?” Aku bertanya.
“Tidak, tidak apa-apa, istirahat saja seharusnya sudah cukup.” Lastri bersandar disofa dan menarik nafas, memijat pantatnya dengan tangan.
Secara tidak sengaja ujung baju tidurnya terangkat, memperlihatkan sebuah cahaya musim semi dan kedua paha yang seputih salju.
Walaupun hanya ada cahaya dari ponsel, terlihat agak redup, tapi masih bisa melihat beberapa pemandangan yang memikat, membuat aku merasakan sebuah dorongan dari tubuhku dan juga tubuhku bereaksi tanpa sadar.
“Rokmu.” Aku segera mengalihkan pandangan, mengatakan dengan canggung.
Lastri menunduk untuk melihat, wajahnya memerah, dengan segera merapikan roknya, mengalihkan pembicaraan dan bertanya “Apa yang terjadi tadi, kamu kena setrum?”
“Aku mencoba menaikkan sakelar, akhirnya setelah mencoba beberapa kali tetap gagal, malah kena setrum, masih membuatmu terluka karena aku, benar-benar maaf.”
Lastri mengatakan tidak masalah, bertanya dengan sedikit gusar "Bagaimana sekarang.”
“Aku tanyakan dulu apa yang terjadi kepada PLN.” Setelah aku menelepon PLN, mereka mengatakan akan mengutus beberapa teknisi untuk memperbaiki.
Akhirnya setelah menunggu setengah jam, tidak ada orang yang datang.
Aku dengan cemas menelepon lagi untuk mendesak mereka, PLN mengatakan teknisi malam ini sangat sibuk, sedang memperbaiki tempat lain, hanya bisa menunggu besok.
Setelah menutup telepon, perasaanku sangat suram.
Lastri bertanya kepadaku bagaimana.
“Mereka bilang teknisi besok baru datang kemari.”
“Hah, kalau begitu bagaimana denganku” Lastri berkata dengan panik “Bagaimana bisa membiarkan aku tinggal dalam rumah gelap semalaman”
Aku sedikit heran, Lastri yang adalah seorang penulis novel horror, ternyata takut dengan kegelapan.
“Bagaimana jika kamu malam ini disini saja, temani aku, aku benar-benar takut sendirian.” Lastri berkata dengan buru-buru, menggunakan pandangan berharap menatap aku.
Aku berpikir sebentar lalu berkata “Begini saja, jika kamu benar-benar takut, bawa notebookmu, menginap dirumahku, rumahku ada listrik.”
“Benarkah? Kalau begitu aku sangat berterima kasih kepadamu.” Lastri sangat senang, buru-buru bangkit, dengan tertatih kembali ke kamar mengambil notebooknya.
Aku melihat dia terluka, lalu memapah dia, membantu membawakan notebooknya.
Tapi melihat tubuhnya dibawah baju tidurnya yang transparan, berkata dengan sedikit canggung “Bisakah kamu mengganti pakaianmu.”
Lastri bereaksi, mengatakan baik.
Aku duluan membawa notebook dan keluar dari kamar, meninggalkan ponselku untuk dia pakai sebagai senter.
Duduk di ruang tamu yang gelap, notebooknya masih memiliki sedikit baterai, bahkan tidak dimatikan, aku lalu membuka dan melihatnya dan terlihat sebuah dokumen yang sedang dia edit, berjudul setengah malaikat setengah iblis, adalah novel yang baru-baru ini dia tulis.
Aku membukanya dengan asal, disana ada sesuatu yang menarik perhatianku.
“Rasanya seperti daging ikan buntal, dagingnya sangat halus dan empuk, aku menggunakan pisau memotong tubuhnya, meletakkan di atas piring dan menikmati dengan perlahan. Ada genangan darah diatas lantai, tubuh gadis itu terbaring seperti ini, dengan sebuah pisau yang tertancap meninggalkan luka mengejutkan. Aku sama sekali tidak peduli, hanya terpesona dengan kelezatan paling nikmat didunia ini”
Tiba-tiba bahuku ditepuk oleh seseorang, membuat aku terkejut, langsung berdiri.
Lastri sudah mengganti bajunya dan berdiri didepanku, masih baju tidur yang sama, tapi didalamnya terlihat jelas jejak bra dan celana hitamnya, walaupun masih terlihat jelas, tapi lebih baik dari baju transparan tadi.
“Apakah kamu sedang membaca novelku” Lastri tertawa bertanya.
Aku secara tidak sadar mengangguk “Tulisannya terlalu nyata, tadi kamu menepukku membuatku terkejut, apakah kamu menulis cerita seperti ini benar-benar hanya imajinasimu saja?”
“Selain imajinasi, juga banyak membaca buku, belajar dari cara pandang orang lain.” Lastri tertawa “Aku sudah selesai mengganti pakaianku, kita pergi saja.”
Aku membantunya membawa notebook, kami berdua pergi meninggalkan rumahnya.
Sampai dirumahku, terlihat senyumnya di ekspresi wajahnya “Benar-benar tidak enak, malam ini harus merepotkanmu. Tapi biasanya aku tidak tidur pada malam hari, hanya fokus pada menulis.”
Aku tertawa mengatakan tidak masalah, setelah meletakkan notebook, aku mengambilkan sebotol obat kepadanya, berkata “Ini aku beli terakhir kali, sangat berguna, dulu Fela tinggal di kamar itu, jika kamu tidak keberatan, maka malam ini kamu tinggal di kamar itu saja.”
“Tentu saja tidak keberatan.”
Lastri kembali ke kamarnya sendiri, menutup pintu.
Setelah aku selesai mandi, melihat waktu sudah larut, maka aku pergi tidur
Tidak tahu sudah tidur berapa lama, secara samar aku mendengar gerakan-gerakan aneh, membuat aku terbangun.
Aku melihat jam, jam 3.10 pagi.
Aku sedikit frustasi, suara tadi sepertinya datang dari ruang tamu.
Aku bangkit dan berjalan keluar dari kamar, lampu ruang kamar masih menyala, hanya saja tidak ada orang.
Tidak hanya itu, kamar Lastri juga terbuka, aku berjalan kesana untuk melihat, hasilnya kamarnya tidak ada orang.
Aku sedikit terkejut, tengah malam seperti ini, kemana Lastri pergi.
Apakah dia keluar pergi mencari inspirasi? Tapi sudah terlalu larut dan bahkan suara di ruang tamu tadi sangat aneh.
Novel Terkait
The Richest man
AfradenYou're My Savior
Shella NaviMy Cold Wedding
MevitaVillain's Giving Up
Axe AshciellyBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesMy Goddes
Riski saputroMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang