My Beautiful Teacher - Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
Aku dan Lastri sambil minum sambil ngobrol.
Minum beberapa gelas, sepertinya alkohol sudah mulai bekerja, wajah cantik Lastri sedikit memerah, bahkan mengungkit kejadian malam itu saat kami mabuk.
“Aku benar-benar minta maaf mengenai kejadian malam itu, jika bukan karena aku, mungkin pacarmu tidak akan pergi.” Lastri penuh rasa bersalah.
“Jangan berkata seperti itu, sejak lama dia sudah ingin mengejar impiannya, apa yang terjadi diantara kita hanyalah katalisator dalam hal ini. Salah aku, tidak bisa mengendalikan diri sendiri. Instruktur Louis sudah mengatakan, tidak peduli minum alkohol atau merokok, memiliki pengaruh besar bagi kami yang berlatih pencak silat, aku tidak mendengarkan nasihat Instruktur Louis, masih tetap tidak bisa berhenti minum dan merokok, pada akhinya menyebabkan hasil seperti ini, harus menanggung akibat dari kesalahan sendiri.”
Tidak menyangka perlahan Lastri malah mengatakan “Tapi, aku tidak menyesal melakukan hal itu.”
Tatapan matanya bersinar terang, menatap lurus ke arahku.
Aku sangat terkejut, bergegas menghindari tatapan matanya, mengalihkan topik pembicaraan “Hidangan yang kamu buat sangat enak, keterampilan memasakmu belajar dari siapa?”
Lastri tersenyum “Belajar dari ibuku, dulu selain menulis, saat ada waktu luang akan belajar memasak dengan ibuku, dia membuka restoran dengan ayahku ketika dia masih muda, jadi masakannya sangat enak. Setelah kamu mengatakan ini aku benar-benar merindukan papa dan mamaku.”
“Kalau begitu kamu bisa pulang untuk menjenguk orang tuamu.” Aku berkata.
“Ya, dua bulan lagi sudah akan tahun baru, tiba saat itu aku akan pulang ke rumah.” Lastri dengan santai bertanya “Ceritakan tentang orang tuamu.”
Aku teringat dulu pernah menceritakan tentang orang tuaku pada Fela, tidak bisa menahan diri lalu minum seteguk anggur, menjawab “Papaku sudah meninggal.”
“Lalu mamamu?”
“Tidak tahu sudah pergi ke mana.” Aku tersenyum pahit sambil mengatakannya.
Lastri menunjukkan ekspresi terkejut, bertanya kenapa.
Aku menjawabnya dengan jujur, ketika masih muda sudah kawin lari dengan pria.
Dalam sekejap Lastri menunjukkan ekspresi simpati “Maaf, tidak seharusnya aku mengungkit masalah sedihmu.”
“Tidak apa-apa, sejak lama sudah berpikiran terbuka.”
Anggur merah sudah habis, Lastri mengeluarkan arak putih.
Aku bergegas mengatakan tidak ingin minum lagi.
“Tidak apa-apa, jarang bisa minum sekali, hari ini juga tidak ada masalah apa-apa.”
Dia tidak memberiku kesempatan bicara, langsung menuangkan arak padaku.
Aku tersenyum pahit “Kelihatannya seumur hidup aku tidak bisa berhenti minum.”
Tidak lama kemudian, arak putih juga sudah habis setengah, kami berdua sudah agak mabuk.
Lastri bahkan membicarakan tentang kejadian malam itu lagi “Kejadian pada malam itu, masih berapa banyak yang kamu ingat?”
Aku juga sudah agak mabuk, tanpa sadar menjawab “Tidak ingat banyak, hanya ingat kita berada di atas ranjang, Fela masuk dan menemukan kita, kemudian aku mengejar dia, akhirnya malah jatuh pingsan.”
“Waktu itu saat kamu berhubungan denganku, tahukah kamu siapa aku?” Tanya Lastri.
Aku merasa agak canggung mengatakan “Tidak, saat itu aku tidak terlalu sadar, tidak ingat jelas siapa.”
Lastri menatapku dengan tatapan sedih, sangat serius mengatakan “Sebenarnya, saat itu aku masih memiliki sedikit kesadaran, aku tahu aku sedang bermesraan denganmu.”
“Lalu kenapa kamu tidak menghentikanku?” Aku ke bablasan.
“Lalu kenapa kamu masih mau bercinta denganku dalam situasi tidak yakin siapa aku?” Lastri tidak menjawab malah bertanya balik.
Dalam sekejap aku terdiam, jujur, karena nafsu dan karena pengaruh alkohol, aku tidak bisa mengendalikan diri sendiri, sehingga menyebabkan kesalahan di saat mabuk.
Pada saat ini Lastri mulai tersenyum “Sebenarnya, seseorang sepanjang tahun mengembara di luar, juga ada saatnya merasa kesepian, sejak aku putus dengan pacarku, malam itu adalah pertama kalinya aku bercinta dengan pria, perasaan semacam ini, benar-benar membuat aku merasa nyaman. Selain itu, kamu juga pernah menyelamatkanku, aku memiliki kesan baik padamu, jadi, aku ingin memanjakan diri sendiri, kamu tidak keberatan bukan?”
Aku terbengong, tidak menyangka Lastri akan mengucapkan kata-kata ini, merasa canggung sambil menggeleng.
“Sebenarnya, aku ingin merasakan hal itu lagi.” Wajah cantik Lastri memerah, mengucapkan kata-kata ini di saat aku sama sekali belum menyadarinya.
Kemudian aku merasa tampaknya ada sesuatu yang menyentuh kakiku.
Aku terkejut sekali, menundukkan kepala untuk melihatnya, ternyata itu adalah sepatu hak tinggi Lastri.
Dia sedang mengulurkan kaki dari ujung meja lain, melewati pahaku, bergerak di antara selangkanganku, diinjak dengan lembut.
Seluruh tubuhku bergetar, membelalakkan mata melototinya.
Mata Lastri bersinar penuh hasrat, hanya menatapku begitu saja, masih menjulurkan lidah menjilat bibir merahnya yang seksi, benar-benar sangat menggoda.
Tanpa sadar ada semacam dorongan yang muncul dalam hatiku, tubuhku langsung bereaksi.
“Jangan, jangan begini.” Wajahku memerah sambil mengatakannya.
“Kamu sudah memiliki reaksi, aku rasa kamu juga ingin melakukan sekali lagi denganku.” Mata indah Lastri bagaikan air, di bawah bujukanku bukan hanya tidak berhenti, sebaliknya, terus memberi pijatan lembut dengan sepatu hak tingginya.
Rangsangan semacam ini membuat tubuhku yang bersemangat tidak tahan dan bergidik, reaksi semakin berlebihan.
“Lastri, kamu tidak boleh begini.” Wajahku memerah, langsung menekan kakinya.
Dia mengenakan sepatu hak tinggi hitam dengan punggung terbuka, bisa melihat kulit kakinya yang halus dan lembut, sedangkan tanganku sedang memegangi pergelangan kakinya, merasakan kelembutan dan kehangatan, membuat hati berdegup kencang.
Lastri malah cekikikan mulai tertawa “Geli sekali, kamu jangan memegangku seperti ini. Apakah kamu tidak tahu, jika seorang pria memegang kaki seorang wanita itu menandakan dia ingin terjadi sesuatu yang tak terlukiskan dengannya.”
Mendengar Lastri berkata seperti ini, wajah tuaku memerah, bergegas melepaskan tanganku.
Kakinya jatuh lagi dan mengenai celanaku, seluruh tubuhku bergetar, perasaan nyaman dan menyenangkan seperti itu membuat orang tidak dapat menjelaskannya.
Kemudian, Lastri menurunkan kakinya ke bawah.
Aku pikir dia akan berhenti begini saja, tidak menyangka dia malah berdiri, menyingkirkan kursi, lalu berjalan ke sampingku, di bawah tatapanku yang terkejut, langsung duduk ke atas pahaku, serta menggunakan tangan merangkul leherku.
Ini adalah jarak paling intim dengan Lastri di saat kesadaranku masih termasuk sadar.
Tubuhku jelas bisa merasakan bokongnya yang montok dan lembut, dalam keadaan aku tidak terlalu sadar langsung menekanku.
Tubuhnya ada wangi yang memabukkan, di bawah leher V yang berpotongan rendah, dua buah dada montok seputih salju sangat menggoda orang, dibungkus erat dengan bra warna ungu, membentuk jurang yang dalam.
Dua lengan putih yang halus merangkul leherku, dapat dengan jelas merasakan sentuhan hangat selembut sutra.
“Apa yang ingin kamu lakukan?” Aku terkejut dengan tindakan Lastri yang begitu berani, tanpa sadar menelan air liur.
“Menurutmu?” Lastri tersenyum menyipit mengatakannya, kemudian mendekatkan wajah cantiknya yang mempesona itu, lalu mencium mulutku.
Seluruh tubuhku gemetaran, ada nyala api yang naik dari perutku, merasakan tubuh Lastri yang montok dan menggoda, ada dorongan dalam hatiku, tanpa sadar aku mulai berinisiatif membalasnya dan berciuman panas dengannya.
Lastri sambil berciuman denganku, masih sengaja memutarkan pinggulnya.
Bagian sensitif tubuhku di tekan ke bawah olehnya, begitu digerakkan seperti ini nafsuku langsung terangsang.
Aku tidak bisa menahan diri lagi, satu tangan dimasukkan ke dalam kerahnya dan membuka branya, langsung menggenggam dada montok dan tinggi itu.
Tubuh Lastri gemetar sejenak, setelah ciuman panas lalu menekan wajahku ke depan dadanya.
Wajahku merasakan desakan dari dua dada montoknya, meskipun dibatasi pakaian, juga cukup membuatku terpesona dan hampir saja tidak bisa bernafas.
Novel Terkait
Kisah Si Dewa Perang
Daron JayBack To You
CC LennyMy Tough Bodyguard
Crystal SongDark Love
Angel VeronicaSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiLove And War
JaneMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang