My Beautiful Teacher - Bab 20 Bar Romantis
Kaki Ramya dijepit dengan erat dan wajahnya memerah, meskipun dia mengatupkan bibirnya, tetapi sebuah suara "um" halus keluar dari sela-sela giginya.
Aku membuka kancing mantelnya dan di dalamnya ada kemeja putih dan bra yang pas sudah dilepaskan olehku sampai ke bawah.
Dua gumpalan montok terangkat tinggi didalam kemeja putih, membentuk garis yang jelas dan bulat.
Kemudian aku membuka kancing kemeja putih itu dan dua ekor kelinci montok tiba-tiba melompat keluar.
Aku mencium leher, tulang selangkanya, bergerak ke bawah dan mencium dadanya.
Ramya juga menjadi bersemangat dan menekan kepalaku dengan erat di dadanya, aku hampir tidak bisa bernapas.
" Wenas, kamu..... kamu benar-benar musuhku..... hmm..... " Ramya menarik nafas dengan suara yang lembut dan berkata dengan samar di dalam padangannya yang kabur.
Gerakan jariku semakin cepat dan lendiran air sudah membanjiri bawah.
Dia sepertinya tidak bisa tahan lagi, dia kemudian memasukkan tangannya ke dalam calanaku dan menggenggam erat adikku.
Aku sangat terkejut sampai hampir berteriak karena kenyamanan.
Harus diketahui bahwa, dia adalah orang yang selalu aku cintai dihatiku, tidak menyangka dia bersedia menggunakan tangannya untuk membantuku sekarang.
Kemudian tangan yang memegang mulai bergerak.
Aku mencium dadanya pada saat yang sama, dari waktu ke waktu aku menatapnya, matanya dan mataku bertemu di udara, selain malu dan lembut, tetapi juga ada jejak hasrat.
Namun, ketika kami berdua saling menghibur dan hendak mengambil langkah terakhir, kami tidak menyangka suara dua anak laki-laki terdengar dari tikungan.
"Dimana mereka? Bukankah mereka bilang mau bermain basket?"
"PRnya belum selesai, aku rasa mereka sudah kembali ke kelas?"
"Sangat jarang bagi guru pendidikan jasmani untuk membiarkan kita bebas hari ini, tetapi mereka malah pergi untuk mengerjakan PR? Kak , kamu pergi ke kelas dan memanggil mereka?"
"Ayok kita pergi bersama."
"Aku akan merokok dulu."
Percakapan di antara mereka mengubah raut wajah Ramya dan aku dan menghentikan gerakan kami tanpa sadar.
"Beri aku satu juga."
"Ini adalah Rokok China, aku sendiri saja tidak tega untuk merokoknya."
"Aku akan memberikanmu lebih banyak operan bola saat bermain basket nanti."
"Baiklah."
"Di sini mungkin akan dilihat oleh guru, ayok kita merokok di belakang."
Kemudian aku mendengar langkah kaki dua siswa mendekat.
Aku dan Ramya terkejut dan kemudian menarik kembali tangan kami.
"Lari lewat sana!"
Lagipula, kedua sisi gang di belakang gedung pengajaran ada jalan keluar, Ramya sambil merapikan pakaiannya, sambil berlari ke sisi lain dengan kesusahan.
Aku juga mengikuti dari belakang.
Untung saja kecepatan kami cukup laju untuk memutar ke depan gedung pengajaran dari seberang sebelum kedua siswa itu masuk ke Lorong tadi.
Wajah Ramya memerah, terngah-engah menatapku dengan malu dan berkata, "Ini semua salahmu, sungguh memalukan bahwa seorang guru takut pada dua siswa yang merokok."
Aku tertawa: "Iya, iya, ini semua salahku, aku tidak baik."
Setelah berkata, aku memeluknya dari belakang lagi.
"Jangan main-main lagi, kita akan ketahuan." Ramya mendorongku.
“Tetapi aku merasa tidak nyaman, kamu lihat.” Aku menunjuk ke celanaku.
Reaksi di dalam celanaku masih tinggi, seperti payung, terlihat sangat jelas.
"Kamu musuh kecil, aku benar-benar takut padamu, aku akan pergi ke rumahmu untuk mencarimu malam ini, oke?" Ramya menatap celanaku dengan wajah merah selama beberapa detik, menggigit bibirnya dan menatapku penuh kasih sayang.
Aku sangat gembira dan bertanya, "Jam berapa kamu akan datang kerumahku malam ini?"
"Setidaknya harus tunggu Lala tidur."
"Kalau begitu aku akan memberimu kunci rumahku, aku akan menunggumu malam ini." Aku dengan semangat mengluarkan kunci dan meletakkan di tangannya.
Dia melihat kunci di tangannya lalu menatapku, dia tidak bisa menahan dan menghela napas: " Wenas, aku benar-benar pasrah denganmu."
Aku tertawa dan langsung berkata, " Ramya, kamu tenang saja, aku hanya akan baik padamu seorang saja di masa depan."
Saat berbicara, ponsel Ramya berdering.
Setelah dia menjawab telepon, wajahnya berubah sedikit dan dia berkata kepadaku, "Kepala angkatan mencariku, aku akan naik dulu."
"Baiklah."
Ramya berbalik untuk pergi, aku tidak bisa menahan dan menepuk pinggulnya.
Ramya menoleh dan memelototiku, lalu naik ke atas dengan cepat.
Aku mengepalkan tanganku, melambaikannya dengan penuh semangat dan berkata dengan penuh kegirangan, "Yes, berhasil!"
Aku kembali ke ruang musik dan Fela masih memberikan pelajaran kepada para siswa.
Aku berdiri di koridor luar pintu sambil merokok, menunggu dengan sabar, meskipun mendengarkan musik vokal Fela, aku juga merasakan ada pesona khusus, mungkin inilah pengaruh mentalitas pada manusia.
Musik yang sama, dalam mentalitas yang berbeda, akan terdengar sangat berbeda.
Setelah kelas selesai, Fela bertanya padaku sambil tersenyum: " Wenas, kemana kamu pergi tadi, aku tidak melihat sosokmu, apakah kamu pergi menemui kak Ramya ?"
"Tidak, hanya berkeliling di sekitar sekolah." Aku dengan cepat menolak.
Aku tidak takut dengan pikiran kotor Fela, tetapi kuncinya adalah suara gadis ini tidak terlalu kencang, jika tersebar sampai ke telinga Awang, maka orang yang terpengaruh adalah Ramya.
Fela tertawa: "Benarkah?"
"Tentu saja benar."
"Hehe, sebenarnya, bahkan jika kamu pergi menemui kak Ramya, aku juga tidak keberatan." Fela berkata.
"Apakah aku harus pergi meminta izin kepadamu jika aku ingin pergi menemui seseorang?" Aku mengerutkan bibir.
Siapa tahu baru saja selesai berkata, Fela mengulurkan tangannya dan mencubit pinggangku dengan keras, dia berkata dengan tidak puas, "Woi, aku memberimu ciuman tadi pagi, kamu setidaknya harus menjaga perasaan seorang wanita!"
Aku menarik napas dingin, rasa sakit yang dicubit oleh gadis ini sangat dashyat, aku segera berkata: "Ciuman pertamaku juga diambil oleh kamu dan kamu masih tidak ingin membayarku, sini dua ratus ribu untukku."
Mendengar ini, Fela tertawa terbahak-bahak: "Tenang saja, aku akan bertanggung jawab untukmu."
Pada saat berbicara, dua siswa musik berjalan keluar dan memandang kami dengan tatapan aneh.
Fela buru-buru menyatukan senyuman, dengan penampilan seorang guru dan sedikit mengangguk.
Setelah siswa musik pergi, Fela berkata, "Aku akan menelepon kak Ramya dulu, dia tidak tahu kalau aku datang ke sekolah, kita akan makan siang bersama nanti."
Kemudian, dia menelepon Ramya.
Setelah menutup telepon, aku bertanya, "Gimana?"
"Dia bilang dia agak sibuk, tidak bisa makan bersama dengan kita."
Aku sedikit kecewa, tetapi memikirkan apa yang akan terjadi di malam ini, aku merasa bersemangat dan sangat tidak sabar berharap untuk malam segera tiba.
Kami makan bersama di luar sekolah dan setiap kali Fela berkata bahwa dia akan traktir, tetapi ujung-ujungnya masih memintaku untuk membayar.
Tetapi suasana hatiku sedang baik hari ini dan juga terlalu malas untuk mempedulikan tentang itu.
Setelah tidur siang di rumah, ketika aku bangun, aku menemukan Fela meninggalkan catatan kecil di atas meja, yang tertulis: "Datang ke bar romantis pada pukul 7.30 malam, aku akan mentraktirmu minum, jika kamu tidak datang, aku tidak akan membawakanmu sarapan lagi lain kali. "
Aku tersenyum pahit, ingin mentraktirku bisa langsung bilang saja, mengapa mesti mengancamku juga.
Jam 7:30 malam masih awal, lagi pula, Ramya harus menunggu Fela tidur dulu baru datang, jadi setelah memikirkannya aku memutuskan untuk pergi.
Aku pergi ke kamar mandi dulu dan mengeluarkan pakaian Fela dari mesin cuci, sesuai kesepakatan kemarin, aku harus mencuci pakaiannya.
Namun, aku sedikit tidak bisa tenang ketika melihat celananya, ini adalah celana transparan seksi dengan sedikit cairan kuning di atasnya, aku memegangnya dan itu masih belum kering, mungkin dia baru ganti sore tadi.
Sialan, gadis ini bahkan harus menggodaku saat dia pergi.
Pada jam 8 malam, aku bergegas ke bar romantis di jalan bar.
Ini pertama kalinya aku masuk ke bar selama hidupku, di dalam bar sangat berisik, lampu warna-warni terus berkedip, para tamu saling berpapasan dan ada sekelompok gadis muda di lantai dansa yang memutar tubuh mereka dengan gila, melepaskan hormon ke isi hati mereka.
Di atas panggung, Fela mengenakan gaun hitam mengkilap, memegang gitar dan memainkan lagu rock, yang merupakan lagu Avril Lavigne "Girl Friend."
Dia sengaja berdandan eye shadow yang tebal, panggungnya penuh dan lampu sorotan tertuju padanya, rambut indah berubah menjadi berbagai bentuk di bawah penerangan lampu warna-warni, jadi agak mirip Avril.
Dan pada saat ini, mataku secara tidak sengaja beralih ke sosok yang dikenal di dalam kerumunan, tidak menyangka dia juga ada di sini!
Novel Terkait
Asisten Bos Cantik
Boris DreyMy Lady Boss
GeorgeMy Perfect Lady
AliciaCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlySee You Next Time
Cherry BlossomMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang