My Beautiful Teacher - Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
Awalnya dia hanya pasif menerima, tapi seiring tanganku yang satunya dari pinggang ramping masuk ke dalam roknya, menyentuh celananya yang membungkus area misterius, dia tidak bisa menahan, lalu merespon secara aktif.
Lidah kami berdua bersatu, sambil meminta kelembaban dan kehangatan masing-masing.
Tanganku naik turun, wajahnya berubah menjadi merah, ekspresinya juga jelas sekali menjadi melembut.
Reaksiku menjadi keras sekali, menempel erat pada perut kecilnya.
Sedangkan tanganku dibawah sudah dengan berani masuk ke celah celananya, menyentuh kelembaban, kemudian mulai bergerak.
Aku mencium dia sampai hampir kehabisan nafas, langsung berpisah dengan bibirku, lalu mengerang: "Kamu sungguh jahat sekali!"
"Aku hanya jahat kepadamu seorang." Aku tertawa, bagian bawah tanganku sudah melepaskan pakaian dalamnya dan juga mengangkat sweaternya sampai ke dada, menampakkan dua buah dadanya yang putih dan halus.
Aku langsung menggigit biji persik, menghisap dengan semangat.
Ramya tersentak, dengan tidak sadar membuka lebar kedua kakinya, air dibagian bawah tidak berhenti mengalir dibawah serangan jari-jariku yang tidak henti.
Aku sedikit tidak bisa menahan, menindihnya di atas sofa, melepaskan celanaku dan melompat ke atasnya.
Ramya menunduk melirik reaksiku, dengan wajah memerah berkata: "Punyamu sungguh besar sekali!"
"Apakah lebih besar dari punya suamimu?" Tanyaku sambil tertawa, menunjukkan perasaan puas.
Masih lumayan aku tidak mengungkit suaminya, begitu mengatakan ini, ekspresinya langsung berubah, dalam sekejap akal sehatnya kembali, langsung mendorongku, lalu mulai merapikan pakaiannya, berkata: "Aku......aku tidak boleh melakukan hal yang mengkhianati suamiku, maaf."
Gerakannya cepat sekali, saat aku tercengang beberapa detik, sudah berdiri membuka pintu dan pergi dengan cepat.
Ini membuatku mempunyai perasaan ingin menangis, awalnya reaksiku yang sudah berdiri tegak dalam sekejap langsung melemas.
Bajingan, hanya langkah terakhir saja, bisa-bisanya dia lari.
Aku tidak bisa menahan untuk tidak menamparku diriku, Wenas oh Wenas, mulutmu ini benar-benar sampah sekali, kalau tidak mengungkit suaminya bukannya tidak akan ada masalah lagi?
Aku depresi selama satu sore hari, malamnya juga tidak bisa menahan mengirimkan pesan teks kepadanya: "Kamu jangan membohongi perasaan dalam hatimu, kamu sudah menyukaiku."
"Kamu berbicara sembarangan" Balas Ramya.
"Kenapa tidak bisa menghadapi kenyataan, aku suka padamu, kamu juga suka padaku, kenapa tidak boleh bersama?"
"Karena aku sudah bersuami, hal seperti ini ditakdirkan tidak boleh terjadi. Kamu jangan sembarangan pikir, pergilah cari seorang pacar, maka kamu tidak akan memikirkan aku lagi. Dengan syaratmu, mudah sekali mencari seorang gadis yang cantik lucu dan menyukainya."
"Aku tidak mau pacaran, aku hanya mau kamu."
Ramya tidak membalas pesanku lagi, membuat hatiku sangat kecewa.
Aku membuka laptop, melihat gambaran cctv.
Mereka berdua suami istri sudah berbaring di atas tempat tidur, Awang bertanya Ramya mengirimkan sms kepada siapa.
Ramya bilang teman kerja, langsung menyimpan handphone.
Lalu Awang memeluknya, ingin berciuman panas dengannya.
Ramya malah menolaknya, mengatakan sangat lelah, memutar badannya lalu tidur membelakangi Awang.
Awang menghela nafas, ekspresinya sedikit kecewa.
Hatiku juga bukan senang sekali, kenapa aku malah mencintai seorang wanita yang sudah bersuami?
Malam hari kedua aku turun kebawah makan, karena berjalan terlalu cepat, saat keluar dari lift tidak sengaja menabrak sesosok tubuh yang cantik.
Orang itu meringis 'aduh', tersandung dan terjatuh di atas tanah.
Aku buru-buru meminta maaf, ingin membantunya berdiri, alhasil seorang wanita duluan membantu orang itu berdiri daripada aku.
Aku tercengang, tidak disangka orang yang membantunya berdiri adalah Ramya.
" Lala, kamu tidak apa-apa kan?" Ramya bertanya dengan perhatian.
"Aku tidak apa-apa." Gadis yang kusenggol sampai terjatuh adalah wanita berumur 20-an tahun, rambut sepanjang baju, berwarna maroon yang indah, kulitnya seputih salju, paras wajahnya cantik, tapi riasan smoke yang tebal membuat matanya lebih besar.
Dia memakai setelan jeans, kancingnya tidak dikancing, dalamnya adalah kaos hitam, memiliki dada yang menonjol dengan dua siluet yang sangat berbeda, tampaknya sangat mempesona.
Dengan celana jeans pendek dan stocking hitam, terlihat langsing dan tidak "
"Wei, kamu bagaimana berjalan, tidak pakai mata atau buta?!" Emosi gadis ini sedikit jelek, menggosok lututnya, sambil memarahi.
Bagaimana juga aku yang bersalah, hanya bisa meminta maaf kepadanya: "Maaf, aku sungguh tidak sengaja, mohon dimaafkan."
" Lala, jangan marah, dia adalah tuan rumahku, Wenas." Ramya membujuk.
"Dia adalah Wenas yang kamu bilang mempunyai 5 rumah dan masih belum punya pacar?" Mata gadis itu langsung berbinar, dari marah berubah menjadi tersenyum, dengan sedikit malu berkata: "Sungguh maaf sekali, rupanya tuan rumah kak Ramya, aku kira siapa, halo, namaku Fela, senang sekali mengenal denganmu."
Fela tersenyum dan mengulurkan tangannya, ingin besalaman denganku.
Aku sedikit heran, tidak menyangka Ramya akan menceritakanku kepada orang lain.
Fela terlihat cantik saat tersenyum, matanya yang besar dan bulat membentuk menjadi dua bulan sabit, meskipun tadi dia berbicara tidak enak didengar, tapi bagaimana juga menghadapi wanita cantik yang meminta bersalaman duluan.
Aku tetap menyalaminya.
Tangannya halus dan lembut, jarinya panjang, juga memakai dicat dengan cat kuku yang berwarna cerah, kulitnya putih dan lembut, yang paling penting adalah di pergelangan tangannya memiliki tato bertulisan "Marco".
Aku pikir itu nama pacarnya.
"Tuan rumah, kamu mau pergi kemana?" Fela bersikap seolah sudah dekat, bertanya sambil tersenyum.
"Oh, aku mau keluar makan."
"Kenapa sudah malam sekali masih belum makan, nanti datang ke rumah kak Ramya duduk dulu."
Aku sedikit kebingungan, aku baru saja menabrak Fela, kenapa dia masih begitu ramah kepadaku.
Aku tersenyum dan mengangguk, lalu melirik Ramya.
Ramya sibuk menghindari tatapanku, berkata: " Lala hanya bercanda, jangan dianggap serius, kamu pergi makan saja."
Aku tersenyum pahit dalam hati, tidak berbicara lebih banyak lagi, langsung meninggalkan komplek.
Setelah makan baru saja pulang ke rumah, tidak menyangka mendapat telepon dari Ramya.
Dalam hatiku senang sekali, langsung menjawab telepon, bertanya: "Bu Ramya, ada apa?"
Ujung telepon sana terdengar suara tawa: "Kamu jangan salah paham, aku Fela, hanya menggunakan handphone kak Ramya untuk meneleponmu."
"Ada apa?" Aku sedikit kecewa, bertanya dengan sopan.
"Apakah kamu sudah pulang, kak Ramya dan aku ingin mencarimu karena ada sesuatu."
Medengar Ramya mencariku, aku langsung bilang sudah pulang.
Fela berkata sambil tersenyum: "Baiklah, aku dan kak Ramya kesana mencarimu."
Tidak lama aku langsung mendengar suara ketukan pintu, langsung pergi membuka pintu.
Ramya dan Fela mengikutiku masuk ke dalam rumah, aku menuangkan segelas air kepada mereka dan juga mengeluarkan buah untuk melayani mereka.
Fela malah melihat kesana kemari, tersenyum dan bertanya: "3 kamar dan 1 ruang tamu ya, rumah sebesar ini, apa kamu hanya tinggal sendirian?"
Aku tersenyum dan mengangguk, bertanya: "Ada apa kalian mencariku?"
"Begini, Lala adalah teman baikku, akhir-akhir ini dia baru saja ganti kerja, ingin mencari tempat kerja yang lebih dekat dari tempat tinggalnya, kami ingin bertanya apakah kamu ada rumah yang lebih, yang bisa disewakan untuk Lala." Ucap Ramya.
"Bu Ramya, bukan aku tidak mau membantu kalian, hanya saja 4 rumah semuanya sudah disewakan." Kataku.
Ramya bilang: "Dengar-dengar Milen suami istri beberapa hari ini sudah mau pindah, apakah benar?"
"Mereka awalnya berencana pindah, tapi setelahnya berubah pikiran lagi, oktober juga sudah membayar uang sewa kepadaku, jadi sungguh maaf sekali."
"Tuan rumah, rumahmu sebesar ini, bukankah sia-sia sekali apabila tinggal sendirian? Kalau tidak aku pindah kemari tinggal denganmu saja, saling menjaga satu sama lain, benar tidak?" Tiba-tiba Fela menyarankan.
Novel Terkait
Cinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinMi Amor
TakashiThe Gravity between Us
Vella PinkyBaby, You are so cute
Callie WangPernikahan Kontrak
JennyMy Cold Wedding
MevitaCinta Yang Tak Biasa
WennieMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang