My Beautiful Teacher - Bab 61 Mabuk
Melihat catatan yang sama seperti biasanya, Fela memanggilku Keledai dengan nada yang ramah, masih mengatakan selamanya tidak akan berpisah denganku, dalam hatiku muncul sedikit rasa terharu, kemudian aku benar-benar hancur oleh pikiran sendiri.
Cinta sama pentingnya dibandingkan dengan impian.
Dan ada sebagian orang memang demi impian menyerah pada cinta.
Kami saling mencintai, tapi tetap kalah pada kenyataan.
Karena Fela ingin mengejar impiannya, maka dia harus menyerah begitu saja, Julian Ming dan Tony tidak akan membiarkan dia tandatangan kontrak dengan Perusahaan Star Creation Music dalam situasi akan putus, karena itu menyangkut keuntungan utama mereka.
Di depan keuntungan, pengusaha adalah orang yang paling tenang, tidak akan terbawa oleh perasaan.
Aku menarik nafas dalam-dalam, tapi malah memuntahkan depresi dan kebosanan dalam hati.
Aku membuka pintu, ingin keluar untuk mencari angin.
Tidak menyangka kebetulan Lastri lewat di depan rumahku, kelihatannya baru selesai makan dan ingin pulang.
Tapi tangannya memegang sebuah kartu undangan warna merah, mata memerah, ekspresinya sangat sedih.
Kami berdua saling memandang, dia agak terpaksa menyapa sejenak.
Aku lihat ada yang salah dengannya, secara tidak sadar bertanya “Kamu kenapa?”
Lastri berjalan ke sini, mengulurkan tangan, memberikan kartu undangan warna merah yang ada di tangannya padaku.
Aku sekilas melihatnya, selembar kartu undangan pernikahan.
“Siapa yang mau menikah?” Aku bertanya dengan curiga.
“Mantan pacar yang sudah putus setahun denganku. Dia sengaja mengirimkan kartu undangan pernikahan ke sini, meminta aku menghadiri pernikahan mereka.” Lastri merasa sedih mengatakannya.
Aku tidak bisa menahan diri mengatakan “Kita sama-sama orang yang mengalami kemalangan.”
Lastri tertegun sejenak, mengangkat kepala melihatku “Suasana hatimu juga buruk?”
Aku menghela nafas, tidak bicara, menandakan diam-diam menyetujuinya.
“Ayo jalan, pergi minum bersama.” Tiba-tiba Lastri mengatakannya.
“Pagi-pagi sudah pergi minum?” Aku terkejut mengatakannya.
“Siapa yang bilang pagi-pagi tidak boleh minum? Siapa yang bisa membedakan gelap dan terang di dunia ini? Apakah kamu tahu kapan gelap dan kapan terang? Bagiku semua itu sama saja, siang adalah malam dan malam adalah siang, apa bedanya mau minum kapan.”
Ucapan Lastri tampaknya adalah kata-kata setelah mabuk, tapi dipikir secara teliti, tampaknya agak masuk akal juga.
Suasana hatiku memang buruk, mendengar Lastri berkata seperti ini, lalu aku mengatakan “Baik, kalau begitu kita pergi minum saja.”
Kami asal-asalan menemukan sebuah restoran yang telah buka di dekat area perumahan, memesan dua teko arak putih dan beberapa makanan.
Pada dasarnya makanan hampir tidak di sentuh, kami berdua satu orang satu gelas minum tanpa henti.
Tidak menyangka Lastri sangat kuat minum, membuat orang kagum padanya.
Lastri sambil minum sambil mengatakan “Awalnya, aku mengira diriku sudah tidak peduli dengan hubungan itu lagi, tapi saat tahu mantan pacarku mengirimkan foto dia dan tunangannya, hatiku langsung sakit tanpa sebab.”
“Bagaimana kalian bisa saling mengenal?” Aku bertanya.
“Aku mengenalnya saat sebuah acara kencan buta, dia tidak terlalu tampan, tapi sangat bersih, tinggi dan ceria, ada aura pria maskulin. Aku suka dia memelukku dalam pelukannya, menundukkan kepala menciumku, mencium bibirku. Setiap hari setelah pulang kerja, dia akan datang ke rumahku untuk mencariku, membawaku makan di luar. Terkadang tengah malam aku ingin pergi melihat laut, dia tidak akan mengatakan apa pun, langsung ke rumahku dengan sepeda baterainya, membawaku pergi ke pantai yang berjarak sepuluh kilometer jauhnya.
“Saat aku sakit, dia akan minta cuti, datang ke rumahku untuk merawatku. Jika aku merasa dingin, dia akan membelikan syal, sarung tangan dan kantong pemanas terlebih dahulu. Dia benar-benar sangat perhatian, seorang pria baik yang mengerti bagaimana menjaga wanita.”
Lastri mengatakan banyak hal baik tentang mantan pacarnya, aku tidak bisa menahan diri bertanya sepatah “Karena kamu begitu mencintainya, kenapa pada waktu itu masih mau meninggalkannya.”
Lastri tidak bicara, meminum seteguk arak, mengambil sepotong brokoli, selesai makan baru perlahan mengatakan “Ada beberapa hal, jika kamu tidak kehilangan, maka kamu sama sekali tidak akan tahu betapa berharganya.”
Aku terdiam, juga minum seteguk arak.
Lastri lanjut mengatakan “Pada waktu itu, aku berpikir impian lebih penting dari apapun, demi impianku, aku bahkan bisa menyerah dengan semua yang ada di dunia ini. Sekarang memikirkannya, sungguh memiliki terlalu banyak penyesalan, juga sudah melukai banyak perasaan, tapi aku tidak pernah menyesali perbuatanku. Karena ini adalah keadaan yang aku inginkan. Namun, hari ini tiba-tiba melihat dia mengirimkan kartu undangan, aku tetap tidak bisa menahan diri dan menangis.”
“Ayo, bersulang.” Aku mengangkat gelas untuk bersulang dengannya.
Dia bertanya padaku “Kenapa suasana hatimu buruk, apakah karena masalah Fela?”
“Dia telah diambil oleh perusahaan musik itu, dalam dua hari ini sudah akan tanda tangan kontrak.” Aku berkata dengan frustasi.
“Bagi dia ini adalah sebuah hal baik, karena selangkah lebih dekat dengan impiannya, tapi bagi kamu, tampaknya tidak terlalu adil.”
Aku tidak bicara, lalu minum dua teguk lagi.
“Kamu mirip mantan pacarku, kalian orang yang ditinggalkan karena impian kekasih.”
Melihat ekspresiku yang menderita, Lastri berkata “Tidak membicarakan hal ini lagi, hari ini kita tidak akan pulang kalau tidak sampai mabuk.”
Kami berdua minum banyak sekali, minum hingga akhir, kesadaran kami sudah agak samar-samar, saat pergi siapa yang bayar juga sudah lupa, samar-samar hanya mengingat aku merangkul pinggang Lastri, dia bersandar di bahuku, kami berdua terhuyung-huyung pulang ke rumah.
Mengenai rumah dia atau rumahku, aku juga tidak mengingatnya.
Pada saat berbaring di atas ranjang, aku merasa semua ini hanya ilusi saja.
Kelihatannya aku sudah akan meninggalkan dunia yang kejam ini, tapi samar-samar aku merasa ada orang yang menyentuh dadaku dengan tangannya, kemudian wajah cantik yang wangi lembut dan putih itu menempel di wajahku, lalu mulai berciuman denganku.
Tidak tahu apakah terlalu dekat atau diriku yang minum terlalu banyak, aku sama sekali tidak bisa melihat mukanya dengan jelas.
“Gadis, apakah itu kamu?” Aku samar-samar bertanya sepatah, mulut sudah tersumbat, lidah yang lincah membuka mulutku, berinisiatif menjerat lidahku.
Tubuhku panas sekali, merasa ada nyala api yang membara di dalam tubuhku, ada reaksi yang kuat di tubuh.
Aku tidak bisa menahan diri lalu berinisiatif membalasnya, dua tangan tidak bisa tenang sembarangan meraba di tubuhnya.
Dia juga mulai membuka pakaianku.
Setelah lima menit kemudian, kedua tubuh telanjang berjerat bersama.
Bagian sensitifku menempel di bagian bawah perut yang mulus.
Kepalaku berputar-putar, seluruh dunia terasa samar-samar, hanya keinginan kuat tubuhku yang terasa lebih nyata.
Dan saat ini, orang itu mengeluarkan suara erangan indah yang enak didengar.
Aku tidak peduli lagi siapa dia, dalam hatiku hanya percaya bahwa dia adalah Fela, serta ingin benar-benar menaklukkan dia.
Oleh karena itu, aku mulai masuk dan menjalankannya, tubuh halusnya mulai gemetaran di bawah tubuhku, mengeluarkan suara “Eng”.
Doronganku kuat sekali, merasakan kenyamanan dan kebahagiaan yang belum pernah ada sebelumnya.
Novel Terkait
The True Identity of My Hubby
Sweety GirlLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieGet Back To You
LexyAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanUnlimited Love
Ester GohMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang