My Beautiful Teacher - Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang

Aku merasa sedikit bingung, apakah karena semalam Lastri sibuk sampai larut malam, dan saat ini dia masih sedang tidur.

Aku pun mengetuk pintu lagi, dan akhirnya pintu dibuka juga.

Lastri benar-benar menunjukkan ekspresi yang ngantuk, dia pun menyapaku, dan menanyakan ada apa.

“Tadi Dokter Waka meneleponku, dia menanyakan kondisimu, dan kenapa kamu tidak pergi ke kliniknya, bahkan tidak mengangkat panggilan teleponnya.” Aku bertanya kepada Lastri.

Lastri pun menguap: “Maaf sekali, aku ketiduran, dan tidak mendengar suara apa pun, semalam aku tiba-tiba mempunyai inspirasi, jadi aku menulis sampai jam lima pagi, aku sungguh capek, lalu aku pun tertidur di atas meja, setelah mendengar suara ketukan pintu, aku juga sudah meneleponnya, sore nanti aku baru membuat janji temu dengannya saja.”

Selesai berkata, Lastri pun ingin menutup pintu.

“Tanganmu kenapa” Aku menatap tangannya dengan tidak sengaja, tampaknya terdapat dua tetesan darah di sana.

Lastri tertegun sejenak, lalu dia menundukkan kepalanya untuk melihat tangannya, dan dia pun segera tersenyum: “Tadi ketika aku bangun, aku tidak sengaja mengores gunting yang ada di meja, tetapi ini tidak masalah, hanya luka ringan.”

Aku pun merasa lega, dan berkata: “Baguslah jika tidak terdapat sesuatu, nanti ingat segera menelepon Dokter Waka.”

“Um, aku mengetahuinya.”

Setelah Latsri menutup pintu, aku berencana untuk pergi dan melanjutkan latihanku, baru saja turun ke bawah, aku pun bertemu dengan Milen.

Milen berkeringat, dia berjalan dengan tergesa-gesa, tidak diketahui juga apa yang terjadi dengannya, tampaknya dia sangat cemas, dengan raut wajahnya yang terlihat tidak enak, dan dia pun menyapaku dengan terpaksa.

Aku bertanya: “Milen, apa yang terjadi denganmu”

Dengan tidak disangka, Milen menghela nafas dan berkata: “Mitchell mengatakan waktu aku pulang terlalu lama, minggu lalu aku juga tidak menemaninya, jadi semalam dia bertengkar denganku, aku mengatakannya, dan dia pun meninggalkan rumah dengan marah.”

Aku tidak pernah menanyakan masalah mereka, bagaimana adalah percintaan sesama jenis, aku juga tidak terlalu tertarik, jika biasanya melihat mereka berdua yang bersama, aku pun merasa sedikit canggung.

“Jangan terlalu cemas, temperamen orang muda memang seperti itu, setelah Mitchell tidak marah lagi, dia juga pasti akan pulang.” Aku berusaha menenangkannya dengan tersenyum.

“Betapa bagusnya jika benar-benar seperti apa yang kamu katakan. Semalam Mitchell berkata dengan sangat serius, dia mengatakan ingin putus denganku, dan setelah itu dia pun langsung meninggalkan rumah, bahkan barang-barangnya juga sudah dibawa. Aku sudah meneleponnya, tetapi dia mematikan ponselnya, tadi pagi aku pun pergi ke tempat kerjanya untuk mencarinya, dan rekannya mengatakan dia tidak datang kerja.”

“Kalau begitu apakah Mitchell pulang ke rumah lamanya” Aku bertanya.

“Masalahnya, Mitchell tidak membawa dompetnya, di dalamnya masih terdapat kartu ATM dan KTP. Rumahnya di Daerah timur, jika dia dapat membeli tiket, dia juga tidak dapat pulang karena tidak membawa KTP. Bahkan jika pulang, dia juga harus mengambil cuti kepada bosnya terlebih dahulu” Milen berkata dengan cemas, “Bahkan Mitchell pun tidak dapat menginap di dalam hotel karena tidak membawa KTP, sungguh memprihatinkan.”

“Mungkin Mitchell menginap di rumah temannya.” Aku berusaha untuk menenangkannya lagi.

“Mitchell hanya mempunyai dua teman di Kota A, aku sudah menelepon mereka, dan mereka mengatakan Mitchell tidak menginap di rumah mereka, saat ini sungguh tidak dapat diketahui di mana keberadaannya. Ai, semuanya adalah salahku, untuk apa aku memarahinya”

“Kamu jangan terlalu khawatir, bagaimana Mitchell adalah seorang pelatih kebugaran, mungkin saja malam ini atau besok dia akan pulang.” Aku berkata.

“Tampaknya hanya dapat seperti ini.” Milen berkata dengan putus asa.

Aku tidak terlalu menanyakan masalah Milen dan pacarnya, pada hari berikutnya selain berlatih aku pun pergi ke Dojo Itaewon.

Kali ini kami berlatih pertarungan tangan kosong, dan para siswa bertarung berpasangan.

Pasanganku adalah Arif, di dalam sekumpulan siswa, juga hanya dia yang dapat bertarung denganku.

Hal ini dikarenakan Arif sangat gemuk dan kuat, bahkan dia juga dapat menahan pukulan.

Ketika kami sedang berlatih, dengan tidak disangka kedatangan tiga tamu yang tidak diundang dan mereka berdiri di luar.

Seorang paruh baya dengan kumis tebal, dan juga dua pria muda yang gagah.

Mereka juga mengenakan pakaian latihan, tetapi pakaian mereka berbeda jauh dengan pakaian kami.

Di belakang baju hitam yang kami kenakan terdapat kata “Itaewon”, dan baju yang dikenakan oleh mereka berwarna biru tua, didepan bagian dada kanan mereka pun terdapat kata “Champion” yang dihiasi dengan lingkaran berwarna putih.

Kehadiran mereka bertiga pun telah menarik perhatian kami semua.

Aku juga tidak mengetahui tujuan dari tiga orang itu datang ke sini, tampaknya mereka adalah orang yang berasal dari tempat lain, tatapan mata mereka terlihat penuh dengan makna menilai dan mengejek.

Tiba-tiba, Pria bermata segitiga tersenyum dan berkata: “Guru, dengan standar yang dimiliki oleh mereka, apakah kita harus merendahkan diri untuk datang ke sini menemui mereka, tampaknya di sini tidak ada satu pun yang dapat melawanku. Mereka masih ingin pergi mengikuti lomba bela diri nasional, sungguh tidak tahu diri”

“Hehe, tidak boleh mengatakannya dengan seperti ini. Meskipun keterampilan Tuan Jimmy tidak terlalu bagus, siswa yang dibimbing olehnya juga tidak mempunyai keterampilan yang baik, tetapi dia sangat antusias, lomba bela diri nasional yang diadakan setiap tiga tahun sekali, dia pasti akan mendaftarkan siswanya untuk mengikuti lomba tersebut, dia sudah membuka Dojo Itaewon selama sembilan tahun, dan sampai saat ini siswanya tidak ada satu pun yang lolos dari babak penyisihan” pria setengah baya berkumis tersenyum dan berkata.

Mendengar perkataan ini, dua pria lagi pun tertawa, dan pria botak pun berkata: “Guru, anda sudah mengatakannya dengan seperti ini, untuk apa kita harus datang ke sini untuk menemui mereka, dengan keterampilan mereka yang begitu buruk, jika kita telah memenangkan mereka, bukannya juga tidak terlalu bangga”

“Mereka setidaknya pernah mengikuti lomba bela diri selama tiga kali, kita datang ke sini untuk menemui Tuan Jimmy juga dapat menanyakan pengalamannya, ini seharusnya dapat membantu kita dalam mengikuti lomba kali ini.”

“Aku rasa tidak dapat memberikan bantuan apa pun.” Pria bermata segitiga berkata.

pria botak juga berkata: “Guru yang seperti apa akan mempengaruhi siswanya, melihat keterampilan siswanya, tampaknya guru mereka juga tidak terlalu hebat. Guru, anda sungguh menghargai mereka.”

Mendengar perkataan mereka bertiga yang seolah-olah tidak ada orang lain di sini, kami pun menghentikan gerakan kami dengan tidak terkendali, dan menatap mereka dengan tatapan yang marah.

Instruktur Louis berkata dengan dingin dari atas: “Kalian semua harus berlatih dengan lebih serius, jangan mempedulikan mereka, jika kalian terpengaruh oleh perkataan penonton ketika sedang berlomba, lebih baik kalian langsung menyerah saja”

Suara Instruktur Louis pun mengejutkan kami, kami semua sedikit takut terhadap Instruktur Louis, meskipun merasa tidak senang, tetapi kami pun hanya dapat lanjut berlatih.

“Haha, guru, lihatlah mereka, juga terlalu memalukan dan tidak berguna, aku rasa kita pergi saja.” Pria bermata segitiga terus mengejek.

Pria setengah baya berkumis berkata: “Jika sudah datang, maka sebaiknya kita pergi menemui mereka.”

Selesai berkata, pria itu membawa dua siswanya masuk ke dalam dan mereka berjalan dengan bersikap angkuh.

Ini pun membuat Instruktur Louis tidak dapat diam lagi, lalu dia pun menatap Tuan Louis.

Tuan Louis menyapa mereka, dan berkata dengan tidak berekspresi: “Kalian berhenti dulu, kami sedang ada kelas, jika kalian terdapat sesuatu, maka mohon menunggu kelas kami selesai.”

“Wei, pria tua, kami ingin mencari Tuan Jimmy bukan kamu, kamu hanya merupakan seorang petugas kebersihan, jangan menganggu di sini, segera pergi.”

Tadi Tuan Louis sedang menyapu di luar, dan mereka bertiga pun mengira dia adalah seorang petugas kebersihan.

Aku dan siswa lainnya merasa sangat marah, meskipun kami terlihat sedang berlatih, tetapi kami melirik mereka dari tadi.

Tuan Louis berkata: “Pria muda, jangan terlalu arogan dalam berbicara, jika tidak pada akhirnya dirimu sendiri juga yang akan dirugikan.”

“Siapa kamu, beraninya kamu untuk memberikan pelajaran kepadaku, awas.” Pria bermata segitiga berkata dengan marah.

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu