My Beautiful Teacher - Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
Kemudian aku mendengar suara Fela yang indah dan menakjubkan itu, jauh lebih jelas daripada menguping melalui dinding.
"Uh, sangat nyaman... uh... "
Hanya dengan suara ini, membuat darahku melonjak dan reaksiku segera meningkat.
Aku ingin membuka pintu untuk mengintip, tetapi sayangnya pintu kamar terkunci dan tidak bisa bergerak sama sekali.
Aku terpikir ada kunci cadangan untuk setiap kamar di laci, aku segera kembali ke kamarku, mengambil kunci dari laci dan kembali ke pintu Fela dengan penuh kegirangan.
Aku mengambil kunci dan membuka pintu dengan tenang pada kecepatan paling lambat tanpa membuat suara.
Hanya terdengar suara "klik" yang pelan, aku mendorong pintu dengan lembut, pintu terbuka sejenak dan membuatku sangat senang.
Pintu kamar terbuka sedikit, tetapi masih gelap dan hanya ponsel terang yang memberikan cahaya halus.
Ponsel itu ditempatkan di sebelah Fela dan cahaya redup menyinari tubuhnya, tubuh Fela berkeringat, kilauan cahaya yang menarik, terutama dua gumpalan di dadanya yang montok, meskipun dia berbaring, payudaranya terlihat sangat tinggi dan lurus, kakinya terbuka lebar, karena cahayanya terlalu gelap, aku tidak dapat melihat dengan sangat jelas, tetapi aku dapat mendengar suara getaran kecil di bagian bawah.
Aku terbengong beberapa saat dan reaksi tubuhku sekeras besi.
Setelah beberapa saat, dengan gumaman semangat Fela yang tinggi, tubuhnya menegang, tangannya juga berhenti bergerak, sepertinya telah mencapai puncak kebahagiaan.
Setelah beberapa saat kemudian, dia lumpuh di ranjang dan terus terengah-engah.
Setelah melihatnya, aku segera menutup pintu kamarnya dengan diam-diam, kembali ke kamar tidurku, tidak bisa menahan lagi, dengan tanpa ampun terus mengocoknya.
Ketika aku bangun keesokan paginya, Fela tidak ada di rumah, aku pikir dia pergi beli sarapan dan aku menunggu sarapannya.
Setelah menunggu selama satu jam, dia masih tidak kembali.
Aku sedikit tertekan, mengapa gadis ini bangun pagi sekali setiap hari? Jelas-jelas dia tidur sangat larut tadi malam, apakah jiwanya benar-benar sebagus itu?
Aku turun untuk sarapan, tanpa diduga, aku bertemu Fela di depan gerbang rumah.
Fela mengenakan jaket dengan celana kulit hitam di bawahnya, dia memegang gitar kayu dan stereo di sampingnya, memegang mikrofon, dia bernyanyi dan berbicara, seluruh orangnya tampak mabuk: "Girl, do you know I want your love. Your love was handmade for somebody like me. Come on now, follow my lead. I may be crazy, don't mind me, say Boy let's not talk too much……”
Kebanyakkan penontonnya adalah orang tua, juga beberapa pekerja kantoran, karena nyanyiannya sangat bagus, banyak orang mengambil koin dan menaruh di depannya.
Fela terus tersenyum dan mengangguk, ketika dia melihatku, matanya bersinar dan nyanyiannya menjadi lebih bergairah.
Meskipun aku tidak dapat memahami liriknya, tetapi dapat mengetahui nama lagunya dengan mendengarkan lagu yang dia nyanyikan (Shape of You), nyanyiannya jauh lebih baik daripada beberapa selebritas internet.
Aku akhirnya percaya bahwa dia tidak bercanda ketika dia mengatakan dia mempertunjukan di pinggir jalan kemarin.
Di akhir lagu, dia mulai menyelesaikan pekerjaannya.
Seorang pemuda tampan maju dan bertanya, "Kakak, aku ingin berteman denganmu, boleh kamu tinggalkan ID WeChat?"
Fela tertawa: "Kalau begitu kamu harus bertanya pada pacarku apakah dia setuju atau tidak."
“Pacarmu?” Pemuda tampan itu bertanya.
Fela menunjukku sambil tersenyum dan berkata, "Itu dia, Wenas, mengapa kamu berdiri di sana? Cepat kemari."
Aku tahu bahwa Fela menggunakanku sebagai pelindung, jadi aku melangkah maju, di dalam tatapannya yang terkejut, aku secara alami merangkul pinggangnya dan bertanya pada pemuda tampan itu sambil tersenyum: "Pria tampan, ada apa?"
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa, cuman tanya arah jalan saja." Pemuda tampan itu tersenyum canggung lalu pergi.
Fela tersenyum dan menatap aku: "Reaksimu benar-benar sangat cepat."
"Tentu saja, kamu harus melihat seberapa tinggi IQ pemilik rumah ini."
"Pegangannya nyaman?"
“Hah?” Aku terkesima sesaat.
Fela segera memelototiku: "Masih tidak melepaskan tanganmu dari pinggangku?!"
Aku langsung bereaksi dan tidak bisa membantu tetapi meremas pinggangnya lagi, lalu aku melepaskan tanganku dan berkata sambil tersenyum, "Aku tidak sangka pinggangmu akan begitu lembut dan kurus, ngomong-ngomong, apakah kamu keluar pagi-pagi langsung mempertunjukkan di pinggir jalan sini?
Aku berhasil mengubah topik pembicaraan, Fela langsung tertawa: "Cari uang sarapan, sepertinya cukup untuk hari ini, cepat bantu aku ambil uangnya, kali ini aku lupa untuk membawa baskom, lain kali aku harus ingat untuk membawanya."
Fela dan aku mengambil uang dan mengemasi barang bersama-sama, tanpa diduga, Fela menghasilkan tiga ratus ribu dalam satu jam, aku tidak bisa membantu tetapi mengacungkan jempol dan berkata hebat.
Fela memegang segenggam uang receh di tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Ayok, kakak traktir kamu sarapan."
Saat makan, Fela berkata kepadaku, " Wenas, aku akan menggantikan temanku untuk mengambil kelas di sekolah tempatku bekerja dulu, apakah kamu ingin pergi denganku dan melihat-lihat?"
"Pengganti, bukankah kamu sudah mengundurkan diri?"
"Membantu teman baik, bisakah aku menolak?"
“Aku tidak tertarik.” Aku baru saja berkata, sesuatu tiba-tiba terdengar dan tanpa sadar bertanya,
“Apakah itu sekolah menengah yang diajarkan oleh Bu Ramya .”
"Iya, kak Ramya dan Awang sama-sama di sekolah menengah itu, ayok ikut denganku, biar kamu bisa melihat penampilanku sebagai seorang guru."
Mendengar bahwa Ramya ada di sana, aku segera mengangguk tanpa sadar dan bertanya, "Apakah penjaga gerbang mengizinkanku masuk?"
"Tenang saja, aku memiliki hubungan yang baik dengan penjaga, kamu ikut aku saja!"
Kami berangkat setengah jam kemudian, naik taksi dan langsung pergi ke SMA Ramya.
Sekolah ini bernama SMA Bangkit Husada , yang hanya bisa dianggap sebagai SMA biasa di kota A.
Seperti yang dikatakan Fela, aku mengikutinya dengan sangat mudah masuk kedalam sekolah.
Kami berjalan-jalan di sepanjang jalan sekolah, yang mengingatkan aku pada masa SMA aku sendiri.
Di kejauhan, suara membaca terdengar dari gedung pengajaran, di taman bermain, ada siswa yang bermain sepak bola dan bola basket.
Kadang-kadang, ada guru bolak-balik antar sekolah, penuh dengan suasana budaya.
Aku tanpa sadar bertanya, "Kelas mana yang diajarkan Bu Ramya ?"
"Dia adalah guru bahasa Inggris di kelas B, anak SMA 3."
"Lalu di mana kantornya?"
Fela tiba-tiba berhenti dan menatapku dengan aneh: "Kenapa kamu terus bertanya tentang Ramya, ketika aku mengobrol dengan kakak Ramya akhir-akhir ini, dia juga akan menyebutmu dari waktu ke waktu, kamu masih bilang kalian tidak ada apa-apa?"
"Jangan bicara omong kosong, hanya sekedar tanya saja, lagipula, kami tetangga, wajar saja kalau aku menanyakannya sesuatu, aku pertama kali datang ke sekolah ini." Aku berkata dengan merasa bersalah.
Fela menatap wajahku lama sekali dan aku segera menambahkan: "Jika aku ingin menyukainya, lebih baik aku menyukaimu, seorang gadis cilik yang lincah, ceria dan manis, iya kan?"
Mendengarkanku berkata demikian, Fela langsung lega, sebaliknya, dia menunjukkan sedikit rasa malu di wajahnya dan berkata, "Ada banyak orang yang menyukaiku, siapa yang menginginkan kamu seorang pecundang untuk menyukaiku?"
Setelah berkata, dia berjalan maju dengan cepat.
Aku merasa sedikit lega.
Hanya saja tidak menyangka, baru saja berjalan ke gedung pengajaran di lantai bawah, ada seorang pemuda jangkung turung ke bawah.
Aku tertegun, tidak sangka akan bertemu dengan Asis di sini.
Asis melihat Fela dan matanya berbinar dan berkata sambil tersenyum, "Eh, Fela, bukankah kamu sudah berhenti dari pekerjaanmu, kenapa kamu kembali lagi …… Oh, bukankah ini tuan pemilik rumah? Sangat kebetulan, mengapa kamu di sini?"
Fela jelas tidak menyukai Asis, wajahnya tiba-tiba menjadi dingin, dia berkata dengan tenang, "Aku membawa pacarku datang untuk berkunjung, kamu tidak keberatan, kan?"
"Pacarmu?" Asis tertegun sejenak dan kemudian tertawa: " Fela, meskipun kamu tidak menyukaiku dan menolak pengejaranku, kamu juga tidak perlu mengambil seseorang sebagai pelindung? Aku masih mengenal pemilik rumah ini, aku melihatnya terakhir kali di rumah Bu Ramya ! "
"Kamu tidak percaya?" Fela berkata dan tiba-tiba melingkarkan lengannya di leherku, berjinjit, lalu mencium mulutku.
Aku terkejut dan memandangnya dengan bengong.
Novel Terkait
Adore You
ElinaIstri ke-7
Sweety GirlDoctor Stranger
Kevin WongHarmless Lie
BaigeAku bukan menantu sampah
Stiw boyWaiting For Love
Snow1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaUnlimited Love
Ester GohMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang