My Beautiful Teacher - Bab 36 Bertarung
Ada edit nama Herman = Louis Bab 34 & 35 Tanggal 2/11/2020
Yang pertama adalah aku dan pria biasa mencoba maju dan bersaing.
Yang lain sedang mempersiapkan kegiatan terlebih dahulu, aku melihat Bobby berbicara dengan suara pelan disamping telinga pria biasa, sesekali melihat kearahku sekilas, sorot matanya menyiratkan pandangan yang jahat.
Si pria biasa terlihat mengangguk-anggukkan kepala sedikit tersenyum tidak peduli.
Melihat kedua orang itu, mungkin Bobby ingin menyuruh pria biasa untuk menyerangku habis-habisan, sedangkan pria biasa sama sekali tidak menganggapku.
“Wenas, kamu benar-benar harus berhati-hati, bocah itu adalah bawahan dari Bobby, dari kita mengalami konflik dengan Bobby, ia pasti akan memanfaatkan keadaan ini untuk membalasmu!” Ladira berjalan kesebelahku dan memperingatkanku dengan kuatir.
“Tidak apa-apa, ada Instruktur Louis, tidak aka nada masalah, lagipula aku juga sama sekali tidak takut kepadanya.”
“Dia sudah berlajar disini selama 1 tahun lebih, kita adalah murid baru, pasti tidak dapat mengalahkannya, jika ia membuatmu sakit, kamu segera mengalah, tahu tidak?”
“Tenang saja, aku sudah memiliki perhitungan, kamu tidak perlu kuatir kepadaku.”
Setelah selesai berkata, dengan sorot mata penuh keyakinan berjalan melangkah kedepan, para murid yang lain perlahan melangkah mundur, mengosongkan dua sisi untuk menonton.
Disaat ini, pria biasa juga ikut naik keatas, menyipitkan matanya dan dengan tersenyum berkata: “Bocah, kebetulan sekali, kamu tadi masih memarahi tuan Bobby, tidak kusangka kita akan diatur menjadi satu kelompok. Sekarang kamu masih mempunyai kesempatan untuk memohon pengampunan.”
“Hehe, tidak perlu. Siapa yang kalah dan siapa yang menang masih belum bisa dipastikan!” Aku berkata dengan tenang.
“Bocah ingusan, hanya murid baru selama 1 bulan saja, ternyata berani sombong seperti ini, lihat saja bagaimana aku akan menyelesaikanmu!” pria biasa dengan emosi berkata.
Instruktur Louis yang berdiri disamping arena dengan suara dingin berkata: “Apa yang kalian berdua bisikan? Aku menyuruh kalian untuk melakukan salam sebelum bertarung, apakah kalian lupa?”
pria biasa menunjukkan sorot wajah yang tidak rela, tetapi tetap berkata: “Adik kelas, selamat malam, namaku Rizal, mohon bantuannya.”
“Kakak kelas selamat malam, namaku Wenas, mohon bantuannya.”
Keduanya saling memberikan pelukan, Rizal mencibir, dengan sombong berkata: “Bocah, mari, aku berikan kesempatan padamu untuk melakukan 3 pukulan.”
Karena ia berkata seperti itu, akupun tidak sungkan lagi, sebuah langkah mendadak kedepan dan dengan tinju lurus menuju kewajahnya.
Tidak salah Rizal adalah murid yang telah belajar lebih dari 1 tahun, rekasinya cukup cepat, menundukkan kepalanya menghindari layangan tinju dariku, sebuah tinju melengkung mengarah ke perut kecilku.
Aku terkejut dan dengan segera melangkah mundur.
Langkah mundur ini seakan-akan sesuai dengan dugaannya, Rizal mencibir dan mengangkat kakinya menendang kearahku.
Aku tidak terburu untuk melindungi diri, terkena tendangan kakinya tepat dibagian dadaku, dengan terhuyung mundur beberapa langkah dan seketika terduduk diatas lantai, seketika dadaku terasa sakit, rasa sesak dan nafas tersenggal-senggal.
“Wenas, kamu kenapa?” Ladira dengan kuatir bertanya padaku.
Aku sedikit menggelengkan kepalaku, dengan menggertakkan rahang menahan rasa sakit berdiri, dengan emosi berkata: “Kamu bukankah menyuruhku untuk melakukan 3 pukulan?”
“Hahaha, penipuan dalam peperangan adalah taktik, siapa suruh kamu begitu bodoh, dengan mudah jatuh keperangkapku!” Rizal dengan puas tertawa lepas: “Bocah bodoh, dengan kemampuanmu yang seperti kucing ini, menghadapiku sama saja dengan mencari mati, aku sarankan kamu untuk menyerah lebih awal sajalah.”
Instruktur Louis yang berada disamping mengerutkan keningnya, ingin berkata tetapi kembali terhenti, pada akhirnya tidak berkata apapun, atau mungkin tidak setuju dengan cara Rizal, jadi ia pun mengakui bahwa perkataannya masuk akal.
Lalu melihat Bobby, wajahnya tersirat senyuman puas yang sangat jelas, terlihat sangat bahagia, bahkan menggunakan sorotan mata mengejek memandangku.
Sedangkan murid-murid baru disebelah sini menunjukkan wajah yang kecewa.
Aku hanya melihat sekilas diantara kerumunan orang-orang itu, dengan segera mengembalikan pandanganku dan dengan emosi berkata: “Kamulah yang akan menyerah!”
Aku dengan emosi berkata kemudian kembali menyerang.
Salah satu kaki Rizal menendang kearahku.
Tadi Rizal berkata membiarkanku melakukan 3 pukulan yang membuatku seketika melepaskan rasa waspada dan secara tidak sengaja membuatnya berhasil, kali ini aku dengan penuh kewaspadaan dan persiapan secara refelks memberikan reaksi.
Melihat kakinya yang menendang kemari, tubuhku memiring menghindari serangannya, kepalan tangan terbang menuju wajahnya.
“Kembali jurus ini lagi.” Kepuasan di wajah Rizal terlihat semakin tebal, kembali menundukkan kepalanya menghindari tetapi tidak tahu, tanganku yang satunya sudah lebih awal tersembunyi dibawah wajahnya menunggunya.
Saat ia menundukkan kepala itu seketika tubuhnya terkejut, seperti menyadari sesuatu yang tidak beres tetapi dirinya sudah terlambat.
Tanganku yang satunya melengkungkan tinju keatas, tanpa melenceng meninju tepat dibagian wajahnya.
Rizal mengeluarkan suara kesakitan, menuntupi wajahnya, terhuyung beberapa langkah dan terjatuh diatas lantai, saat ia melepaskan tangannya, setengah dari wajahnya sudah membengkak, hidungnya pun mengalirkan darah segar, kesakitan membuatnya berteriak ah ah dengan suara keras, sesaat membuatnya kehabisan nafas.
Aku menggunakan kesempatan kemenangan ini maju kedepan beberapa langkah dan menginjakkan kaki diatas dadanya, dengan suara dingin berkata: “Mengaku kalah tidak!”
Rizal yang dadanya terinjak dibawah kakiku, ditambah dengan wajahnya yang terluka dengan sakit yang sangat, kedua tangannya mencengkeram erat pergelangan kakiku, tetapi tidak memiliki tenaga untuk mengangkatnya.
Disaat ini, Instruktur Louis maju kedepan, menunjukkan senyuman puas kemudian melihat Rizal, berkata: “Rizal telah kehilangan kekuatan untuk bertarung, pertandingan bertarung ini dimenangkan oleh Wenas murid baru!”
Pengumumannya ini seketika meningkatkan semangat, para murid baru bersorak-sorai bahkan bertepuk tangan.
Mungkin dengan pemikiran mereka yang diawal, para murid lama ini tidak bisa dikalahkan, sedangkan performance ku ini membuat mereka memiliki harapan.
Sedangkan para murid lama itu, selain kecewa terhadap Rizal, sama sekali tidak dapat menutupi keterkejutan yang ada didalam sorot mata mereka, ada yang bahkan mulai berdiskusi dengan suara kecil.
“Rizal bagaimana mungkin kalah, selain Bobby, ia adalah yang paling hebat diantara kita para murid lama ini, hari ini ternyata dikalahkan oleh seorang murid baru!”
“Rizal benar-benar membuat orang kecewa!”
“Ia tidak mungkin sengaja untuk kalah kan?”
“Mengalah bagaimana mungkin diawal bertarung berkata seperti itu?”
“Seharusnya murid baru itu yang sangat hebat kan?”
“Siapa namanya, sepertinya bernama Wenas, dengar-dengar adalah murid baru yang paling diperhatikan oleh Instruktur Louis!”
“Tidak heran ia begitu hebat!”
“Tidak berguna!” Tepat disaat para murid lama saling berdiskusi, ditengah-tengah kerumunan orang terdengar suara yang tidak tepat, yang berbicara itu adalah Bobby.
Ia seketika berdiri diantara kerumunan orang, dengan suara keras berkata: “Instruktur Louis, aku ingin bertanding dengan Wenas!”
Akupun tercengang, akan tetapi dengan segera melepaskannya, melihat wajah Bobby yang pucat itu terlihat jelas ia sangat emosi, ternyata Rizal dikalahkan olehku, ia ingin turun tangan sendiri untuk mengalahkanku.
“Aku liat kamu sepertinya ingin membalas dendam bukan, tidak masalah, kamu maju saja tidak masalah.” Baru saja menang dari Rizal, memeberikan bantuan yang cukup besar kepada tingkatan kepercayaan diriku, aku melihat Bobby dan berkata dengan tenang.
“Wenas, kamu sudah gila!” Ia adalah murid yang paling hebat diantara murid lama, bahkan murid yang belajar lebih lama darinya tidak berhasil mengalahkannya!” Ladira dengan panik berkata.
Tadi ia cukup senang dengan diriku yang berhasil mengalahkan Rizal, ia terlihat cukup kuatir kepadaku, jika tidak, ia tidak mungkin mengatakan kata-kata seperti ini.
“Bobby, Wenas, aku lihat diantara kalian ada sesuatu yang tidak beres, akan tetapi mohon maaf. Aku tidak akan membiarkan kalian menggunakan bertarung yang terbuka sebagai sarana untuk kalian berperang. Karena itu Bobby, kamu kurangi pemikiran semacam ini. Sudahlah, lanjutkan kelompok selanjutnya!”
Aku baru sekarang melepaskan kakiku, kemudian Instruktur Louis memapah Rizal berdiri.
Wajah Rizal penuh dengan perasaan tidak puas dan emosi, tetapi tetap tidak berdaya, ia dibawah turun.
Kemudian, bertarung kembali dilanjutkan.
Pertandingan berlangsung selama kurang lebih 1 jam, diantaranya, selain si gendut yang bernama Arif, para murid baru saat menghadapi murid lama sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk melawan, seluruhnya dikalahkan.
Sedangkan Arif pun dengan mengandalkan berat tubuhnya yang lebih dari 100 kg, dengan usaha keras mendapatkan kemenangan, akan tetapi juga mendapatkan tidak sedikit pukulan dari lawannya. Setelah kemenangannya, ia dibawa kesamping oleh Instruktur Louis untuk menggunakan obat mengobati luka-lukanya.
Untuk Ladira, meskipun lawannya juga adalah murid wanita, tetapi lawannya jauh lebih tinggi darinya, keduanya saling bertanding dengan 3 pukulan, Ladira seketika terkalahkan.
Akan tetapi yang membuatku terfokus tetaplah Bobby.
Bobby hanya menggunakan sebuah pukulan sudah mengalahkan murid baru diantara kami yang memiliki tinggi 185cm, kekuatannya dapat terlihat jelas.
Setelah pertandingan, Instruktur Louis memberikan kesimpulan dan penilaian kepada tiap orang, menunjukkan kekurangan dan kelebihan masing-masing, hingga jam pulang kelas sudah lewat 2,5 jam.
Aku setelah mengganti baju dari ruang ganti dan keluar, dipintu berpapasan dengan Ladira.
Ladira tersenyum dan berkata: “Wenas, ayo kita makan snack malam bersama, aku yang mentraktir.”
Novel Terkait
Love In Sunset
ElinaCinta Yang Dalam
Kim YongyiWonderful Son-in-Law
EdrickEternal Love
Regina WangHusband Deeply Love
NaomiLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindySomeday Unexpected Love
AlexanderMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang