My Beautiful Teacher - Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional

Aku menerima penyelidikan polisi dan memberi tahu mereka banyak hal tentang Lastri, tetapi polisi menyangkalnya semua.

Selain itu keesokan hari pada saat setelah mengenalkan dokter Waka pada Lastri, Lastri mengundurkan diri dari masalah pengobatan, oleh karena itu dia mengatakan bahwa pengobatannya baik-baik saja, hanya membohongi aku.

Karena hasil tes terdapat penyakit mental, maka Lastri tidak perlu masuk penjara, namun sebaliknya harus dikirim ke rumah sakit jiwa untuk pengobatan.

Masalah Lastri terdengar sedikit aneh, meskipun aku merasa dia seperti orang gila waktu itu, tapi tidak disangka dia adalah seorang penderita gangguan mental dan aku hampir berhubungan dengannya.

Dan novel Lastri berdasarkan kenyataan, selain itu tulisannya sangat mengharukan dan menakutkan, membuat orang merasa seperti ada di tempat kejadian.

Dari sudut pandang ini, Lastri adalah seorang jenius dalam menulis.

Jenius dan orang gila, kedua ini sering kali terpisahkan oleh garis tipis, dalam kebanyakan kasus, tidak bisa dibedakan jelas apakah mereka jenius atau gila.

Saat aku pulang kerumah sudah siang hari dan kebetulan bertemu dengan Milen.

Milen berkata ingin mencari aku dan aku bertanya kepadanya ada apa.

Ekspresi Milen sangat suram dan berkata dengan pelan “Tuan rumah, terima kasih telah menjaga kami selama ini, sekarang Mitchell telah pergi, aku juga tidak ada alasan untuk tetap tinggal, aku ingin mengembalikan rumah lalu pulang kerumah, kedepannya hidup dengan baik bersama istri dan anak. Jika kamu tidak dapat menemukan penyewa untuk sementara, aku bisa membantu kamu untuk menghubungi, intinya, bisa saling bertemu adalah jodoh, terima kasih banyak. "

"Tidak apa - apa, jika kamu tidak sanggup memindahkan barangmu, aku bisa membantu. "

Tanpa bisa dihindari terdapat sedikit rasa sakit saat berpamitan dengan Milen, rumah Lastri telah kosong, sekarang Milen juga pergi, kedua rumah aku akhirnya tidak ada yang menempatinya.

Tadi saat pulang, didaerah distrik mendengar beberapa warga membicarakan masalah Lastri, mengatakan bahwa rumah aku adalah rumah hantu, khawatirnya kedepannya tidak ada yang mau menyewanya.

Kemudian, aku dan Milen makan siang bersama, saat sore hari setelah dia telah pindah keluar, lalu memberikan kunci kepadaku.

Aku berjalan melihat ke kedua rumah tersebut, awalnya di tempati oleh Ramya, lalu ditempati oleh Lastri, sekarang sebaliknya terasa sedikit seram dan aneh.

Untungnya aku membongkar kamera di dalam ruangan tepat waktu, jika tidak mungkin aku juga harus ikut tertangkap.

Kemudian setelah berlalu satu minggu, aku setiap hari pergi ke rumah sakit untuk mengunjungi Ramya.

Orang tua Ramya datang kesini secara khusus dari kampung untuk merawatnya, melihat aku yang penuh perhatian juga merasa sangat berterima kasih.

Hubungan aku dengan Ramya semakin lama semakin baik, tetapi diantara kami masing - masing mempunyai pemahaman secara diam - diam tidak mengungkit masalah Fela.

Ramy berkata bahwa dia akan kembali untuk tinggal bersamaku saat penyakitnya sudah sembuh, aku tertawa dan berkata tidak masalah.

Kadang - kadang aku sendiri langsung yang menyuapi Ramya makan, meniup bubur sedikit demi sedikit hingga dingin, lalu menyuapinya.

Setiap kali Ramya melihat aku dengan dengan penuh perasaan, itu membuat aku sedikit merasa tidak enak.

Tentu saja, selain mengunjungi Ramya setiap hari, aku juga giat terus menerus latihan.

Sisa dua hari sebelum kompetisi bela diri nasional, aku membicarakan masalah ini dengan Ramya.

Mendengar aku ingin berpartisipasi kompetisi bela diri nasional, Ramya memberikan dukungan dan semangat kepada aku.

"Sayangnya, luka aku masih belum sembuh, jika tidak aku bisa menemani kamu pergi bersama. " Ramya menarik tangan aku sambil berkata.

Aku tidak menolak dan merasakan telapak tangannya yang hangat, halus dan lembut, lalu tersenyum berkata "Kali ini aku akan dapatkan juara untuk kasih kamu lihat. "

Ramya tersenyum "Pasti bisa. "

Dalam dua hari terakhir, Instruktur Louis memberi kami pelatihan khusus dan memanggil semua siswa kelas dua dan tiga.

Siswa kelas dua lebih cepat lima bulan lebih dibandingkan kami dan siswa kelas tiga yakni Bobby, Rizal dan yang lainnya, sudah mulai belajar seni bela diri setahun sebelumnya.

Cedera Bobby sudah sembuh dan saat melihat aku lagi, ekspresinya terus terlihat dingin, tetapi aku juga malas untuk mempedulikannya.

Akhirnya, tiba di hari kompetisi bela diri nasional.

Pertandingan finalis umumnya diadakan di ibu kota masing-masing provinsi.

Ibu kota provinsi kami beradi di Kota C dan perlu melintasi Kota B yang berada di tengah.

Pagi-pagi sekali, kami sudah berkumpul dan semua membawa pakaian ganti.

Instruktur Louis menemani kami dan Tuan Louis tetap tinggal di Dojo Itaewon untuk lanjut mengajari anak - anak.

Instruktur louis kemarin berkata, pertandingan finalis kali ini akan memakan waktu sekitar satu minggu, oleh karena itu harus mempersiapkan mental dan membawa baju yang cukup.

Instruktur Louis juga memesan sebuah bus besar secara khusus, kami tidak perlu membayar bus besar, tetapi setelah tiba kami harus membayar sendiri uang hotel penginapan.

Saat naik ke bus semuanya sangat gembira, tiga tingkatan kelas sedang mendiskusikan acara besar kompetisi bela diri nasional.

Ladira duduk bersamaku, ini menarik banyak perhatian laki - laki yang iri dan cemburu.

Tentu saja, diantara orang - orang tersebut salah satunya adalah Bobby.

Tatapannya seperti tidak sabar ingin menelan utuh diriku.

Cara membalas tatapan Bobby yang terbaik adalah seperti tidak melihatnya, lalu berkata dan tersenyum kepada Ladira.

Dari jauh terlihat Bobby marah menggertakkan gigi dan berbisik berkata banyak kepada Rizal yang duduk bersamanya.

Tetapi tidak tahu apa yang dikatakan dan aku juga malas mempedulikannya.

Ladira berkata kepada aku "Wenas, kamu begitu hebat, kali ini pasti akan mendapatkan hasil yang bagus. "

"Ladira, kamu terlalu optimis. " Aku tertawa pahit " Yang datang untuk berpartisipasi dalam kompetisi ini semuanya adalah master dari seluruh negeri, dengan ilmu bela diri aku yang sedikit ini, khawatirnya sama sekali tidak bisa lulus, Instruktur Louis juga telah mengatakan bahwa yang datang berpartisipasi pertandingan semuanya telah berpengalaman, oleh karena itu kamu jangan berpikir terlalu banyak. "

Meskipun dalam hati juga berharap sedikit keberuntungan, tapi Wenas juga tahu betapa besar jarak antara kenyataan dan tujuannya.

Ladira menganggukkan kepala "Ng, yang paling penting adalah sikap mental harus tenang. "

Setelah perjalanan lebih dari tiga jam, kami akhirnya sampai di Kota C.

Instruktur Louis mengatur kami menginap di hotel yang sangat dekat dengan lokasi kompetisi.

Hotelnya penuh dengan tamu, hampir semuanya adalah orang dari Dojo Itaewon atau sekolah seni bela diri yang datang untuk mengikuti kompetisi bela diri, dari pintu hotel saja sudah terlihat terdapat dua kelompok manusia.

Dan kami kenal dengan salah satu kelompok diantaranya, dalam tangan memegang buah catur Dojo Jangga dan didalam kelompok tersebut terdapat Rudi dan Miwa beserta Decky guru murid tiga orang.

"Wenas, lihat, orang dari Dojo Jangga " Kata Ladira dari samping mengingatkan.

Aku menganggukkan kepala dan menatap ketiga orang tersebut dengan mata dingin.

Saat aku melihat ke arah mereka, disaat bersamaan Miwa seperti menyadari tatapanku, pandangan kami bertemu diudara dan tatapanya dingin.

Aku juga tidak mau kalah dan menatapnya dengan mata dingin, dalam udara tampak seperti ada bau mesiu.

Banyak siswa kami juga telah menyadari orang Dojo Jangga, murid kelas dua dan tiga tidak begitu peduli, tetapi kami murid kelas satu semuanya berwajah suram.

Saat ini, Miwa mengangkat sebuah tangan, membuat gaya jari jempol yang kalah ke arahku sambil tertawa dingin.

Aku mendengus dan menampilkan gerakan yang sama, membuat Miwa marah hingga wajahnya tidak enak di lihat.

Akhirnya, Miwa menarik kembali tatapanya dan bersama Rudi menunggu orang untuk masuk hotel.

Dan tepat disaat ini, aku tiba - tiba di tabrak oleh seseorang.

"Maaf maaf. " Seorang laki - laki muda berpakaian olahraga mengenakan topi lancip setelah menabrak aku, segera meminta maaf, lalu dengan cepat masuk ke dalam kerumunan.

Aku tertegun sejenak, merasa laki - laki muda itu sedikit familiar.

" Baiklah, ayo kita masuk kedalam hotel. " Teriak Instruktur louis.

Aku setelah menarik kembali kesadaran, juga tidak begitu mempedulikannya dan masuk kedalam hotel bersama yang lainnya.

Masing - masing mencheck-in kamar, aku dan Arif tinggal di kamar yang sama.

Saat kembali ke kamar dan meletakan koper, tanpa sadar aku meraba saku celana dan ternyata dompet aku hilang.

Aku tiba - tiba terkejut, pasti laki - laki muda yang menabrak aku di depan pintu hotel tadi yang mencurinya.

Kali ini tamat sudah, dalam dompet terdapat KTP dan bukti kami untuk memasuki ke tempat acara pertandingan bela diri adalah dengan mengandalkan KTP kami sendiri, karena satu bulan sebelumnya, Instruktur Louis mengambil KTP kami untuk mendaftar dan jika KTP hilang, maka tidak bisa mengikuti kompetisi bela diri.

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu