My Beautiful Teacher - Bab 70 Hal Yang Aneh
Hatiku memiliki perasaan yang aneh, tidak bisa dikatakan, tapi malah membuat orang merasa tidak tenang.
Aku melihat pintu di ruang utama, juga ditinggal tanpa terkunci, juga tidak ditutup.
Lastri ternyata memang keluar dan juga keluar di jam 3 pagi.
Mau tak mau kejadian Lastri yang mimpi berjalan ke rumah kami untuk pergi ke kamar mandi muncul dalam ingatanku.
Sepertinya, kemungkinan besar dia mimpi berjalan lagi.
Terakhir kali kondisi mimpi berjalan Lastri sudah sangat aneh, tidak disangka kali ini dirumahku, dia mulai mimpi berjalan lagi.
Aku secara tidak sadar membuka pintu dan berjalan keluar, di koridor yang gelap tidak ada seorang pun, karena lampu suaranya diaktifkan, dengan suara langkah kaki aku saat berjalan keluar, lampu itu menjadi menyala.
Setelah berkeliling, diluar juga tidak ada orang, disaat aku masih kebingungan dan bersiap untuk kembali karena tidak bisa menemukan Lastri, aku mendengar jeritan tajam kucing dari koridor.
Miaoo!!
Suaraa itu bukanlah suara kucing seperti biasanya, tetapi suara saat marah, terdengar tajam.
Tengah malam seperti ini, mendengar suara kucing yang seperti ini, benar-benar sedikit mengerikan.
Tidak ada masalah jika hanya suara kucing saja, tapi aku seperti mendengar suara langkah kaki orang.
Tiba-tiba muncul bayangan tubuh Lastri dalam pikiranku.
Karena jam 3 pagi, biasanya tidak mungkin ada orang yang masih berkeliaran di koridor, jadi aku menebak itu adalah Lastri.
Mungkin dia sedang menangkap kucing.
Didorong oleh rasa ingin tahu yang kuat, aku berjalan ke arah koridor.
Setelah masuk ke koridor, aku terkejut.
Karena ada noda darah di koridor dan juga ada jejak darah, jejak darah itu terus bergerak ke arah bawah dan suara kucing yang berteriak dibawah masih terdengar, membuat aku merinding.
Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Lastri, jangan-jangan
Aku menahan nafasku, jantungku berdetak kencang, selangkah demi selangkah berjalan kebawah, merasakan suara itu semakin dekat.
Saat sampai di lantai 3, aku akhirnya melihat sebuah bayangan.
Dia yang memakai gaun tidur warna putih sedang berjongkok disana, tangannya penuh dengan noda darah dan ditangannya masih memegang kucing yang perutnya koyak, kucing itu masih mengerang, suaranya sudah menjadi lebih lemah, bahkan ususnya sudah terlihat keluar.
Tubuh Lastri semua penuh dengan darah, pisau buah di tangannya masih mengiris jantung kucing itu.
Aku tidak pernah melihat adegan yang begitu mengerikan seperti ini selama hidupku.
Saat itu, aku tercengang, menatap kosong pemandangan yang begitu mengerikan ini.
Dan disaat itu, Lastri yang berjongkok diatas lantai menolehkan kepala melihat aku, cahaya aneh terlihat melintas di matanya dan bahkan dia masih menyeringai kepadaku.
Punggungku saat itu berkeringat dingin, tubuhku tanpa sadar gemetaran.
“Lastri, apa yang kamu lakukan?” Aku bertanya tanpa sadar, tapi tenggorokanku seperti tersangkut duri ikan, suaraku menjadi serak.
Lastri sama sekali tidak mempedulikan aku, lalu menolehkan kepalanya lagi, membelah kucing dengan serius.
Dia yang berjongkok di atas lantai, tubuh penuh dengan darah, tindakan yang sangat fokus, membuat bulu kuduk merinding.
Aku menarik nafas dalam, memaksa melawan ketakutan dalam hati, berjalan kesana dan menangkap pisau di tangannya, lalu berteriak marah kepada dia “Apakah kamu sudah gila?”
Tubuh Lastri gemetar, mendongakkan kepala melihatku, matanya sudah menjadi jernih lagi, lalu dia pingsan, pisau dan kucing ditangannya juga jatuh di atas lantai.
Saat ini kucing itu sudah sekarat, tubuhnya penuh dengan darah, terlihat sangat menderita.
Aku bahkan tidak bisa menyangka Lastri yang mimpi berjalan memiliki kebiasaan untuk menyiksa binatang.
Aku membungkus kucing itu menggunakan plastik hitam, membuangnya ke dalam tong sampah di lantai bawah, lalu dengan segera membawa Lastri pergi ke rumah sakit.
Saat naik taksi, supir terkejut melihat tangan dan tubuh Lastri yang penuh dengan darah, dengan panik bertanya apa yang terjadi.
“Jangan khawatir, darah ditubuhnya ini adalah darah kucing, tapi temanku pingsan, harus cepat pergi ke rumah sakit.” Aku berkata menjelaskan.
Supir itu melihatku dengan tatapan aneh, sepertinya tidak bisa memikirkan apa hubungannya kami dengan kucing, tapi akhirnya dia membetulkan posisinya dan mengemudi ke rumah sakit.
Dengan tidak mudah akhirnya sampai dirumah sakit, dokter yang selesai memeriksa mengatakan tidak ada masalah besar, hanya saja tiba-tiba menerima kejutan, lalu pingsan, lalu bertanya kepadaku apa yang terjadi.
Aku tidak berani mengatakan dia membunuh seekor kucing saat mimpi berjalan, hanya mengatakan seekor kucing yang digigit oleh seekor anjing tiba-tiba melompat ke arah dia, membuat tubuh dia penuh darah, lalu dia pingsan.
Kira-kira setengah jam kemudian, Lastri yang berbaring di ranjang sudah sadar, dia terkejut melihat tubuh dan tangannya yang penuh dengan darah, bertanya dengan wajah ketakutan “Apa yang terjadi, kenapa aku bisa ada dirumah sakit?”
“Pulanglah dulu, aku akan jelaskan kepadamu.”
Aku membiarkan dia untuk membersihkan diri terlebih dahulu, mengganti pakaian, memakai jaketku, lalu mengikutiku pulang ke rumah.
Dalam perjalanan pulang, kami sama-sama tidak mengucapkan sepatah kata pun, karena didalam mobil masih ada supir.
Setelah sampai dirumah, aku menyuruhnya duduk di sofa, aku duduk disamping, bertanya dengan serius “Apakah kamu masih ingat apa yang terjadi setelah kamu meninggalkan rumahku?”
“Apakah aku meninggalkan rumahmu?” Lastri gemetaran, bertanya dengan panik “Apakah aku mimpi berjalan lagi?”
Aku mengangguk “Dan kali ini sangat parah.”
Lalu, aku menceritakan kepadanya apa yang aku lihat.
Lastri sangat terkejut, kedua matanya terlihat ketakutan, buru-buru berkata “Bagaimana mungkin aku membunuh seekor kucing, untuk apa aku membunuh seekor kucing, aku tidak ada dendam dengan kucing.”
“Kamu tenang dulu, aku rasa kita tidak seharusnya membahas masalah kucing, tapi membahas masalahmu.” Aku berkata kepadanya.
“Masalahku? Apa masalahku?”
“Kebiasaan mimpi berjalanmu.” Aku berkata " Sepertinya lebih parah dari yang dibayangkan. Saat mimpi berjalan mengambil pisau dan melukai hewan, walaupun sedikit kejam, tapi tidak ilegal, bagaimana jika kamu melakukan sesuatu yang ilegal dalam keadaan mimpi berjalan?”
“Tidak mungkin, aku pasti tidak mungkin melakukan hal seperti itu.” Lastri segera berkata.
Aku menghela nafas “Kamu juga tidak tahu saat kamu mimpi berjalan, aku hanya mengatakan perumpamaan. Aku rasa kamu harus pergi mencari ahli psikologis, untuk memeriksa sebenarnya apa yang terjadi.”
“Tapi aku harus mengejar deadline, tidak ada waktu untuk mencari dokter psikologi.”
Aku berpikir sebentar lalu berkata “Kalau begitu aku bantu kamu cari, karena sudah terjadi masalah seperti ini, maka tidak bisa diabaikan lagi, ini demi kebaikanmu.”
Lastri diam-diam mengangguk, mengatakan terima kasih.
Setelah kami selesai mengobrol, hari sudah pagi.
“Sudah lapar bukan, ayo kita pergi sarapan bersama.”
Lastri mengganti pakaian dan gaun tidur yang ternodai oleh darah, sudah dia buang.
Saat keluar mendengar tetangga sedang membahas bekas darah di koridor, masih belum ada yang melihat kucing di tong sampah.
Walaupun hanya seekor kucing, tapi cara matinya juga menakutkan, membuat orang panik.
Aku lalu keluar untuk menjelaskan “Semuanya jangan panik, kemarin malam kebetulan aku ada urusan dan pulang sangat larut, melihat seekor anjing yang menggigitnya, aku melihat kucing itu sudah hampir mati, jadi aku menggunakan plastik dan membuangnya ke dalam tong sampah.”
Mendengar aku berkata begitu, tetangga akhirnya mengerti “Aku kira ada orang yang dengan sengaja membunuh kucing secara kejam, benar-benar membuat aku terkejut.”
Setelah kami sarapan, Lastri pulang ke rumah untuk istirahat, aku membantu dia pergi mencari ahli psikologi.
Siang hari, teknisi listrik sudah datang, memperbaiki listrik dirumahnya.
Sore hari aku membawa dia pergi ke dokter psikologi.
Dokter itu bermarga Waka, bernama Hafid Waka, seorang konselor psikologi yang terkenal, tidak sedikit orang memujinya di internet.
Terhadap apakah dia mempekerjakan orang untuk memposting di internet, maka itu tidak tahu lagi.
Aku dan Lastri baru saja sampai di klinik Dokter Waka, setelah menyapanya, tidak disangka ponselku berdering, telepon dari Ramya.
Jantungku berdegup, buru-buru mengangkat telepon.
“Wenas, datanglah kerumahku, tolong aku”
Novel Terkait
Nikah Tanpa Cinta
Laura WangJalan Kembali Hidupku
Devan HardiLove Is A War Zone
Qing QingMy Enchanting Guy
Bryan WuThe Richest man
AfradenMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang