My Beautiful Teacher - Bab 51 Penyewa Baru
Aku segera mengangguk dan mengiyakannya, lalu membawanya pergi melihat rumah tempat tinggal Ramya dan Awang sebelumnya.
Aku memperkenalkannya padanya, dia mengajukan beberapa pertanyaan.
Saat mengobrol dengannya, aku mengetahui bahwa namanya adalah Lastri Wahyuni, seorang penulis wanita.
Aku sedikit terkejut dengan identitasnya, tidak disangka akan bertemu dengan seorang penulis cantik yang meminta sewaan.
Dia sangat puas dengan rumahku dan langsung menandatangani kontrak di tempat, membayar deposit satu bulan, kemudian membayar uang sewa selama empat bulan.
Aku memberinya kunci, tersenyum dan berkata, "Aku tinggal di sebelahmu. Jika ada tempat yang membuatmu merasa kesulitan atau ada masalah, silakan hubungi aku ataupun cari aku saja."
“Baiklah, terima kasih tuan rumah.” Lastri menunjukkan senyuman yang elegan.
Di sore hari itu, Lastri pindah masuk.
Aku menawarkan diri untuk menggangkat koper sebagai keramahanku, tetapi dia menolak.
Aku tersenyum pahit, kurasa wanita ini sangat waspada.
Fela kembali di malam hari, mengetahui bahwa penyewa baru telah datang, dan ternyata adalah seorang penulis wanita, jadi pergi ke rumah Lastri untuk menyapanya.
Saat kembali, Fela berkata kepadaku dengan semangat: "Ternyata dia adalah penulis dua novel: Kode Kematian dan Iblis di Lift. Sungguh menakjubkan."
"Apakah kamu sudah membaca novelnya" Aku bertanya dengan penasaran.
Fela tersenyum dan mengangguk: "Senang sekali bisa berteman dengan penulis wanita yang berwawasan luas. Hehe, aku akan membeli beberapa buah besok dan memberikan kepadanya."
Tidak hanya itu, Fela juga merekomendasikan novel Lastri kepadaku.
Sebelum tidur di malam hari, aku membaca novelnya di Internet, dan itu benar-benar menyeramkan. Mengenai teknik dan psikologi pembunuhan si pembunuh, ditulis dengan sangat hati-hati dan nyata, yang bisa dengan cepat membuat orang mendalaminya.
Aku sedikit penasaran bagaimana wanita yang begitu pendiam dan anggun bisa menulis novel ketegangan yang begitu menakutkan
Dalam beberapa hari berikutnya, aku tidak bisa menahan diri dan mengamati kehidupannya, yang membuatku menyadari sesuatu yang menarik.
Lastri adalah tipikal penulis yang unik. Dia berbaring dan tidur di rumah pada siang hari dan malamnya keluar untuk makan malam. Sampai malam jam 9, barulah mulai bekerja di depan komputer dan terus bekerja sampai jam enam atau tujuh pagi, lalu mandi dan keluar untuk makan sarapan. Setelah sarapan pagi, kemudian pulang untuk tidur.
Selama beberapa hari, setiap hari seperti ini, kehudupan yang terbalik ini agak mengejutkan orang-orang.
Namun tidak sulit untuk memahami mengapa Lastri bisa menulis novel horor yang begitu imersif.
Hanya saja pada hari kelima, hampir jam tiga pagi, sesuatu yang aneh terjadi.
Fela dan aku sedang tidur, di luar rumah terdengar suara ketukan pintu.
Aku terbangun, bangun dari tempat tidur dan duduk, melihat waktu sekilas dan saat itu jam 2:57 pagi.
Sudah begitu larut, siapa yang mengetuk pintu di luar rumah
Tanpa membangunkan Fela, aku meninggalkan kamar tidur dengan ringan dan menutup pintu.
Setelah menyalakan lampu di ruang tamu, aku pergi untuk membuka pintu.
Saat pintu terbuka, ternyata aku melihat Lastri mengenakan baju tidur berwarna putih berdiri di depan pintu, menundukkan kepalanya dengan tidak berekspresi, bahkan tidak mendongak untuk melihatku, lalu berkata dengan samar: "Toilet."
Aku tertegun sejenak, dan tanpa sadar membiarkannya masuk kamar dan menunjuk ke kamar mandi.
Lastri tidak menatapku sepanjang waktu, dan hanya berjalan menuju kamar mandi.
Saat tiba di ruang tamu yang terang, barulah menyadari baju tidur putihnya tembus cahaya, dan bisa melihat kulit putih secara samar-samar.
Hanya ada celana renda merah di bawah roknya dan tidak memakai bra, dua payudaranya itu tidak terlalu montok, tapi terlihat sangat tegak dan menarik perhatian.
Dia pergi ke kamar mandi, bahkan tidak menutup pintunya, hal ini membuatku sedikit bingung.
Menurutku Lastri sangat aneh, apalagi saat dia datang ke rumahku di tengah-tengah malam untuk mencari kamar mandi, itu bahkan lebih aneh.
Aku tanpa sadar pergi ke pintu kamar mandi, dan kemudian melihatnya di hadapanku, membuka baju tidurnya, memperlihatkan dua kakinya yang panjang putih, kemudian celana renda merah ditarik ke bawah lututnya, area misterius memiliki pemandangan yang luas dan tidak terhalang. Sekilas ternyata itu adalah sepetak area putih salju macan putih, yang membuatku terpana dan tanpa sadar tubuhku bereaksi.
Lastri berjongkok di toilet, lalu selesai membuang air, kemudian berdiri kembali, mengangkat rok dan celana pendeknya.
Pada akhirnya, dia seolah-olah seperti tidak terjadi apa-apa, bangkit dan pergi, saat melewati aku, dia masih tidak berekspresi, matanya menunduk dan tidak melihat ke arahku.
Tiba-tiba, hatiku terasa merinding, wanita ini tidak ngingau, kan?
"Lastri, kamu baik-baik saja" Aku tidak tahan dan bertanya.
Lastri tidak menjawab tapi langsung keluar dari pintu.
Aku mengikuti dan melihatnya berjalan menuju depan pintu rumahku, kemudian menutup pintu setelah masuk.
Di tengah malam, perilaku Lastri tidur berjalan ini memang membuat orang merasa ketakutan.
Aku kembali ke kamar tidur, Fela masih tertidur pulas.
Aku mengeluarkan laptop, menaruhnya di meja kopi di ruang tamu, menyalakan komputer, dan melihat layar monitor, Lastri kembali ke kamar tidur, lalu tertidur di atas meja.
Wanita ini benar-benar sedang tidur berjalan, diperkirakan mungkin secara tidak sengaja tertidur saat sedang bekerja di tengah malam, dan akibatnya, dia mulai tidur berjalan.
Keesokan paginya, aku memberitahu Fela tentang hal ini.
Fela berkata dengan heran: "Maksudmu, Lastri datang ke rumah kita saat tidur berjalan di malam hari, dan pergi ke kamar mandi kita."
"Iya, ini benar-benar aneh, membuatku ketakutan tadi malam."
"Bagaimana kamu tahu bahwa dia pergi ke kamar mandi kita dan menggunakan toilet" Fela bertanya.
"Karena aku melihatnya"
“Apa, kamu melihatnya?” Fela menatapku dengan mata melebar.
“Tidak, aku salah mengatakannya.” Aku segera bereaksi dan mengubah perkataanku dengan cepat. “Dia tidak menutup pintu, jadi aku mendengar suara buang air kecil.”
Fela sedikit ragu: "Kamu benar-benar tidak mengintipnya saat pergi ke kamar mandi"
“Benar-benar tidak mengintipnya, kamu tenang saja.” Aku tersenyum pahit: “Jangan khawatir tentang ini, aku sedang membicarakan tentang Lastri tidur berjalan.”
“Aku akan menanyakannya nanti.” Fela segera berkata.
“Ini sepertinya tidak begitu baik, jika mengatakannya mungkin dia akan merasa canggung,” Aku berkata.
“Lebih menakutkan lagi jika tidak mengatakannya. Jika dia tidur berjalan ke rumah kita setiap malam, apa yang bisa kita lakukan?” Fela bertanya.
Saat ini aku tidak bisa berkata apa-apa, dan menyadari keseriusan masalah ini.
Setelah sarapan, kami pergi ke rumah Lastri dan mengetuk pintu.
Setelah mengetuk cukup lama, tidak ada yang membuka pintu.
Pada saat ini, Lastri keluar dari lift dan melihat kami berdiri di luar pintu. Dia agak bingung dan berkata: "Tuan rumah, Nona Fela, selamat pagi, apakah ada sesuatu?"
“Lastri, aku sudah mengatakannya beberapa hari yang lalu, kamu bisa langsung memanggil namaku Lala.” Fela tersenyum dan berkata, “Kami mencarimu memang ada sedikit masalah, bisakah membicarakannya di dalam rumah?”
“Aku benar-benar minta maaf, aku baru saja keluar sarapan, kalian ikut denganku.” Lastri membuka pintu dengan kunci dan mengundang kami masuk ke dalam rumah.
Kami duduk di sofa dan Fela menuangkan masing-masing secangkir teh untuk kami.
“Begini, Lastri, jangan tersinggung jika aku mengatakannya. Tadi malam kamu datang ke rumah kami untuk menggunakan toilet, dan keledai, bukan, Wenas membukakan pintu untukmu, apakah kamu mengetahuinya?” Fela bertanya dengan serius.
“Apa aku pergi ke rumahmu untuk menggunakan toilet tadi malam, sepertinya tidak?” Lastri tampak linglung.
Novel Terkait
After The End
Selena BeeLoving Handsome
Glen ValoraMy Only One
Alice SongSomeday Unexpected Love
AlexanderYama's Wife
ClarkDon't say goodbye
Dessy PutriThick Wallet
TessaMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang