My Beautiful Teacher - Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
Miwa menganggukkan kepala, berjalan kedepan, berkata dengan dingin: “Miwa, mohon bantuannya.”
“Wenas, mohon bantuannya.”
Mereka berdua mengepalkan tangan mereka , mata Miwa mengeluarkan sebuah cahaya yang tajam, berteriak dingin, dia lalu menyerangku seperti panah yang baru dilepaskan.
Aku juga tidak berani mengabaikan, langsung menyerang juga.
Ketika keduanya bertemu, tinju Miwa cepat dan kasar seperti listrik, dua tinju berturut-turut, satu menyerang dada, kedua menyerang leher.
Aku tidak berani melawan, lalu menghindar ke samping, diikuti dengan serangan kaki untuk melawan.
Dia langsung melompat, saat menghindari seranganku, melayangkan sebuah pukulan ke dahiku.
Kecepatannya sangat cepat, aku tidak bisa menghindar, hanya bisa menghadang menggunakan kedua tangan, lalu memberikan dia sebuah tinjuan.
Kekuatan tinjunya sangat kuat, jauh lebih kuat dari Arif, membuat kedua tanganku mati rasa, tanpa terasa membuatku bergerak mundur beberapa langkah, dengan tidak mudah menstabilkan diriku.
Aku melihat kedua tanganku, selain rasa sakit dan mati rasa, tanganku terlihat sedikit memar.
Miwa yang di atas lantai tertawa dingin ke arahku, lalu menyerang lagi.
Serangan dia seperti badai, lebih ganas dari Decky, tapi terlihat mudah dan terampil, tidak terganggu, terlihat masih menyimpan kekuatan.
Aku berjuang untuk menghadapinya, dibandingkan dengan Decky, tingkat kesulitannya meningkat sedikit.
Dibawah serangan ganasnya, aku akhirnya ceroboh, tidak mampu menahan, dan aku ditendang olehnya dibagian dada.
Aku terhempas jauh sekitar 2 meter, memegang dada dan jatuh di atas lantai, sangat sakit sampai tidak bisa bernafas.
“Tidak boleh jatuh, Wenas, semangat” kerumunan murid bersama memberiku semangat.
“Bagaimana keadaanmu?” Ladira bertanya dengan khawatir.
Dibawah dorongan dan perhatian semua orang, aku menggertakkan gigi dan bangkit dengan susah payah, melihat Miwa yang berdiri diseberang menatapku dengan tatapan menghina dan mencibir: “Sampah.”
Aku menarik nafas dalam, berusaha keras menahan rasa sakit di dada dan berkata dengan tenang: “Jika aku adalah sampah, takutnya Decky bahkan tidak sebanding dengan sampah, dan kamu adalah senior dari seseorang yang tidak sebanding dengan sampah, kamu sama sekali tidak menggunakan otakmu saat mengatakan ini, kebodohanmu boleh juga.”
“Sialan kamu, cari mati” Miwa marah, menyerang ke arahku lagi, berjalan dengan cepat.
Tidak tahu kapan, Instruktur Louis sudah sampai disampingku, berkata kepadaku dengan suara rendah: “Perhatikan perut bagian bawahnya.”
Aku tercengang sebentar, Instruktur Louis sudah berjalan mundur.
Menghadapi Miwa, aku memang merasakan berbagai tekanan serangan yang ganas, sangat berbeda dengan serangan dari Decky.
Terakhir kali walaupun aku beruntung menang melawan Bobby, tapi juga merasakan bahwa dia sangat kuat, jika bukan karena keberuntungan, aku sama sekali tidak bisa menang terakhir kali.
Tapi kekuatan Bobby masih belum membentuk rasa penindasan yang begitu besar untukku, jika dibandingkan, kekuatan Miwa lebih kuat.
Beberapa pukulan dan tendangan berturut-turut, terus menyerangku tanpa jeda.
Aku tidak ada kemampuan untuk melawan, hanya bisa kelelahan untuk bertahan, hatiku sangat cemas, jika terus begini, aku akan kalah.
Tapi aku teringat dengan kata-kata Instruktur Louis, saat aku terus menangkis dan menghindar, aku terus memperhatikan perut bagian bawahnya.
Perlahan, aku menyadari sesuatu.
Setiap kali Miwa menyerangku, tidak peduli menggunakan cara apa, saat dia menarik kedua tangannya, dia secara tidak sadar pasti akan menggunakan tinjunya untuk menahan bagian depan perut bawahnya.
Dan untuk setiap gerakan setiap gaya selalu melakukan seperti itu, dia seperti sedang melindungi perut bagian bawah agar terhindar dari bahaya.
Mungkin perut bagian bawahnya adalah kelemahan dia.
Mataku menjadi terang, aku sudah memiliki ide sendiri.
Melihat dia menyerang pundakku dengan tinju.
Aku berteriak dingin, tidak bergerak, bahkan tidak memiliki keinginan untuk menghindar atau menangkis, langsung membiarkan bahuku terbuka, menerima serangannya.
Ini sepenuhnya adalah cara untuk membunuh diri sendiri, membuat Miwa tertegun, tatapan matanya terlihat terkejut, mungkin tidak menyangka kali ini aku tidak bermaksud untuk menghindar, bahkan dengan sengaja membiarkan dia menyerang.
Tentu saja, aku memiliki alasan mengapa tidak menghindar ataupun menghadang, bersamaan dengan saat aku menerima serangannya, aku langsung meninju dadanya.
Ekspresi wajah Miwa berubah, terlihat jelas dia tidak menyangka aku akan menyerah untuk bertahan dalam menghadapinya, lalu berteriak marah: “Kamu sudah gila?”
Saat mengatakan itu, dia menarik kembali tinjunya yang menyerangku dan menahan seranganku.
Aku memperlihatkan senyum aneh, aku memenangkan taruhan.
Walaupun aku harus menganggumi perubahan cepat Miwa dalam gerakannya, tapi pada akhirnya dia tidak ingin bertukar gerakan denganku malah harus mengubah gerakan untuk menghadang seranganku.
Dan disaat dia mengubah gerakan, aku juga mengubah gerakan, langsung menyerang ke bagian bawah perutnya, menggunakan seluruh kekuatan dalam tubuhku.
Miwa terkejut, dia tidak mengira jika seranganku tadi hanyalah umpan, tujuan utamaku yang sebenarnya adalah bagian bawah perutnya.
Saat dia bereaksi, kecepatan tangannya tidak bisa mengikuti lagi, seranganku mendarat dengan kejam di bagian bawah perutnya.
Wajah Miwa langsung berubah menjadi merah, lalu memegang bagian bawah perutnya dan jatuh, meringkuk di atas lantai dan dahinya penuh dengan keringat dingin, bahkan mengalami kesulitan bernafas.
Aku benar-benar tidak menyangka tinjuanku bisa membuat Miwa menjadi seperti ini, ini seperti hal yang sama sekali tidak memungkinkan.
Kecuali bagian bawah perutnya memiliki masalah.
“Bocah busuk, kamu licik sekali, dengan sengaja menyerang tempat terluka muridku” Rudi yang tadi masih tersenyum bangga, sekarang wajahnya menjadi sangat jelek, berjalan kedepan sambil terkejut dan marah, melotot padaku, lalu dengan segera memapah Miwa untuk bangkit, bertanya: “Miwa, apakah kamu tidak apa-apa?”
Ekspresi wajah Miwa sangat sulit dilihat, menggelengkan kepalanya yang penuh dengan keringat dingin.
Aku berkata dengan datar: “Hehe, lucu sekali yang kamu katakan, muridmu terluka tapi masih datang kemari untuk bertanding dengan kami, bukankah kamu mencari masalah sendiri atau kamu ingin dua benda sampah ini datang mempermalukan kami, merusak reputasi Dojo Itaewon kami, mohon maaf, kemampuan mereka berdua ini tidak tinggi, di depanku sama sekali tidak memenuhi syarat.”
Mendengar kata-kata ini, ekspresi wajah Miwa dan Decky mengeras.
“Bocah busuk, cari mati kamu” Decky berteriak marah.
“Hehe, kamu sudah kalah masih ingin melawanku, tapi kamu sama sekali bukan tandinganku, lebih baik kamu istirahat saja. Daripada mulutmu mengeluarkan kotoran disini, lebih baik pulang dan berlatih dengan baik, mungkin kita masih ada kesempatan bertemu di kompetisi.” Aku berkata dengan sedikit tertawa.
Semua murid juga tertawa, bisa dilihat, emosi dalam hati mereka sudah hilang.
Rudi menghentikan Decky, menatapku dengan tatapan dingin, berkata: “Wenas, benar tidak, aku sudah mengingatmu.”
Dia lalu melihat Instruktur Louis, berkata dingin: “Tuan Jimmy, tidak disangka kamu masih mengutus keluar murid licik seperti ini, kita bertemu lagi di arena kompetisi nasional seni bela diri, tapi lebih baik kamu berdoa supaya muridmu tidak bertemu dengan muridku, jika tidak aku akan membuatmu tahu apa yang disebut dengan penyesalan”
“Benarkah, masih tidak tahu juga siapa yang akan menyesal saat itu” Instruktur Louis berkata datar: “Sudahlah, kalian sudah boleh pergi, disini tidak menerima kalian.”
“Tunggu saja kami” Rudi merasa emosi sampai tidak bisa berkata, dalam tawaan semua orang, dia pergi dengan membawa kedua muridnya yang terlihat menyedihkan.
Mereka bertiga baru saja pergi, Arif tidak tahan untuk memuji: “Wenas, kamu benar-benar hebat, bahkan bisa mengalahkan Miwa itu.”
“Benar, kamu hebat sekali” Ladira berkata sambil tertawa.
“Dua kata, hebat sekali”
“Setelah mengajari ketiga guru dan murid sombong itu, rasanya sangat menyenangkan”
“Wenas, kelak kamu adalah petarung paling kuat di kelas kita”
Selesai berkata, semua orang tertawa.
Aku juga tertawa senang, berkata dengan merendah: “Sebenarnya, bisa mengalahkan Miwa, semua karena Instruktur Louis yang mengingatkanku”
Novel Terkait
The Revival of the King
ShintaThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlPernikahan Kontrak
JennyMy Perfect Lady
AliciaIstri kontrakku
RasudinLelaki Greget
Rudy GoldAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang