My Beautiful Teacher - Bab 37 Berpikiran sempit

“Tidak usah, aku masih harus segera pulang.” Aku tersenyum dan berkata.

“Tidak bisa, makan malam ini aku harus mentraktirmu, jika bukan karena aku menjadikanmu sebagai tameng, Bobby dan Rizal juga tidak mungkin mencari masalah denganmu.” Ladira dengan bersikeras berkata.

Aku tersenyum: “Benar-benar tidak apa, aku juga tidak suka melihat orang kaya yang egois seperti mereka itu.”

Tetapi Ladira kembali bersikeras untuk mentraktirku, aku tidak memiliki cara untuk menolaknya, karena itu memberikan telepon kepada Fela, memberitahunya aku akan pulang terlambat malam ini, aku akan pergi makan bersama teman.

Fela tertawa dan berkata: “Laki-laki atau perempuan?”

“Belajar bela diri bersama, menurutmu laki-laki atau perempuan?” Aku takut Fela akan cemburu, karena itu aku tidak berkata langsung.

“Belajar bela diri pasti laki-laki, baiklah, kalau begitu kamu jangan malam-malam ya, setelah mandi aku akan menunggumu diatas ranjang yaa.” Suara Fela terdengar sedikit manja, membuatku sedikit saja akan bereaksi.

Setelah menutup telepon, aku dan Ladira bersama-sama meninggalkan Dojo Itaewon.

Keduanya memilih sebuah toko hotpot untuk menikmati makan malam mereka.

Siapa yang tahu, setelah selesai makan dan turun kebawah, dihalangi oleh beberapa orang tepat dipintu keluar, yang paling depan adalah Bobby, disampingnya ada Rizal yang terkalahkan olehku, dan juga ada beberapa pria dengan tubuh yang besar dan tinggi.

Sorot wajahku dan Ladira seketika berubah, Ladira disaat itu dengan emosi berkata: “Bobby, apa yang kamu inginkan? Jika kamu berani sedikit saja menyentuhku, ayahku tidak mungkin akan mengampunimu!”

“Jangan gugup, Ladira, aku hari ini bukan datang untuk mencarimu, melainkan dirinya.” Bobby tersenyum tipis dan menunjukku.

“Untuk apa mencarinya? Aku tidak mengijinkanmu untuk menyentuh pacarku!” Ladira merentangkan kedua tangannya, melindungiku dibelakangnya.

Aku mengerutkan kening, tidak kusangka pemikiran Bobby begitu sempit, didalam Dojo Itaewon aku hanya berkata ia tidak berpendidikan, bocah ini ternyata begitu inginnya membalas dendam kepadaku.

“Ladira, kamu jangan seperti ini, seorang yang tidak memiliki pemikiran dan tujuan, setiap hari hanya tahu makan hingga menunggu kematian , tidak sepadan untukmu seperti itu untuknya.” Bobby berkata.

“Itu bukan urusanmu!”

Disaat ini, Rizal bersuara, ia menggunakan sorot mata penuh dengan kebencian menatapku, dengan dingin berkata: “Bocah, jika kamu adalah seorang pria, tidak seharusnya bersembunyi dibalik wanita, jika pacarmu harus melindungimu, kamu masih memiliki kualifikasi apa untuk dapat memberinya rasa aman?”

Aku awalnya tidak berencana untuk menyuruh Ladira melindungiku, meskipun aku dan Ladira bukanlah pasangan, tetapi menghadapi dua orang yang tidak masuk akal ini, didalam hati aku sudah memutuskan, hal ini aku akan ikut campur.

“Ladira, kamu minggirlah, ini adalah urusan diantaraku dan Bobby.” Aku menarik Ladira kesamping, dengan serius berkata: “Bobby, kamu tahu kenapa Ladira memilihku bukannya kamu? Orang kaya memang bagaimana, sama sekali tidak menghormati pilihan orang lain, sombong dan berpikiran sempit. Kamu merasa aku begitu buruk, aku masih merasa kamu malah adalah sampah masyarakat!”

“Bocah busuk, cari mati!” Bobby berteriak dengan emosi, wajahnya menjadi merah.

Ladira sudah merasakan sesuatu yang tidak beres, dengan panik berkata: “Bobby, aku beritahukan yang sesungguhnya kepadamu, dia bukanlah pacarku, kalian jangan menyakitinya, semua perkataanku didalam Dojo Itaewon adalah untuk membohongimu. Aku hanya menggunakannya sebagai tamengku saja, hal ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan Wenas, kalian lepaskan dia!”

Mendengar hal ini, Bobby tercengang, kemudian menunjukkan sedikit raut gembira: “Perkataanmu itu benar?”

“Tentu saja bohong? Hanya orang bodoh yang tidak dapat melihat bahwa kita adalah pasangan.” Setelah selesai berkata, aku kembali memeluk Ladira, bahkan menundukkan kepala dan mencium sekilas dibibirnya yang merah itu.

Tubuh Ladira bergidik, wajah cantiknya menjadi merah, dengan tatapan tidak percaya menatapku.

Aku tersenyum dan berkata: “Ladira, meskipun kamu ingin melindungiku, tetapi juga tidak boleh mengatakan hal seperti ini, sekarang adalah masyarakat yang diatur oleh hukum, paling-paling lapor polisi, setelah polisi datang, aku lihat apa yang ingin kalian lakukan?”

Awalnya perkataan Ladira sudah membuat Bobby lebih lembut, tetapi karena tindakanku ia menjadi lebih panas dan dengan emosi berkata: “Bocah busuk, kamu tidak akan meneteskan air mata sebelum melihat peti mati! Apakah kamu merasa dirikmu sangat hebat bukan, kita hari ini bertaruh, aku dan dirimu bertanding 1 lawan 1, siapa yang kalah, harus berinisiatif untuk menyerah dari Ladira, tidak boleh mendekatinya lagi, bagaimana?”

“Aku kenapa harus bertaruh denganmu? Ladira juga bukanlah barang.” Aku berkata dengan dingin.

“Karena kamu tidak memiliki pilihan lain.” Bobby mendengus dingin: “Jika tidak, kamu ingin merasakan jurus dari para pengawal yang berada dibelakangku.”

Setelah mendengar perkataan ini, Ladira sedikit menghela nafas, tetapi tetap dengan kuatir berkata: “Bobby, kamu jangan mempersulit Wenas, jika perlu aku akan putus dengannya sekarang juga!”

“Tidak bisa! Meskipun putus nanti juga ada kemungkinan untuk kembali bersama, aku ingin Wenas seumur hidup tidak bisa bersama denganmu lagi!” Bobby dengan bersikeras berkata.

Aku berpikir sejenak kemudian berkata” “Baiklah kalau begitu, aku berjanji padamu, kita bertanding 1 lawan 1.”

Bobby ingin melawanku sama sekali tidak perlu turun tangan sendiri, tetapi dapat terlihat ia cukup peduli kepada Ladira, point ini membuatku sedikit kagum.

Di Dojo Itaewon pernah melihat caranya bermain, sekali gerakan langsung mengalahkan lawannya, adalah orang yang benar-benar hebat, tetapi aku tidak memiliki pilihan lain, hanya bisa menerima tantangannya.

“Tuan Bobby, hal kecil tidak perlu menggunakan tenaga besar, biarkan aku yang menghadapi bocah ini, rasa malu yang kudapat saat bertanding di Dojo Itaewon, aku hari ini pasti akan mengembalikannya dua kali lipat!” Rizal yang berada disampingnya menggertakkan giginya sambil berkata.

Disaat ini , dipintumasuk sudah ada tidak sedikit orang mulai berkerumun mengelilingi, kurang lebih mungkin karena melihat dibelakang Bobby terdapat beberapa orang dengan tubuh besar, pengawal dengan raut wajah yang gelap, karena itu tidak berani maju kedepan untuk menghalangi.

Aku mendengus dingin sekilas: “Kamu adalah prajurit yang kalah dibawah tanganku, aku tidak mungkin bertanding lagi denganmu.”

“Persetan, bocah busuk kamu cari mati!” Rizal menjadi sangat marah, melihat rupanya seperti ingin maju kedepan untuk menyerang, tetapi ditangan oleh Bobby.

“Ini adalah masalah diantara aku dengan Wenas, Rizal kamu jangan ikut campur.” Bobby berkata dengan dingin.

Mata Rizal penuh dengan rasa tidak puas, tetapi pada akhirnya tetap menutup mulutnya, dengan diam berdiri dibelakangnya.

Bobby berkata: “Disini tidak leluasa untuk bertanding, bocah busuk, kamu ikut denganku kesuatu tempat.”

“Wenas, kamu bener-benar ingin bertanding dengannya? Meskipun kamu sangat hebat, tetapi Bobby adalah murid yang terbaik yang dibawa oleh Instruktur Louis selama 2 tahun ini, adalah kebanggaannya, kamu tidak dapat mengalahkannya! Jika karena aku membuatmu menjadi terluka, aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi.”

“Kamu tenang saja, tidak akan terjadi sesuatu kepadaku.” Aku tersenyum tipis sambil berkata, kemudian kembali berkata dengan suara pelan didekat telinganya: “Asalkan aku menang, Bobby tidak akan lagi bisa mengganggumu.”

“Tetapi……”

“Tidak ada tetapi, aku akan menyelesaikan masalah ini.” Aku menunjukkan senyuman tipis, kemudian mengikuti langkah Bobby dan orang-orang yang lain.

Ladira menghela nafas, hanya bisa mengikutiku berjalan dibelakang orang-orang itu.

Pada akhirnya, Bobby membawa kami menuju suatu taman.

Karena malam hari, sudah tidak ada orang disini, taman terlihat begitu kosong.

Bobby berjalan menuju sebuah lahan hijau yang luas, melepaskan jaket luarnya, melemparkannya kearah salah satu pengawalnya.

Pengawal itu dengan segera menerimanya.

Bobby menggunakan sorotan mata cemburu dan sedikit rasa benci melihatku dan Ladira.

“Bocah, ayo, kita sekarang juga menentukkan!” Bobby dengan dingin berkata.

Ekspresiku sangat tenang, hatiku juga sangat tenang, dengan membawa kepercayaan diri yang kuat, aku menginjak lahan hijau itu.

Novel Terkait

Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu