My Beautiful Teacher - Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
“A... apa yang kamu lakukan?” Tubuhku syok dan kaget, aku menatapnya tercengang.
Wajah Fela memerah hingga ke lehernya, suaranya sedikit gemetar dan berkata: “Siapa suruh kamu berpikir sembarangan dan malah menghambatku mengoleskan obat, aku cuman menggesernya ke samping. Kamu kira apa yang ingin kulakukan, mimpi saja!”
Aku dapat melihat kalau Fela juga sangat gugup, tapi dia masih berbicara dengan tenang.
Milikku dipegangnya, terasa panas untuk beberapa saat, tangan-tangan kecil yang lembut dan halus itu membawakan kenikmatan yang tiada tara, dan membuat milikku semakin mengeras.
Kali ini giliran Fela yang terkejut, jelas terasa kalau benda di genggamannya semakin membengkak besar, dia tersipu dan berucap: “Dasar otak mesum!”
Dia duduk di sampingku dengan aku yang masih bertelanjang dan masih memegang erat milikku, pemandangan ini sungguh memalukan.
Kami berdua tidak berbicara sepatah kata pun, Fela menggeser milikku ke samping, dan kemudian mencoba untuk tetap fokus mengoles arak gosok.
Tetapi, selama kegiatan ini, tangannya yang menggenggam milikku juga ikut bergerak, seperti sedang membuatku masturbasi.
Tubuhku menegang, wajahku memerah dan tak bisa berkata apa-apa, napasku semakin memburu dalam setiap gerakannya.
Namun, tidak disangka bahwa saat ini pintu ruang tamu dibuka diam-diam dari luar.
Sesosok cantik berjalan masuk dengan pelan-pelan.
Aku masih menikmati perasaan luar biasa dari Fela yang mengoleskan arak gosok untukku. Ketika aku tidak bereaksi, aku melihat Ramya yang berdiri di pintu ruang tamu sambil menatap tercengang.
“Kak... kak Ramya !” Kemunculan Ramya mengejutkan Fela, dia tidak merespons untuk sementara waktu, dan bahkan lupa melepaskan tangannya dari milikku.
“Ma... maaf, aku mencarimu karena ada urusan, rupanya kamu lagi sibuk, kalau begitu a... aku tidak akan mengganggu kalian.” Tubuh Ramya bergetar, matanya memerah, setelah menatapku galak, dia segera berbalik, dan berlari secepat mungkin.
Melihat pintu yang terbanting keras, akhirnya aku tersadarkan. Untuk beberapa saat, perasaanku campur aduk, pikiranku kosong dan tidak tahu harus berbuat apa.
“Aduh, aku sangat malu, malah dilihat Kak Ramya pula! Dia pasti salah paham, apakah kamu tidak mengunci pintu saat masuk tadi, kenapa dia bisa tiba-tiba masuk?” Fela juga sudah sadar, dia langsung melepaskan tangannya, wajahnya merah padam.
Aku mengabaikan omongan Fela, dengan wajah yang masih linglung, aku memikirkan situasi tadi.
Ramya pasti salah paham, tadi matanya sudah memerah, dia pasti mengira aku bersama dengan Fela, makanya sangat sedih.
“Sisanya, kamu oles sendiri, aku... aku mau tidur!” Fela menutup wajah dan melarikan diri ke kamarnya, “brak” terdengar suara pintu terrtutup.
Pada akhirnya, hanya tersisa aku seorang di ruang tamu yang sangat sunyi. Arak gosok, alkohol, dan kapas masih terletak di atas meja.
Sebagian besar luka di tubuhku sudah dioles arak gosok, hanya tinggal beberapa di kaki yang belum dioles.
Milikku yang berdiri tegak tadi, sekarang sudah kehilangan hasrat.
Aku buru-buru megoles obat pada luka terakhir, lalu memungut kembali pakaianku dan berjalan pincang ke kamarku.
Aku ingin mengirim pesan dan menjelaskan kepada Ramya, ketika mengeluarkan ponsel, terdapat tujuh atau delapan pesan WeChat, semuanya dikirim oleh Ramya.
“Kamu lagi apa?”
“Sudah tidur belum?”
“Lala sudah tidur?”
“Kalau kamu sibuk, aku tidak akan mengganggumu, aku akan mengirimmu pesan nanti.”
“Sudah tidur belum? Jika Lala sudah tidur beri tahu aku ya.”
“Kalau kamu tidak balas berarti sudah ya.”
“Oke, kalau begitu aku datang ya!”
Pesan-pesan ini dikirim pada waktu yang berbeda, malam ini telah terjadi banyak hal, aku juga terluka. Setelah pulang, aku melepaskan pakaian dan Fela membantuku mengoles arak gosok. Alhasil, aku tidak sempat membaca pesan di ponsel yang kutaruh di saku baju.
Ramya pasti mengira Lala sudah tidur, makanya dia menyelinap, tetapi tanpa diduga, dia malah melihat pemandangan yang sangat memalukan.
“Ramya, bukan seperti yang kamu pikirkan, aku dan Fela tidak bersama, dia cuman membantuku mengoles arak gosok.”
Aku mengirim WeChat dan dia sama sekali tidak membalas pesanku.
“Aku tidak membohongimu, meski kedengarannya tidak masuk akal, tapi kita tidak melakukan apapun, aku terluka dan kebetulan lukanya di sana, kamu jangan marah ya!”
Setelah menunggu beberapa saat, dia juga tidak membalas pesanku.
“Aku bersumpah, aku hanya mencintaimu seorang, aku tidak peduli dengan perempuan lain!”
Aku sudah tidak tahan lagi, segera menyalakan komputer, dan akhirnya bisa melihat sosok Ramya di layar monitor CCTV ruang tamu.
Ramya berbaring di sofa sambil memeluk bantal, memandangi ponsel di sebelahnya, tetapi tidak meraihnya sama sekali.
Kemudian dia duduk dan mencari kertas, aku terkejut, apakah dia mau menulis surat perpisahan untukku?
Dia menulis namaku di seluruh kertas.
Aku menghela napas lega, sebaliknya malah senang, sepertinya Ramya masih memilikiku di dalam hatinya.
Sesaat kemudian, dia merobek kertas yang tertulis namaku hingga berkeping-keping, lalu membuangnya ke tong sampah.
Aku tercengang, menyaksikannya mengambil ponsel dan mematikan lampu di ruang tamu lalu kembali ke kamar.
Awang sudah terlelap sejak tadi, dia berbaring di tempat tidur dan mematikan lampu tidur, menghela napas panjang dalam kegelapan.
Aku sangat menderita, hubunganku dengan Ramya sudah hampir berhasil, tapi kenapa malah terjadi hal semacam ini.
Apakah ini salah Fela ? Tentu saja tidak.
Dia juga berbaik hati, melihatku yang terluka, dia membantuku sebisa mungkin.
Aku hanya bisa menyalahkan diri sendiri, padahal aku sudah tahu jika Ramya akan datang pada malam hari, tapi malah membiarkan Fela mengoleskan arak gosok untukku.
Aku mematikan komputer dan berbaring di tempat tidur sambil membolak-balikkan tubuh.
Efek dari arak gosok sudah mulai bekerja, tubuhku terasa terbakar, tapi hatiku lebih sengsara.
Aku baru tertidur saat jam tiga dini hari.
Ketika aku bangun, sudah jam 11 pagi.
Aku melihat pesan di ponselku yang dikirimkan oleh Ramya, hatiku sungguh senang, apa dia sudah memaafkanku?
Setelah membukanya, aku kecewa.
Pesan itu tertulis: “ Wenas, kita itu sebuah kesalahan, aku seorang wanita yang sudah menikah, kita tidak mungkin bisa bersama, malah akan semakin tersakiti. Lala perempuan yang baik, dia juga saudari baikku, kamu sangat cocok dengannya, kuharap kamu baik padanya. Kelak kamu jangan mencariku lagi, kamu bisa menghubungi suamiku jika ada hal penting, aku sangat merasa bersalah padanya, aku tidak bisa membuat kesalahan lagi, kita berpisah di sini ya!”
Sial! Aku dan Ramya bahkan belum memulai secara resmi, malah sudah berpisah!
Beberapa bulan ini, aku selalu mencintai Ramya, dia telah menjadi bagian dari hidupku, bahkan dengan melihat kehidupan sehari-harinya sudah membuatku bahagia, bagaimana mungkin berpisah begitu saja?
Aku segera membalas pesannya: “Tidak mungkin.”
Tapi, pesan itu tidak terkirim, Ramya memblokir akun WeChat aku.
Aku sangat marah, mencoba meneleponnya, tapi ternyata dia memang memblokirku.
Aku melempar ponselku ke ranjang dengan kasar, menatap langit-langit kamar sambil berteriak keras.
Tidak ada yang merespons dalam rumah, mungkin Fela sudah pergi saat ini.
Aku berbaring di tempat tidur selama setengah jam dan bangkit setelah mengendalikan emosiku.
Ada catatan di atas meja ruang tamu yang ditulis Fela.
“Hei keledai, aku sudah membuat sarapan untukmu, bubur telur dan omelet telur, semuanya ada di dalam panci, aku juga membeli beberapa sayur dan kutaruh di lemari es, kamu bisa masak untuk makan siang. Aku ada makanan ringan di kamar, kamu boleh memakannya. Juga, kamu tidak perlu mencuci pakaianku, kamu terluka dan istirahatlah dengan baik di rumah, aku mau pergi bernyanyi dulu dan akan pulang malam setelah kerja.”
Novel Terkait
Back To You
CC LennyMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaSee You Next Time
Cherry BlossomMy Lady Boss
GeorgeDon't say goodbye
Dessy PutriUangku Ya Milikku
Raditya DikaLove In Sunset
ElinaMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang