My Beautiful Teacher - Bab 110 Petarung Yang Kuat

Ketika aku terbangun, aku sudah berada di bangsal rumah sakit.

Di sekelilingku dikelilingi oleh banyak orang, Ladira, Arif dan lainnya yang melihatku tersadar pun menjadi gembira.

"Wenas, akhirnya kamu bangun juga, bagus lah" kata Ladira dengan sedikit bersemangat.

Aku pun terduduk dari atas tempat tidur, selain sedikit rasa sakit di dada dan perut, sisanya tidak ada masalah, hanya terasa sedikit pusing.

Instruktur Louis yang berdiri di samping pun berkata:“ Dokter berkata bahwa kamu mengalami gegar otak ringan dan tidak ada masalah besar, tidak akan berpengaruh pada pertandingan yang kamu ikuti besok, Wenas, selamat ya, kamu memberiku kejutan yang besar, benar-benar tidak diduga, kamu bisa mengalahkan lawan di ronde kelima, semua murid pun turun bangga padamu."

“Ya, Kak Wenas, selamat ya.” kata Arif.

Yang lainnya pun juga mengucapkan selamat.

Aku tersenyum malu: "Semua karena pengajaran yang sangat baik dari Instruktur Louis."

Kemudian Instruktur Louis memanggil dokter untuk memeriksaku, setelah memastikan tidak ada masalah, kami pun pergi meninggalkan rumah sakit.

Ketika meninggalkan rumah sakit baru jam lima sore, bisa dikatakan aku tidak pingsan terlalu lama.

Selanjutnya, semua orang pergi makan malam, Arif mengatakan akan mentraktirku makan, karena aku adalah seluruh kebanggan dari dojo bela diri.

Namun Instruktur Louis berkata, "Kalian pergilah makan sendiri, malam ini Wenas masih akan melanjutkan latihan denganku."

Tidak ada yang berani membantah perkataan dari Instruktur Louis, mereka pun hanya bisa pergi ke tempat masing-masing.

Kami makan di restoran di dekat hotel dan kali ini ditraktir oleh Instruktur Louis.

Ketika makan, Instruktur Louis pun mengomentari pertandinganku melawan Roni.

"Pada awalnya aku sudah berpikir kamu akan kalah, teknik pedang pembunuh tidak bisa digunakan untuk mengalahkan orang dengan kekuatan ofensif yang kuat, aku khawatir hanya kamu seorang saja, aku tidak membayangkan, di belakangnya kamu bisa menyadari esensi dan bisa meledakkan teknik pedang pembunuh yang sebenarnya, mengalahkan Roni dan aku pun merasa lega, apakah kamu masih dapat menampilkan kekuatan pedang pembunuh besok? "

Aku segera mengangguk dan berkata, "Esensi pedang pembunuh sudah tersimpan di dalam pikiranku, seharusnya tidak ada masalah."

“Baiklah, kita lanjutkan latihan malam ini, aku tetap akan menjadi lawanmu.” Instruktur Louis menampilkan senyuman lega: “Sejak sampai di kompetisi seni bela diri nasional ini, aku menemukan bahwa kamu mengalami peningkatan setiap hari, selain itu tingkat kemajuan pun sangat besar, ini adalah hasil peningkatan kemampuan yang terpendam akibat pertarungan nyata dan pada kondisi yang kritis, aku percaya dengan kecepatan peningkatanmu ini, dalam waktu satu tahun, kamu sudah bisa memasuki babak final. "

Mendengar perkataan Instruktur Louis, hatiku hancur dan aku tidak bisa menahan diri untuk bertanya: "Maksud anda, dengan kekuatanku saat ini, aku tidak bisa memasuki babak final."

"Walaupun kamu telah menguasai esensi dari pedang pembunuh, namun bagaimanapun kamu baru menguasainya, waktu terlalu pendek, tidak akan bisa mengerahkan kekuatannya yang sesungguhnya, hari ini Roni memang kuat, tapi jika dibanding dengan peserta lainnya masih terdapat perbedaan yang nyata, berdasarkan pengamatan beberapa hari ini, terdapat dua peserta bela diri paling kuat, pada saat yang sama aku juga menyelidiki kondisi mereka, salah satunya bernama Hardy, berasal dari sekolah bela diri tidak terkenal di Kota E, namun kekuatannya sangatlah kuat, pada ronde keempat dia mengalahkan sekolah bela diri peringkat ketiga dari Dojo Rangda. "

Aku menganggukkan kepala: "Aku juga melihat pertandingan pagi hari itu, Hardy mengalahkan lawan dengan satu pukulan."

Instruktur Louis berkata, "Faktanya, semua lawan yang dia lawan dikalahkan dengan satu pukulan, hingga saat ini tidak ada pengecualian."

Aku langsung terkejut; "Apakah hal itu juga terjadi di ronde kelima?"

Instruktur Louis mengangguk: "Aku pun tidak pernah mendengar peserta bela diri ini pada pertandingan beladiri diri seluruh negeri beberapa tahun terakhir, dengan kekuatannya saat ini, diperkirakan besar dia akan masuk ke babak final."

“Kalau begitu bagaimana dengan peserta paling kuat lainnya?” Walaupun ketika aku menanyakan pertanyaan ini, dalam pikiranku pun sudah terbayang sebuah bayangan.

Benar saja, Instruktur Louis segera berkata; "Peserta lainnya adalah murid dari mantan wakil presiden Asosiasi Bela diri, Tuan Roman, namanya adalah Diego, yang ahli dalam menggunakan tinju, setiap kali melawan lawannya, dia menghadapinya dengan sangat mudah, menandakan bahwa kekuatan sesungguhnya masih belum dia keluarkan, aku khawatir dia dan Hardy tidak hanya menjadi kandidat populer untuk masuk ke babak final, tetapi memiliki kemungkinan untuk merebut juara, di hadapan mereka, aku takut walaupun kamu menggunakan teknik pedang pembunuh pun tidak akan bisa mengancam mereka sama sekali, selain itu, ada juga Jack yang mengalahkan Bobby di ronde ketiga, serta adik seperguruan Jack, Mikasa, Selain itu ada anak kembar yang menempati dua peringkat teratas di Sekolah Bela Diri Songnam, dan seorang pemuda dari sekolah beladiri Rikudo di kota D, finalis kuat pada pertandingan kali ini terlalu banyak, persaingan dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya jauh lebih besar,sehingga kamu jangan mematok target terlalu tinggi, jika tidak kamu akan kecewa, dapat masuk tiga puluh empat besar, aku pun sudah cukup puas terhadapmu, tiga tahun lagi kita kembali datang, aku percaya pasti akan mendapatkan hasil yang membuatmu puas."

Aku menarik napas dalam dan kemudian mengangguk.

Meski begitu, aku masih merasa sedikit tidak rela, masih ingin bersaing dengan ahli bela diri yang lain.

Setelah makan malam, Instruktur Louis membawaku ke taman di siang hari.

Di dalam taman, kami masih bertarung dengan menggunakan pepohonan.

Setelah menguasai esensi teknik pedang pembunuh, rasa takut di dalam hatiku terhadap Instruktur Louis pun sudah benar-benar hilang, setiap kali bertarung dengannya, waktu bertarung jauh lebih panjang daripada siang hari tadi, kadang-kadang bisa bertahan hingga delapan hingga sembilan gerakan.

Kami berlatih hingga pukul sepuluh malam, Instruktur Louis berhenti, mengatakan bahwa besok masih ada pertempuran berat yang harus dilalui, menyuruhku untuk beristirahat, menyiapkan tenaga yang penuh, untuk bertarung dengan sekuat tenaga.

Namun, aku tidak mendengarkan Instruktur Louis, ketika aku kembali ke hotel, Arif sudah tertidur pulas.

Aku mandi, duduk di tempat tidur dan mulai bermeditasi, berusaha mempertahankan ketenangan jiwa.

Setelah beberapa jam bermeditasi, aku sedikit kecewa karena masih belum bisa memasuki dunia dimana aku melupakan diri sendiri seperti pertama kali.

Dan aku yang sedang mempersiapkan untuk pertandingan besok, tidak tahu bahwa ada seseorang yang diam-diam mendiskusikan cara untuk mengalahkanku.

Di sebuah dojo Bela Diri di pusat kota, Roni mengenakan pakaian latihan, dengan kepala yang dipenuhi keringat sedang sekuat tenaga memukul karung tinju, seakan sedang melampiaskan amarahnya.

Pada saat ini, tempat ini sudah tidak ada orang, namun di lantai di sampingnya duduk seseorang, dia adalah adiknya, Ardi.

Ardi juga menaruh selusin kaleng bir di sampingnya.

“Kak, bocah itu tidak hanya memukulku, namun juga membuatmu tereliminasi, apakah kita akan membiarkannya begitu saja?” Ardi meminum seteguk besar bir, melihat kakaknya yang masih memukuli karung tinju dengan tertekan, pandangannya terlintas sedikit keengganan.

"Kekuatan orang itu sudah disana, tidak membiarkannya pun tidak bisa melakukan apapun, aku sama sekali tidak bisa mengalahkannya." Meskipun enggan mengakuinya namun Roni masih menghela nafas, "Pertandingan hari ini terlalu aneh, di saat-saat terakhir, bocah itu bisa mengeluarkan aura membunuh yang sangat kuat, teknik pedangnya tidak tahu sudah meningkat berapa kali lipat, aku merasa diriku sama sekali tidak bisa menghindarinya, ada sebuah ilusi bahwa dia akan membunuhku, lawan seperti itu, bagi kita adalah sebuah mimpi buruk, tidak perlu lagi berpikir untuk membalas dendam, "

“Namun hatiku masih tidak rela." Ardi kembali menegak bir, dengan menggertakan gigi dan berkata, “Walaupun secara kekuatan, kita tidak bisa dibandingkan dengan mereka, namun dalam sisi lain tidak pasti kita lebih buruk, aku dapat sepenuhnya menyerangnya dengan preman, ada yang mengatakan peluru dari pistol mudah dielakkan, namun panah tersembunyi akan sulit untuk dihindari, aku tidak percaya Wenas bisa mengalahkan belasan preman yang membawa senjata sendirian, "

"Kamu memikirkan terlalu banyak, preman-preman itu pun tidak aku pandang, apakah kamu masih ingin menggunakan mereka untuk berurusan dengan Wenas, lupakan saja." Roni memperingatkan.

"Tidak bisa, aku tidak bisa membiarkannya begitu saja" Mata Ardi berputar dan tiba-tiba hatinya bergetar: "Aku baru saja memikirkan sebuah ide yang bagus."

Novel Terkait

My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu